Kumpulan Cerita Mini Harian Kang Thohir
Wong Takon Aku
Aja ditangisi, jare sing pernah ngalami. Jaman saiki kudu akeh mangan sing ati-ati, mbokatan ketelak eri.
Apa jarene mung ngomong,
"Kowen saiki wis kepenak, Jang, uripe tentrem lan ana segalane, apa kowen pengin kawin maning?" takon salah sijine wong maring aku pas waktu aku lagi nongkrong, aku jawab,
"Asline tah pengin Wa, tapi ya miki aku esih trauma setitik, mung pengin luruh sing eman lan setia dunya lan akhirate, Wa."
Aku mung bisa ngarepna wong wadon sing setia.
"Oh, ya wis, lamon kepengine kayak kue, tapi aku mukur bisa dongakna tok, eben bisa langgeng lan bebunga,"
"Nggih, Wa. Aamiin."
Brebes, 21 Desember 2024
Rembulan Dan Arunika
Di sini dan di sana itu beda, tapi kita tak bisa melihat semua itu dengan penuh. Kita masih menyangkanya saja tanpa melihat realita kondisi yang ada. Bertukar fikiran itu sudah biasa, tapi satu fikiran dalam kepala sulit dikata.
Apabila matahari tersenyum, maka cahaya itu semakin terang, dan apabila matahari sedih maka cahaya itu semakin muram tertutup awan hitam. Laksana hati yang kian kelabu menatap semua realita kehidupan, diiming-imingi oleh fatamorgana.
Rembulan berkata,
"Hendak kemana kamu?"
Arunika menjawab,
"Aku akan pergi, dan tak bisa bersamamu di sini."
Begitulah realita kehidupan sebagaimana aku menatapmu pada rembulan dan arunika yang saling merindukan.
Brebes, 22 Januari 2025
Asa Dan Jiwa
Uap meluap menghambat kian berkabut, namun masih saja di perjalanan ada kerikil yang tajam.
Berhembus angin menerpa tubuhku yang lunglai, asa semakin surut kian terberai.
Manik-manik dan burung-burung murai memberikan aku inspirasi pada suara melodi yang syahdu, meski terkadang aku halu.
Semu menatap realita ini, penuh misteri dan teka-teki bila dicerna. Mengendap-endap bagai maling, namun bertatapan pun berpaling.
Aneh bila dikata pada logika.
Asa berkata pada jiwa,
"Apakah kamu bisa, buh?"
jiwa menjawab dengan tegas,
"Aku bisa!"
"Ayo, kita mulai! Aku akan membantumu dengan penuh semangat!"
"Baik!"
Jiwa pun menjawab dengan tegas, dan penuh semangat.
Brebes, 22 Januari 2025
Digrobayangin
Di saat aku lagi resah tak bisa menaruh wayang-wayang itu saat aku pergi, aku pun berfikiran ingin menitipkan pada si Agus, karena dia suka wayang dan mendalang. Aku bilang padanya nanti malam aku ke rumahnya, tapi Agus tiba-tiba datang menghampiri ke rumahku dengan mencari-cari alamatku, "Mas ana sing goleti." Salah satu keponakanku memberitahunya. Lalu aku menghampirinya, "eh ternyata Agus, monggo mlebet, Gus!" Aku mempersilahkann dan menatap semua wayang-wayangku untuk memilihnya. Agus pun menelpon temannya di Dumeling yang bernama Mas Ali, kami mengobrol ngalor ngidul. Pas waktu berbincang-bincang, si Agus ingin membawa wayangku, tapi tak dibolehin sama mamaku sambil dimarahin. Akhirnya yang dibawa hanya empat wayang kecil saja. Itu pun harus bersembunyi-bunyi ngumpetinnya agar tak dilihat oleh mamaku, karena masih menggrobayanginya. Sing sabar ya, Agus. Mereka berdua pamit pulang, aku pun masih dimarahin sama mamaku. Ah, entahlah. Pusing aku!
Brebes, 13 November 2024
Termenung
Termenung sejenak sambil rebahan, dan memikirkan ruang sunyi aku menggeluti kesendirian. Aku ingin menyongsong masa depan, namun masih belum layak hingga pupus harapan. Mereka berkata, "Apakah kamu bisa?" Menghadapi realita kehidupan penuh omongan, aku menjawab, "Aku hanya bisa berharap saja." Aku hanya diam dan menghela nafas, yang kadang tak bisa aku tahankan. Aku ingin bisa seperti mereka, yang hidup sukses dan berhasil. Ada yang bilang, "Lebay banget, lu!" Aku hanya bisa diam saja, dan sambil menenangkan pikiran dan meratapi nasib ini, karena tak pernah bersekolah tinggi hingga membuatku dihina dan dicaci-maki. Entah, mereka itu benci atau karena dengki.
Brebes, 14 November 2024
Percakapan Kopi Dan Gula
Sebuah kopi berbicara kepada gula, "Kenapa kamu rela berkorban untukku?" Gula menjawab, "Karena aku ingin bisa bermanfaat untukmu, meski aku tak pernah dianggap oleh mereka."
Brebes, 14 November 2024
Pengen Ngrongokena
"Hir, bisane kowen ari nongkrong-nongkrong jarang ngomong alias meneng bae?" salah sijine batir takon maring aku.
Aku jawab, "Aku saiki luwih seneng meneng bae, lan ngrongokena wong ngomong atawa wong lagi kanda."
"Sih, bisane, Hir?"
"Ya, karena aku pengen ngrongokena wong ngomong lan nambah-nambah pengetahuan lan pengalaman," sambil nyebat lan nginung kopi neng warung.
"Oh, kayak kuwe toh, Hir,"
"Nggih, Mas."
Brebes, 2024
Lewat Pasar Itu
Ketika aku lewat ke pasar itu hanya untuk lewat aja dan menemui sesuatu yang aku tuju di utara, eh tiba-tiba ada yang manggil-mannggil namaku,
"Ir, Tair! Ir!" Teriaknya salah satu orang yang ada di pasar itu. Hem, aku pun sempat bingung mau berhenti atau terus melaju, ya? sambil nengak-nengok ke kiri dan ke depan. Akhirnya aku bertekad untuk tidak peduli hal itu dan aku pun melaju lagi. Aku bukannya sombong atau apalah, ya karena soal hati dan terlalu kecewa yang sudah lama retak, dan tak bisa kembali lagi seperti semula dengan utuh. Hem, entahlah!
Jalan-Jalan Naik Motor
Hari pagi menatap kebahagiaan dengan jalan-jalan naik motor lewat pasar itu, dan keramaian di antara orang-orang berkumpul untuk belanja dan lewat. Aku melintasi mereka-mereka, " Ir, ora mampir tuku ndisit?" Sapa mereka menawarkan dagangannya. "Nggih, mboten," jawabku pada pedagang itu. Aku pun melirak-melirik ke kanan dan ke kiri, untuk mencari buah-buahan yang aku tuju. Pada akhirnya aku tak menemukan buah itu yang aku cari dan aku tuju. Hem!
Orang Tanya Istri
"Ir, bojone kowen mendi?" Salah satu orang menanyakanku.
"Lagi kerja neng toko," jawabku. Padahal aku lagi tidak karuan, tapi ditanya terus soal itu. Hem!
"Oh, neng toko endi?" tanya lagi.
"Neng Pasar Ketimbreng, tokone Pak Sofari," jawabku, sambil berjalan di pinggir jalan depan rumah.
Aku pun hanya bisa menjawab itu-itu terus ketika aku ditanya soal itu, karena aku dan dia sudah lama berpisah, tapi mengapa orang-orang masih menanyakan soal itu? Apa mungkin mereka tidak tahu yah? Kalau enggak tahu berarti mereka tidak kepo lagi dengan urusan orang lain dong, dan aku nggak ada ruang untuk bercerita lagi untuknya, lebih baik aku tak memikirkannya lagi, dan fokus pada masa depan dan menata hidup yang baru.
Pulang Dari Kondangan
Setelah pulang dari kondangan di Kupu Utara pebatasan Kupu dan Dumeling, aku hanya lewat saja tak mampir di situ, eh tiba-tiba ada yang manggil-manggil namaku,
"Ir," sapa salah satu orang yang ada di Pasar Ketimbreng, aku spontan pencet tlakson motor Beat, meski aku tak berhenti hanya menengok saja. Dan Setelah sampai di rumah, tapi di rumahnya Kakak perempuan aku di warungnya untuk mengantarkan titipan kondangannya, eh ternyata ada Bang Junaid di sini seorang pedagang gonjing sambal langgananku yang habis makan di warung, "Hey Ir, kata-kata dong, oh kas kondangan? Enggo aku, ya, Ir?" tanya dengan seribu tanya. Hem!
Masih Ragu
Ketika jarang bertemu, aku pun hanya bisa menatap rindu.
Aku di sini melambai syahdu, menghalu biru ditepi khayalan aku menatapmu. Duhai sang adinda, ketika itu aku dengar aku menyapamu,
"Dek, ruang ini begitu indah laksana aku menatap rembulan di wajahmu, dan aku menyapa bagaimana kabarmu?" Lalu kau jawab,
"Iya Mas, alhamdulilah baik," sambil tersenyum kau begitu anggun dan manis, hasrat ini ingin membelai rambutmu dan mencubit pipimu yang imut itu. Akan tetapi, sekarang hanyalah sebuah ilusi di antara rindu dan semu menatap di balik dinding ruang waktu. Semoga kita dapat bertemu untuk mengobati rasa rindu ini, yang lama tak bertemu. Meski kadang aku masih ragu.
Brebes, 08 Oktober 2024
Lagi Bingung Memikirkan
Tak bisa aku menyapamu, kawan, ya meski hati berbisik-bisik pada jiwa dan asa ini.
"Kapan kau datang?" tanya salah satu kawanku. Di balik tirai waktu aku termangu.
"Entahlah, kawan, aku lagi bingung memikirkan semua ini," jawabku, di atas kebingungan mengukur kemampuanku yang sedikit berkurang dan melemah.
"Memikirkan apa?" tanya lagi.
"Memikirkan pada masalah-masalahku yang kadang membuat aku tak mengerti dan tak kunjung selesai," jawabku di antara resah dan gelisah menatap ruang sunyi dan gelap.
"Oh, seperti itu ya, yang sabar nanti juga ada hikmahnya dan selesai pada akhirnya. Tetap semangat!" Ia memberikan motivasi dan penyemangat untukku agar semangat kembali.
"InsyaAllah, terima kasih banyak kawanku sudah memberiku semangat."
Brebes, 08 Oktober 2024
.
Gawek Lirik Syair Lagu
"Ir, kowen bisane gawek lirik syair lagu-lagu kuwe olih belajar sing endi?" takon salah siji batire aku.
"Ya, embuh, aku ora ngarti wong temu-temu bisa dewek, mung belajar otodidak," jawabku maring batire aku.
"Lah, loken,"
"Nah emang kayak kuwe anane, sebabe aku dikon bantu gawekna lirik syair lagu kuwe,"
"Oh, kayak kuwe toh,"
"Iya, sih ana apa sih?"
"Mung takon tok, lan heran,"
"Oh,"
"Iya!"
Brebes, 08 Oktober 2024
.
Kudu Meneng Lan Ditakoni Kudu Ngomong
Wong kue kudu meneng lan lamon ditakoni kudu ngomong, "Ir, kowen kas maring endi?" Terus jawabe, "Kas nyirami bawang." Eben dadi jelas ora kekehen pola. Aja ditakoni meneng bae, engko gadine dianggep sombong oh.
Brebes, 08 Oktober 2024
Sinopsis Cerita Gadis China Meilyn
Meilyn adalah gadis cantik yang baik hati ia berasal dari keluarga tuan-tuan atau orang china terpandang di daerah Brebes dekat pasar batang, dan mempunyai hobi dalam dunia seni musik. Meilyn juga orangnya humble dan humoris, tapi cerdas dalam segi berfikir dan peka dalam situasi. Akan tetapi, Meilyn orangnya tak suka basa-basi dan tak suka berbohong, makanya ia dipertemukan dengan seorang laki-laki yang baik hati dalam menemaninya yaitu Ang Payoda Cang berasal dari keluarga petani dari desa Kupu-Brebes. Meilyn bertemu dengan Ang Payoda bermula dari dunia musik, karena bertemu di setiap acara atau pas kebetulan lewat di jalan terus, karena Meilyn punya saudara di Dumeling, makanya ia sering bertemu dengan Ang Payoda di jalan.
Teringat Meilyn Di Masa Lalu
Mendengar lagu Mandarin mengingatkanku pada sesosok Meilyn Kekasihku yang dulu, pernah bertemu tahun 2012.
Karena aku dan Meilyn akhirnya berpisah tahun 2013 akhir, karena Meilyn ikut Kakaknya pergi ke Beijing China, dan aku pun sedih dari situ aku kehilangan sesosok Meilyn, karena dari situlah aku memutuskan untuk mondok di Pesantren Assalafiyah Luwungragi, untuk menenangkan hati dan mencari ilmu agama. Padahal Meilyn pernah berjanji kembali lagi setelah bersekolah di sana dan menetap di Brebes lagi, ya sampai detik ini Meilyn nggak ada 'tuk kembali. Meski aku pulang pondok pun Meilyn tak kunjung kembali. Meski Meilyn beragama Budha, tapi aku sangat mencintainya. Entahlah.
Nylondok
Hari ini penuh dengan kegelisahan, karena aku sulit memikirkan sesuatu yang belum pasti. Akhirnya aku lapar perut keroncongan, dan bersiap-siap pergi membeli pangsit langgananku di perbatasan Kupu-Keboledan, aku pun nylondok makan ditempat. Hem, sungguh membingungkan! Ya wis lah mangan sing enak eben wareg.
Aku Termangu
Bila tak ada harapan, aku akan menyapa rembulan. Di balik pinta aku mendekap cahaya itu yang elok, namun masih menduga berlinang air mata dan bintang-bintang, aku termangu di antara resah dan gelisah di atas langit dan di bawah tanah. Ah, entahlah.
Lelah Memangku Jiwa
Lelah memangku jiwa, di antara pahit dan luka menyapa. Sajak biru masih membisu, aku pun tak tahu menyapumu. Biarkan saja aku dirundung duka, nestapa dibalik layar hitam kelabu. Hanya satu asa yang masih menggebu. Aku ingin menjadi pemenangnya itu, aku ingin terus melawan semua itu. Hem, pahit menjelma tangis yang kian sedu, oh pilu.
Brebes, 2024
Cerita Mini Mas Dan Adek Kang Thohir
"Mas," sapa adek.
"Dalem, Dek," jawabku.
Duh, Berdegup kencang detakan jantung itu.
"Jalan-jalan yu, Mas,"
"Maring endi, Dek?"
"Maring alun-alun Brebes yuh, nonton festival Bawang Merah lan konsere Gilga Sahid, Mas,"
"Ayuh, Dek."
Dengan senang hati aku menurutinya, kapan aku bisa begini nonton bareng sama adek membuat hidup ini begitu indah dan cerah asal selalu bersamamu. Hehehe
***
Perjalanan dari desa Kupu ke alun-alun Brebes bersama adek dengan berboncengan motor penuh harmonis nan indah, itu mengapa aku selalu ingin bersamamu, Dek.
"Wes anjog, Dek!"
"Ayuh, Mas, masuk maring panggunge?"
"Ngko Dek, Mas pan parkir motor ndisit,"
"Nggih, aku ngenteni neng kene ya, Mas?"
"Ya, Dek."
Aku pun segera memparkirkan motorku ini, ya walaupun ramai sekali penontonnya asal aku bisa bersamamu di sini, bernyanyi bersama, bergoyang-goyang bersama, dan menyapa teman yang ada. Hehehe.
Brebes, 22 Agustus 2024
*****
Muhammad Thohir/Tahir (Mas Tair) yang dikenal dengan nama pena Kang
Thohir, kelahiran Brebes, Jawa Tengah. Dari dusun/desa Kupu, kecamatan
Wanasari. Dari anak seorang petani dan tinggal dari kehidupan
sehari-hari bertani, berkebun, menanam bawang merah, padi, kacang, pare,
cabai dan sayur-sayuran di ladang sawahnya.
Kini, aku sedang
menggeluti dunia tulis menulis atau literasi, khususnya sastra
Indonesia. Suka menulis sejak duduk di bangku kelas empat SD dan sampai
masuk ke Pondok Pesantren. Aku masih tetap aktif menulis dan semakin
semangat 'tuk menulis baik puisi maupun cerpen dan lain sebagainya yang
aku tulis. Selain menulis aku juga suka membaca buku agar bisa
bermanfaat untuk menambah wawasan (pengetahuan).