Meneguk Madu di Pantai Lombang


Cerpen : Amik Widyawati


Pagi itu terlihat pemandangan yang tak biasanya. Setelah salat subuh, kamu mempersiapkan sarapan, bersih-bersih rumah, dan mobil dibagasi sudah siap untuk meluncur. Lalu kau memasukkan beberapa potong bajuku dan baju anak-anak ke dalam koper keciku.

Sambil mengernyitkan kening kuberanikan bertanya,“Kita mau kemana, Mas?”.

”Sudahlah, ikut saja denganku!”ajakmu.

Kuturuti saja perintahmu. Aku bergegas ke kamar mandi, kemudian bersiap-siap juga untuk berangkat. Dari balik pintu kamarnya, putri sulungku bertanya keheranan,

“Ibu, sebenarnya kita mau kemana, sih?”celoteh kecilnya membuatku tersenyum.

“Sudah, bersiap-siap saja, ikuti perintah ayahmu!”sahutku dari dalam kamar.

“Ibu, aku pakai celana yang mana!”teriak si kakak dari ujung kamarnya.

Aku tak menjawab. Aku bergegas menuju kamarnya.

Kupilihkan celana pendek tiga perempat dengan setelan kaos oblong warna biru kesukaannya.

“Pakai ini aja! Kita jalan-jalan santai,”jawabku. Sambil kusodorkan pakaiannya. “Semua sudah siap, ayo berangkat!” ajakmu.

Matahari masih enggan menampakkan kegarangannya. Sinar lembutnya terasa hangat menyentuh kulit. Jalan raya relatif sepi. Orang-orang belum banyak yang memulai aktivitasnya. Mereka masih betah berlama-lama tinggal di rumah, karena memang ini akhir pekan. Hanya beberapa pecinta olah raga sepeda yang tadi sempat berpapasan di perempatan jalan sebelah sana.

Mobil kami berjalan menyusuri  mulusnya aspal Sumenep, menyibak kabut yang masih menyelimuti. AC sengaja tidak dihidupkan, kaca mobil semuanya dibuka, agar kami bebas menghirup segarnya udara pagi.

Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya kamu bercerita hal-hal yang lucu,hingga aku terkekeh mendengarnya. Sementara, kedua anakku juga tak mau kalah dengan ayahnya. Mereka juga bercerita pengalaman lucunya.Keceriaan terpancar di wajah mereka. Bahagia sekali melihatnya.

Satu jam sudah perjalanan yang kulalui.

“Akhirnya sampai juga!”ujarmu. “Alhamdulillah, sudah tiba di tempat tujuan dengan selamat,” kuberucap syukur.

Kedua buah hatiku langsung berhamburan menceburkan diri ke pantai. Sementara kau sibuk mempersiapkan kudapan dan semua peralatan untuk menikmati indahnya Pantai Lombang. Oh, terjawab sudah pertanyaan yang mulai tadi berkecamuk di pikiranku.

Tiba-tiba kau memelukku dari belakang.

“Ayo, mandi!”ajakmu penuh rayu. “Ndak ah, dingin” kutolak dengan halus. Tapi kau tetap memaksaku.

“Ya,sudah kita jalan-jalan dulu!”rayumu lagi.

Kau gandeng tanganku. Jemari tangan kirimu kau tautkan di jemari tangan kananku. Ada sengatan listrik berdaya seribu dua ratus volt menjalar di seluruh urat nadiku.

Aku masih merasakan sengatan itu meski aku sudah menikah denganmu selama lima belas tahun. Kita berdua berjalan di pinggir pantai. Sengaja kubiarkan kakiku telanjang, agar dapat merasakan belaian lembut pasir pantai ini.

Sungguh indah nian Pantai Lombang Semilir angin pantai mengibas-ngibaskan kerudungku. Kita berlarian dan bercanda saling memercikkan air seperti sepasang kekasih yang baru menikah. Gelak tawa dan kemesraan kita membuat iri semua pasang mata yang memandangnya. Jajaran pohon cemara udang seakan menjadi saksi keabadian cinta kita.

Matahari semakin terik, kau mengajakku salat, kemudian makan siang lalu istirahat di villa yang berada dikawasan pantai ini. “Sepertinya kau sudah mempersiapkan ini jauh-jauh hari tanpa sepengetahuanku,” gumamku dalam hati.   
                
***
    
Siang telah berlalu, sebab matahari beringsut meninggalkan celoteh cahaya. Semburat jingga nampak di ujuk barat, pertanda malam akan segera tiba. Seusai maghrib kau mengajakku makan malam di kafe yang tak jauh dari villa kita.

Di atas meja kafe sudah tersedia makanan kesukaanku,ayam bakar. Dan juga ada nasi goreng kesukaanmu dan kesukaan kedua buah cinta kita. Hiasan lilin aroma terapi seakan mempercantik suguhan itu. Terdengar syahdu alunan lagu mellow

“Kubersyukur Memiliki Kamu” milik Kangen band menambah suasana romantis malam itu.
    
Kubersyukur memiliki kamu. Kubahagia ada di sampingmu
Hati ini terasa tenang, bila kau selalu bersama diriku
Kuterima kekurangan kamu. Kau terima kekurangan aku
Lengkapilah lembar jalanku, untuk mengarungi di setiap langkahku
Dari dalam hati kau takkan terganti, sampai nanti aku mati
Kucintai kau setulus hati. Kusayangi kau sepenuh hati
Aku mohon kau tetap di sini, menemani aku sampai akhir nanti
Kan kujaga kau selama-lamanya, sampai raga taklagi bernyawa
aAku mohon kau tetap setia, menemani aku sampai akhir dunia.
    
Katamu, syair lagu itu mewakili kata hatimu. Beberapa menit kemudian, pelayan kafe datang membawa kue tart bertuliskan namaku dan namamu lima belas tahun. Benar saja hari ini tepat lima belas tahun usia pernikahanku.
Kau berkata, “Sayang, semua ini untuk lima belas tahun kebersamaan kita!”.

“Maafkan aku sayang, belum bisa menjadi yang sempurna,”lanjutmu.

“Tapi aku akan berusaha menjadi yang terbaik untukmu, karena aku ingin sehidup sesurga bersamamu,”bisikmu lirih di telingaku. Kau cium keningku dengan mesra, tak terasa bulir bening menetes di pipiku. Kau lingkarkan kedua tanganmu dipinggangku, kau tatap mataku lekat-lekat. Kau dekatkan bibirmu di wajahku, nyaris tanpa jarak.

Lalu kusuruh kedua anakku menutup matanya dan berbalik arah, demi tak melihat apa yang memang tak seharusnya mereka lihat. Aku berharap kemesraan ini tak akan pernah berakhir. Aku ingin lebih lama lagi meneguk manisnya madu untuk yang kedua kali di pantai indah ini. Semoga….

*****
Amik Widyawati, ibu dari dua anak, pemilik nama pena Ummu Qizzah. Tinggal di Jalan Trunojoyo Gedungan, Sumenep-Madura. Penulis masih aktif mengajar di SMPI Luqman Al Hakim Sumenep. Jejaknya bisa diikuti di medsos dengan nama yang sama.



Pilihan

Tulisan terkait

Utama 7364100677180127220

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close