Krisis Etika Dalam Keluarga Modern

Sebuah gambarang keakraban hubungan rumah tangga

Masalah etika terhadap orang tua dapat berupa kurangnya sopan santun dan rasa hormat anak kepada orang tua. Fenomena ini menjadi problem tersendiri bagi lingkungan keluarga. Pada era modern seperti sekarang ini, kepedulian dan perhatian masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap kearifan lokal yang menjadi tolak ukur attitude kurang banyak dipedulikan.

Hal ini menyebabkan sifat kurang ajar atau sejenisnya semakin sering muncul dalam interaksi sehari-hari. Dengan begitu, penting untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di tengah-tengah masyarakat dan bagaimana kita dapat mengatasi masalah ini.

Dampak Kurangnya Sopan Santun Terhadap Kesejahteraan Keluarga

Dalam keluarga, sikap kurang sopan dan kurang hormat terhadap orang tua dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan emosional dan psikologis dari seluruh anggota keluarga. Anak-anak yang tidak menghargai orang tua cenderung menciptakan lingkungan rumah yang penuh dengan konflik.

Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Psikologi Amerika menunjukkan bahwa rumah tangga yang sering diwarnai oleh konflik dan pertengkaran antara anak dan orang tua memiliki tingkat stres yang lebih tinggi. Stres ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik semua anggota keluarga.

Ketika anak-anak tidak menunjukkan rasa hormat dan sopan santun kepada orang tua, hal ini dapat menyebabkan orang tua merasa tidak dihargai dan kurang berharga dalam peran mereka. Ini dapat menurunkan kepercayaan diri orang tua dan membuat mereka mengalami gangguan emosional seperti depresi dan kecemasan.

Orang tua yang merasa tidak dihormati mungkin akan menjadi kurang terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, yang pada gilirannya dapat mengurangi dukungan moral dan bimbingan yang diterima anak-anak.

Selain dampak emosional, perilaku kurang ajar dari anak-anak juga dapat mengganggu komunikasi dan hubungan dalam keluarga. Hubungan yang sehat dan komunikatif antara anak dan orang tua sangat penting untuk kesejahteraan psikologis anak.

Ketika komunikasi terganggu, anak-anak mungkin merasa terisolasi dan tidak memiliki dukungan yang mereka butuhkan untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berdampak negatif pada perkembangan sosial dan akademis mereka.

Sikap kurang sopan juga membawa dampak bagi nilai-nilai keluarga. Setiap keluarga biasanya memiliki nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi, yang mencakup rasa hormat dan kepatuhan kepada orang tua. Kurangnya pemahaman dan penghormatan terhadap nilai-nilai ini dapat menyebabkan hilangnya identitas budaya dan moral dalam keluarga. Upacara dan tradisi yang seharusnya memperkuat ikatan keluarga dapat terabaikan, sehingga mengurangi kesempatan untuk mendidik anak-anak tentang pentingnya penghormatan dan kearifan lokal.

Penyebab Kurangnya Perhatian Terhadap Kearifan Lokal di Era Modern

Salah satu penyebab utama dari masalah etika terhadap orang tua adalah kurangnya perhatian dan kepedulian terhadap kearifan lokal di era modern saat ini. Globalisasi dan modernisasi telah membawa perubahan besar dalam cara pandang dan perilaku masyarakat, khususnya generasi muda. Teknologi yang semakin canggih, seperti internet dan media sosial, juga memiliki pengaruh besar terhadap cara anak-anak dan remaja berinteraksi dengan lingkungan mereka.

Pengaruh budaya asing yang diterima tanpa filter melalui media sosial seringkali bertentangan dengan nilai-nilai dan kearifan lokal. Banyak anak muda yang lebih mengidolakan gaya hidup Barat yang cenderung lebih individualistik dan kurang memperhatikan rasa hormat kepada orang tua. Mereka lebih sibuk mengejar popularitas dan pengakuan di dunia maya daripada menghargai hubungan yang ada di dunia nyata, termasuk hubungan dengan orang tua dan keluarga.

Di samping itu, pendidikan formal di sekolah-sekolah juga sering kurang memberikan penekanan pada pentingnya kearifan lokal dan nilai-nilai moral. Kurikulum yang lebih berfokus pada pencapaian akademis dan kompetisi sering mengabaikan pendidikan karakter yang sangat dibutuhkan oleh generasi muda. Akibatnya, anak-anak tumbuh tanpa pemahaman yang kuat tentang pentingnya menghargai orang tua dan kearifan lokal.

Perubahan peran orang tua juga turut mempengaruhi kurangnya perhatian terhadap kearifan lokal. Banyak orang tua di era modern lebih sibuk dengan pekerjaan dan kegiatan sehari-hari mereka, sehingga kurang memiliki waktu dan energi untuk menanamkan nilai-nilai moral dan kearifan lokal kepada anak-anak. Ketika peran mendidik lebih banyak diserahkan kepada institusi pendidikan, anak-anak cenderung kehilangan pola pengasuhan yang berbasis pada nilai-nilai keluarga.

Selain itu, urbanisasi yang cepat menyebabkan perubahan sosial dan budaya di masyarakat. Keluarga besar yang dahulu sering tinggal bersama dalam satu rumah kini cenderung terpisah-pisah di perkotaan. Interaksi sosial yang dulunya kuat dan saling mendukung kini menjadi lebih terisolasi. Anak-anak kurang memiliki kesempatan untuk belajar dan menyerap nilai-nilai kearifan lokal melalui interaksi dengan anggota keluarga yang lebih tua.

Dampak Teknologi dan Media Sosial dalam Mengikis Nilai-Nilai Budaya

Teknologi dan media sosial telah membawa banyak manfaat, tetapi juga memiliki dampak negatif dalam menurunkan nilai-nilai budaya dan etika, khususnya dalam hubungan antara anak dan orang tua. Penggunaan gawai yang berlebihan membuat waktu berkualitas antara anggota keluarga berkurang. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget dibandingkan berinteraksi dengan orang tua, mengakibatkan lemahnya komunikasi dalam keluarga.

Mayoritas konten yang ditemukan di media sosial cenderung menampilkan gaya hidup hedonis dan materialistis, yang terkadang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada di masyarakat kita. Iklan dan influencer sering memperlihatkan kehidupan yang glamor dan penuh kesenangan, yang kemudian menjadi acuan bagi generasi muda. Mereka cenderung lebih menghargai materi daripada hubungan interpersonal, termasuk dengan orang tua.

Contoh konkret dari fenomena ini adalah budaya ‘selebriti instan’ di mana popularitas dan pengakuan di media sosial menjadi tujuan utama. Remaja berlomba-lomba untuk mendapatkan ‘like’, ‘komentar’, dan ‘share’, bahkan dengan cara yang seringkali tidak sesuai dengan norma-norma sosial dan etika. Mereka mungkin menjadi kurang peduli dengan bagaimana mereka memperlakukan orang tua mereka, asalkan mereka tetap mendapat perhatian dan pengakuan dari teman-teman mereka di dunia maya.

Teknologi juga membawa dampak pada perubahan cara berpikir dan berperilaku generasi muda. Mereka cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek dan kurang sabar, yang berakibat pada ketidaksopanan dalam berkomunikasi dengan orang tua. Fenomena ini juga terlihat dari cara berbicara yang santai dan kurang sopan saat berbicara dengan orang tua, berbeda jauh dengan budaya timur yang penuh tata krama dan penghormatan.

Teknologi dan media sosial tidak hanya mempengaruhi anak-anak, tetapi juga orang tua. Banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan dan penggunaan gadget mereka sendiri, sehingga mereka tidak memberikan contoh yang baik bagi anak-anak mereka. Ketika orang tua lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar daripada berinteraksi dengan anak-anak, anak-anak tidak mendapatkan perhatian yang mereka butuhkan dan mulai mencari perhatian di tempat lain, seperti melalui media sosial.

Kurangnya Peran Pendidikan dalam Penanaman Nilai-Nilai Etika

Pendidikan seharusnya tidak hanya fokus pada aspek akademis tetapi juga mencakup pembentukan karakter dan moral generasi muda. Sayangnya, implementasi pendidikan karakter di banyak sekolah masih kurang optimal. Kurikulum yang padat dengan materi akademis membuat pendidikan etika dan moral kurang tersentuh. Padahal, penanaman nilai-nilai etika seperti sopan santun dan rasa hormat sangat diperlukan dalam proses pendidikan formal.

Beberapa sekolah mungkin memiliki program pendidikan karakter, tetapi sering kali program ini tidak dilaksanakan dengan baik. Program ini seharusnya diintegrasikan ke dalam semua aspek pembelajaran, tidak hanya sebagai mata pelajaran terpisah yang diajarkan beberapa jam dalam seminggu. Pendidikan etika perlu menjadi bagian dari budaya sekolah, di mana semua guru dan tenaga pendidik berperan aktif dalam mengajarkan dan mencontohkan nilai-nilai tersebut.

Selain itu, kolaborasi antara sekolah dan orang tua juga sangat penting dalam mendukung pendidikan karakter. Sekolah perlu bekerja sama dengan orang tua untuk memastikan bahwa nilai-nilai yang diajarkan di sekolah selaras dengan nilai-nilai yang diterapkan di rumah. Komunikasi yang baik antara sekolah dan orang tua dapat membantu menciptakan lingkungan yang konsisten dalam penanaman nilai-nilai moral dan etika.

Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter, beberapa sekolah telah mulai mengadopsi program-program yang fokus pada pengembangan moral dan etika siswa. Misalnya, program mentoring di mana siswa diberi kesempatan untuk belajar dari pengalaman dan kebijaksanaan guru atau orang dewasa lain di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler seperti klub debat, pramuka, dan kegiatan sosial juga dapat membantu siswa mempraktikkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan rasa hormat dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, masih ada tantangan besar dalam implementasi pendidikan karakter. Salah satunya adalah perlunya pelatihan khusus bagi guru agar mereka bisa menjadi contoh dan fasilitator yang efektif dalam mengajarkan nilai-nilai etika. Guru perlu dibekali dengan keterampilan untuk mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran yang mereka ajarkan dan mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan moral siswa.

Selain pelatihan guru, evaluasi dan umpan balik berkelanjutan juga sangat penting dalam memastikan efektivitas pendidikan karakter. Sekolah perlu mengembangkan sistem evaluasi yang tidak hanya mengukur pencapaian akademis tetapi juga perkembangan karakter siswa. Umpan balik dari siswa, orang tua, dan guru dapat menjadi dasar untuk terus meningkatkan program pendidikan karakter.

Perlunya Upaya Revitalisasi Nilai-Nilai Kebudayaan

Revitalisasi nilai-nilai kebudayaan merupakan langkah penting yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah kurangnya etika terhadap orang tua. Upaya ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari keluarga, masyarakat, hingga pemerintah. Revitalisasi nilai-nilai kebudayaan dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya adalah dengan memperkenalkan kembali praktik-praktik budaya yang mengajarkan rasa hormat dan sopan santun.

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memiliki peran utama dalam menanamkan nilai-nilai kearifan lokal. Orang tua perlu aktif mengajarkan dan mencontohkan nilai-nilai kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari. Praktik-praktik seperti upacara adat, cerita rakyat, dan permainan tradisional dapat menjadi media yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Orang tua juga perlu menjelaskan makna dan tujuan dari setiap praktik budaya kepada anak-anak agar mereka dapat mengerti dan menghargainya.

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam upaya revitalisasi nilai-nilai kebudayaan. Kegiatan-kegiatan komunitas yang melibatkan berbagai anggota masyarakat dapat menjadi sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan menanamkan nilai-nilai kebudayaan. Misalnya, kegiatan gotong royong, perayaan hari-hari besar lokal, dan festival kebudayaan dapat menjadi momen untuk mengajarkan dan merayakan kearifan lokal.

Pemerintah juga perlu mendukung upaya revitalisasi nilai-nilai kebudayaan melalui kebijakan dan program yang proaktif. Program-program seperti pelestarian cagar budaya, dukungan bagi seni dan budaya lokal, serta pendidikan karakter berbasis budaya dapat membantu memperkuat nilai-nilai kebudayaan. Pemerintah juga perlu memastikan bahwa media massa dan industri hiburan mendukung upaya ini dengan mempromosikan konten-konten yang menghargai nilai-nilai budaya.

Selain itu, teknologi juga bisa digunakan sebagai alat untuk mempromosikan dan melestarikan nilai-nilai kebudayaan. Media sosial dan platform digital dapat menjadi sarana untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kearifan lokal. Misalnya, membuat konten video yang menunjukkan praktik-praktik budaya, membuat aplikasi berbasis kebudayaan, dan lainnya. Teknologi dapat membantu menjangkau generasi muda dengan cara yang lebih relevan dan menarik.

Kesimpulan

Kurangnya etika dan rasa hormat anak kepada orang tua di era modern ini memberikan tantangan besar bagi kesejahteraan keluarga dan kelestarian nilai-nilai budaya. Kurangnya perhatian terhadap kearifan lokal dan pengaruh negatif teknologi dan media sosial menjadi faktor-faktor utama yang memperburuk situasi ini. Selain itu, pendidikan formal yang kurang memperhatikan penanaman nilai-nilai etika dan moral juga turut berkontribusi terhadap masalah ini.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Keluarga perlu memainkan peran aktif dalam menanamkan nilai-nilai kebudayaan dan memberikan contoh yang baik bagi anak-anak. Masyarakat melalui berbagai kegiatan komunitas juga dapat berkontribusi dalam melestarikan kearifan lokal. Sementara itu, pemerintah harus mendukung melalui kebijakan dan program yang mempromosikan nilai-nilai budaya dan pendidikan karakter. Teknologi, meskipun punya dampak negatif, juga dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk melestarikan dan mempromosikan nilai-nilai budaya dengan cara yang relevan bagi generasi muda.

Akhir kata, dengan upaya yang terpadu dan berkesinambungan dari berbagai pihak, kita berharap dapat membangun kembali rasa hormat dan sopan santun yang kuat di kalangan anak-anak terhadap orang tua, mempertahankan nilai-nilai budaya yang telah lama menjadi bagian penting dari identitas dan moral masyarakat kita.

(Beryl/Rulis)

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 923643268216706254

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close