Melayang Dalam Ikatan Takdir (Bagian 2)
Cerpen: Hidrotul Haya
Zainal tersenyum, dan mengambil tangan Azizah memegangnya dengan erat, seakan tidak ingin kehilangannya. Mereka berjalan dengan saling menyatukan tangan mereka melewati pematang Sawah dan jalan Aspal hitam yang menjadi saksi Langkah percintaan mereka.
Tiga bulan berlalu, akhirnya mereka berdua pun lulus dengan nilai memuaskan. Zainal dan Azizah sangat Bahagia dengan hal itu. Mereka berfoto Bersama di hari kelulusan itu untuk mengabadikan moment yang sangat berharga, sebelum mereka melanjutkan pada jalur hidup yang lebih menantang.
“Zah tiga hari setelah ini, aku akan berkunjung kerumahmu dan meminangmu.” ucap Zainal.
“aku tunggu kedatanganmu kerumah zai.”
“Ya udah Zah kamu pulang duluan ya, aku masih mau ketemanku dulu, Gapapakan?”
“Ya ga papa Zai, aku bisa kok pulang sendiri, tapi jangan telat pulangnya ya,” jawab azizah.
“Siap cantik.”
“Ya udah aku pulang ya.”
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam.”
Selesai berkumpul dengan temannya, Zainal bergegas pulang, dia teringat akan pesan Azizah untuk segera pulang. Namun di Tengah perjalanan, hujan turun dengan derasnya dan mengenai tubuh Zainal, dia semakin mempercepat langkahnya untuk segera sampai di Rumah.
Setelah sampai di Rumah, badan Zainal langsung demam dia segera menuju ke kamar untuk mandi dan segera tidur. Ternyata hujan itu berdampak pada fisik Zainal keadaannya semakin melemah gara-gara demam. Tiga hari lamanya zainal terbaring diatas pembaringan dan selama itu pula dia tidak mengetahui kabar Azizah sang pujaan hatinya.
Selama tiga hari itu terjadi suatu hal yang akan mengubah perasaan Zainal kepada Azizah, yang mungkin akan memadamkan semangat hidup Zainal. Setelah lima hari Zainal mengalami demam, Hari ketujuh keadaan Zainal lebih membaik dan keadannya semakin sehat. Di hari kesepuluh Zainal sudah sembuh dari demam. Zainal dengan bersemangat bangun dari tempat tidurnya menuju kamar mandi dalam keadaan senang.
Hatinya berbunga-bunga karena akan mengunjungi rumah Azizah untuk meminangnya. Selepas Bersiap-siap, Zainal pergi kepada Ibunya yang sedang berada di Halaman Rumah. Zainal ingin meminta restu kepada ibunya agar rencananya lancar dalam meminang Azizah pujaan hatinya.
“Ibu…” panggil Zainal pada ibunya yang sedang duduk di teras rumah.
“Ada apa nak? Kenapa kamu penampilannya rapi banget, kamu ingin pergi kemana,” Tanya sang ibu.
Zainal tersenyum lalu membungkuk di depan ibunya.
“Ibu, Zainal minta doanya ya. Hari ini Zainal ingin meminang pujaan hati Zainal. Zainal ingin ibu merestui Keputusan Zainal. Zainal juga minta maaf kalau selama ini Zainal pernah menyakiti hati ibu,” Ucap Zainal dengan lembut kepada ibunya.
Ibu Zainal matanya berkaca-kaca mendengar perkataan anaknya. Ibu Zainal sadar bahwa anaknya sudah dewasa dan ingin meminang pujaan hatinya.
“Ibu sudah memaafkan kesalahanmu nak, sebelum kamu meminta maaf. Ibu hanya ingin tahu siapa nama gadis yang ingin engkau pinang,” Tanya ibunya.
“Azizah ibu, gadis yang ingin aku pinang,” jawab Zainal. Apakah ibu tidak merestui keputusanku ini?”
Besambung
Ibunya tersenyum lalu berkata pada Zainal.
“Pergilah nak! Ibu merestui keputusanmu, dan semoga rencanamu lancar dalam meminang Azizah”.
“Terima kasih ibu,” doa ibu adalah hal yang selalu kubutuhkan.
“Ya sudah Berangkatlah nak!”
Zainal beranjak dari duduknya dan mencium dahi ibunya, kemudian mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam.”
Dengan hati yang sangat Bahagia Zainal menuju kerumah Azizah. Hatinya berdegup kencang karena selama dia sakit tidak pernah tahu kabar Azizah. Rindu sudah membebani hatinya untuk segera bertemu dengan Azizah. Zainal sudah tidak sabar bertemu dengan senyumnya yang manis dan lesung pipit yang menghiasi wajahnya.
Setelah sampai di depan pagar rumah Azizah, Zainal mendapati banyak orang di halaman rumah tersebut, dan sepertinya ada acara Bahagia di rumah Azizah, karena hiasannya yang seperti pernikahan. Maklum Azizah adalah anak orang kaya. Zainal memberanikan diri memasuki halaman Rumah tersebut dan bertanya pada orang yang sedang menyalami para tamu yang datang.
“Maaf pak. Sebelumnya saya ingin bertanya, ada acara apa ya pak disini?”
“Ada acara tunangan mas,” Jawab bapak tersebut.
“Kalau boleh tahu siapa yang tunangan pak?”
“Azizah putri pak Achmad mas”
Zainal terkejut Bagai disambar petir mendengar jawaban dari mulut bapak tadi. Hatinya hancur lebur mendengar sang pujaan hati bersanding dengan orang lain. Pikirannya berkecamuk, kakinya lemas. Zainal memutuskan untuk balik ke Rumah dan ingin merebahkan kepalanya yang berat di pangkuan ibunya.
Saat Zainal memutar badannya dan melangkah untuk pulang ada seseorang yang berseru memanggil Namanya. Ternyata orang itu adalah Azizah, orang yang pernah dia puja namun sekarang telah menggoreskan luka yang dalam di hatinya.
“Zainal… Zai… zainalll tunggu!”
Zainal berhenti dan membalikkan badannya. Dia menatap Azizah dengan tatapan yang penuh luka, matanya sayu menyiratkan kesedihan yang mendalam. Rautnya tidak lagi Bahagia seperti saat ingin berkunjung kerumah Azizah, rautnya sangat mendung seperti tidak ada semangat.
“Ada apa zah? Sudah puas kamu menyakiti hatiku!!! sudah puas kamu mengkhianati cintaku Zah!!! Menyesal aku menginjakkan kaki di Rumahmu Zah, aku menyesal pergi kesini kalau pada akhirnya kenyataan ini membunuhku Zah!!!,” Zainal meluapkan amarahnya di depan Rumah Azizah. Kemudian ada Ibrahim yang datang memakai pakaian rapi yang sama dengan Azizah dan memanggil Azizah untuk masuk kedalam.
“Apa sebenarnya ini Zah? Apakah yang aku lihat ini benar Zah, jangan bilang kamu tunangan dengan Ibrahim. Jawab zah!!!,” Setega itukah kamu padaku zah.
“Jangan kau bentak Azizah bro, dia gak bersalah,” ucap Ibrahim dengan tajam.
“kamu Ibrahim, kamu sudah ku anggap saudara, kau tahu bahwa aku mencintai Azizah, tetapi kenapa kau menikamku dari belakang Him? Apakah aku ada salah padamu? Ayo jawab kenapa diam!!!,” Zainal murka pada Ibrahim.
Azizah hanya bisa menangis mendengar perkataan Zainal. Hatinya juga tersayat melihat kondisi Zainal yang seperti ini. Tapi dia tidak bisa melawan kehendak takdir yang sudah di tetapkan padanya. Tiba-tiba ada pak Achmad yang keluar dari dalam rumah karena mendengar keributan di luar.
“Ada apa ini,” kata pak Achmad.
“Nggak ada apa-apa pak,” Azizah menjawab pertanyaan bapaknya.
Pak Achmad mendekati Zainal dan memintanya untuk segera pergi dari rumahnya.
“Saya minta kepadamu sekarang juga angkat kaki dari rumah saya.”
“Saya tidak akan pergi pak sebelum saya tahu alasannya mengapa Azizah bertunangan dengan Ibrahim, bapak tahu sendiri kan bahwa saya sudah mengenal aAzizah dari kecil.”
“Kamu ingin tahu alasannya? Baik saya akan memberitahumu. Azizah dengan Ibrahim sudah di jodohkan sejak mereka masih umur sepuluh tahun, dan memang Azizah dan Ibrahim tidak tahu perihal itu, dan hal yang lebih penting adalah Ibrahim lebih mampu darimu Zainal untuk menghidupi Azizah.
Ibrahim meskipun belum memiliki pekerjaan tapi dia punya warisan dari orang tuanya, sedangkan kamu, kamu tidak punya apa-apa Zainal, jika kau Bersama dengan anakku apa yang ingin kamu kasih untuk menghidupinya? Tidak ada kan. Kamu hanya orang miskin yang bermimpi menikah dengan anakku Azizah dan hal itu adalah hal yang mustahil dan tidak akan pernah terjadi.
Ucap pak Achmad pada Zainal. Hati Zainal semacam di cabik-cabik medengar perkataan pak Achmad yang pedas. Hanya gara-gara dia terlahir miskin membuatnya tidak pantas menikahi Azizah.
“Hanya karena saya miskin pak, anda tidak menerima saya. Asal bapak tahu kebahagiaan itu tidak bisa di jamin dengan banyaknya uang,” ucap Zainal dengan menekan amarahnya agar tidak menghajar orang tua bangka yang ada di depannya itu. Kemudian Zainal melangkah mendekati Azizah dan berbicara padanya.
“Dan ingat Zah, kau adalah orang paling aku sayangi, sekaligus…. Orang yang menorehkan luka terdalam dalam hidupku. Kau ternyata bukan orang yang bisa menepati janji Zah, ternyata semua janjimu adalah semu. Kesalahan terbesar dalam hidupku adalah terlalu berharap padamu. Padahal kamu adalah bulan yang indah sedangkan aku hanyalah tanah hina, memilikimu adalah hal yang mustahil Zah.
Terima Kasih atas semuanya termasuk luka yang kau goreskan di hatiku ini Zah. Dan selamat berbahagia dengan pasanganmu.”
Azizah hanya bisa menangis dengan perkataan Zainal hatinya begitu sesak mendengarkan kata- kata yang terucap dari mulut orang yang pernah menjadi alasan dia tersenyum setiap harinya.
“Zainal ku mohon jangan pergi Zai,” ucap azizah.
“Kenapa zah Kalau aku pergi, apakah kamu ingin menambahkan luka lagi di hatiku, apakah kenyataan yang menyakitkan ini masih kurang untuk menyakitiku zah,” Ucap Zainal dengan menekan amarahnya.
“Bukan begitu Zai… aku bisa…”
“sudah cukup Zah, semuanya sudah jelas. Yang ber uang akan selalu menang kan yang miskin tidak akan pernah dianggap” ucap Zainal dengan miris.
Zainal pergi meninggalkan halaman rumah Azizah dengan hati yang luluh lantah. Harapannya seketika sirna. Hatinya membatin mengapa kenyataan yang menyakitkan ini terjadi di dalam hidupnya. Hatinya remuk redam semangatnya hilang hidupnya terasa tidak ada arah. Langkah kakinya mengantarkannnya kerumah dan menuju ke kamar ibunya, Zainal masuk kedalam kamar ibunya dan langsung memeluknya.
Tangisnya pecah, air itu mengalir di kedua pipinya setelah dia mati-matian menahannya untuk tidak jatuh. Tapi pertahanannya sekarang sudah runtuh, sesakit itu hatinya hingga menumpahkan air mata di depan ibunya.
“Ada apa anakku? Kenapa engkau menangis.”
“Zainal kalah bu, Zainal tidak bisa meminang Azizah. Dia sudah bertunangan dengan orang lain bu, dan bapaknya lebih memilih lelaki itu karena dia orang kaya sedangkan Zainal hanya orang miskin bu, hanya gara-gara Zainal miskin bu… Zainal tidak di terima,” adu Zainal kepada ibunya, tempat ternyamannya selama ini.
“Zainal dengarkan ibu nak, terkadang orang yang Allah kasih di dalam hidup kita, memberikan kebahagiaan dalam hidup kita hanya sebagai ujian saja nak, terkadang menempa kita untuk semakin kuat. Dan kamu harus tahu bahwa semua orang yang kamu cintai stu persatu akan pergi termasuk ibu, dan Allah berhak akan hal itu sayang. Apalagi hanya Azizah, Allah mudah untuk mengambilnya dari dalam hidupmu.
“Tapi kenapa bu Allah mengambil Azizah hanya untuk di sandingkan dengan orang lain dan orang itu adalah temanku sendiri.”
“Kamu harus belajar dari kejadian yang menimpamu hari ini, bahwa kamu tidak kuasa atas apapun Zainal. Kamu harus sadar bahwa kamu hanya seorang hamba yang tidak bisa apa-apa tanpa pertolongan tuhanmu.
Dan ingat Allah mengambil hal yang menurutmu baik karena Allah ingin menggantinya dengan yang lebih baik. Terkadang menurutmu baik tapi disisi Allah tidak nak. Maka dari itu kamu harus berhusnudzon kepada Allah sayang. Kamu ingat firman Allah dalam surah at-taubah dia berfirman“Latahzan Innallaha Ma’ana” yang artinya, “Bahwasanya jika kita bersedih Allah akan selalu Bersama dengan kita”.
Maka jadikanlah Allah sebagai sandaranmu nak. Dan juga hal yang harus kamu ingat, bahwa harapan kepada kepada manusia itu sakit, sedangkan harapan kepada Allah tidak akan membawa kecewa dan sakit nak, meskipun engkau berkhianat kepada Allah sebanyak apapun selagi bukan kufur Allah akan selalu ada untukmu Zainal.
“Sudahlah jangan bersedih Allah akan mengganti hal yang hilang darimu dengan yang lebih baik jika kamu bersabar menghadapinya.”
“Zainal anak ibu adalah anak yang kuat gak mungkin menyerah karena hal yang sepele seperti ini kan?”
Zainal menatap ibunya dan mengangguk
“Zainal sadar bu selama ini Zainal hanya berharap kepada Azizah, Zainal tidak berharap kepada Allah. Sehingga Allah menghukum Zainal, agar Zainal sadar bahwa mengharap kepada makhluk hanya akan membawa kecewa.”
*****
Hidrotul Hayah Mahasisiwi Semester II, Universitas Al-Amien Prenduan. Lahir Di Bangkalan pada tahun 2007. Menetap di Sepulu desa kecil di ujung timur Bangkalan.
*****
Cerpen bersambung:
Pilihan