Sajak-Sajak Ahmad Rizal, UIN Malang
https://www.rumahliterasi.org/2025/02/sajak-sajak-ahmad-rizal-uin-malang.html
Ahmad Rizal saat ini tercatat sebagai Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN MALANG)
Aku Ingin Mencintaimu dalam Senja
Aku ingin mencintaimu dalam senja,
di bawah langit yang merona jingga,
saat angin pelan menyentuh pipimu,
dan cahaya lembut membalut langkah kita.
Aku ingin mencintaimu dalam senja,
tanpa tergesa, tanpa kata yang sia-sia,
hanya tatapan yang saling bercerita,
tentang rindu yang tak butuh suara.
Aku ingin mencintaimu dalam senja,
seperti laut yang memeluk pasirnya,
tak perlu menggenggam erat,
cukup saling ada, cukup saling merasa.
Dan jika malam tiba setelah senja,
aku ingin tetap mencintaimu dalam cahaya,
meski redup, meski samar,
namun selalu ada, seperti doa yang tak pudar.
Malang, 2025
Aku Hampa
Aku hampa,
seperti langit tanpa bintang,
seperti laut tanpa ombak,
sunyi dalam riuh yang tak kunjung reda.
Aku berjalan di antara bayang,
mengejar sesuatu yang tak bernama,
namun selalu menjauh,
seperti angin yang tak bisa kugenggam.
Aku hampa,
bukan karena sendiri,
tapi karena kehilangan diri,
di lorong-lorong kenangan yang tak berpintu.
Mungkin esok,
ada cahaya yang mengetuk jendela,
atau angin yang membisikkan arah,
agar aku tak lagi tersesat dalam hampa.
Malang, 2025
Mencintaimu Hanya dalam Genggaman
Mencintaimu adalah rahasia
tersimpan rapi dalam genggaman
seperti angin yang membelai lembut
namun tak pernah bisa digenggam utuh
Kita berjalan di dua dunia
kau dalam cahaya, aku dalam bayang
kutemukan hadirmu dalam kata
namun tak mampu merengkuh nyata
Jari-jariku mengeja namamu
di layar dingin tanpa suara
rindu hanya sebaris pesan
tak berbalas, tak berujung pelukan
Jika mencintaimu hanyalah ilusi
biarkan aku tetap di sini
memeluk bayangmu dalam genggaman
walau tak pernah bisa kugenggam hati.
Malang, 2025
Jalan di Atas Sajadahmu
Aku melangkah pelan di atas sajadahmu,
membawa dosa yang berat di punggung,
mencari cahaya dalam sujud panjang,
menyusuri jejak yang kau tinggalkan.
Butiran tasbih berputar sunyi,
mengiringi doa-doa yang kau titipkan,
di antara hembusan napas yang lirih,
kulabuhkan segala resah dalam harapan.
Sajadah ini tak hanya kain,
ia adalah jalan yang kau bentangkan,
tempat ku bersimpuh dalam kesunyian,
mencari jejak kasih Tuhan yang kau tunjukkan.
Langkahku masih tertatih,
namun sajadah ini tak pernah lelah,
menjadi saksi tiap sujud dan air mata,
menuntunku pulang ke arah yang benar.
Malang, 2025
Pilihan