Sajak-Sajak M. Wildan, Annuqayah GulukGuluk
https://www.rumahliterasi.org/2024/11/sajak-sajak-m-wildan-annuqayah.html
M. Wildan merupakan siswa akhir MA 1 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep, jurusan ilmu sosial dan sedang berkelana dengan dunia imajinasi di Laskar Pena Lubtara, dan santri aktif PPA Lubangsa Utara.
Perjalanan
Bawalah aku terhanyut pada samuderamu
Tempat aku harus berlabuh
Atau tersesat
Bawalah aku pada tempat kita bisa berbagi
Saling melempar sauh
Yang membuat kita menebak penuh penasaran
Pada siapakah yang menuju lebih baik
Timur atau selatan sama saja,
Perjalanan kita tak lagi menuju senja
Hanya cahaya berpantulan
Menembus kaca matamu yang tak diurus
Memantulkan wajahmu yang begitu cemas
Pada perihal suasana dingin
Yang tak kenal arah mata angin
Reguler, 2024
Do’a Nestapa
Aku haturkan doa
Pada waktu yang terus-menerus mengalir
Pada gerimis yang tiada putus
Pada rindu yang menyesap luka.
Saat senja ,
Aku mengutuk diri
Dari kenangan yang tiada ada
Menjadi ada.
Senja di kotamu
Adalah kisah yang tak terulang
Siapapun boleh mengabadikan
Atau mengabaikan.
Aku berdoa sembari menangis
Sebab bayanganmu terus meminta kembali
Dan ribuan kali membawaku
Ke altar masa lalu.
Reguler,24
Senja Di Desamu
Saat menuju desamu
Masihkah senja seperti dulu
Saat pertama kali kita bertemu
Sore,lambaian angin
Gagal memeluk kecemasanmu
Cahaya matahari gagal mengubur
Keresahan jiwamu.
Aku di sini, di desamu
Yang bising menyimpan segala masa
Yang telah lama dikikis usia
Sepanjang menuju desamu
Aku tidak letih menghitung
Seberapa banyak kenangan di penghujung alismu
Sebab segala gerimis di penghujung jalanmu
Semestinya mengantarkan pada bunyi
Pada apa yang meminta kita
Untuk terus bersama, selamanya.
Reguler, 2024
Malam Yang Belum Usai
Ada malam yang terabaikan
Padahal kebersamaan belum usai di artikan
Engakau tinggalkan jejak
Di hatiku tergores rindu
Pertemuan kesekian
Kita lewatkan
Awan menghitam
Diam menunggu aba-aba hujan
Mari berdekapan di malam yang hening
Menumbuh kembangkan cita rasa
Bermekaran di hawa bergelora
Lubtara, 2024
Menyusurimu
Berjalan menujumu adalah perjuangan
Yang tiada henti
Mendamaikan jiwa, mempertanyakan realita
Di mana titik tumpumu, di ruang mana engkau bersembunyi
Rumahmu aku tahu
Segala suatu milikmu aku tahu
Hanya perasaan yang tak pasti, kelelapan yang ampuh
Membentengi diri
Menyusurimu adalah kepastian
Di salah satu itu ada pengorbanan
Mengingatmu, menjungjungmu, menjadikanmu satu
Tetap dalam jiwa, melukis wajah semesta
Lubtara, 2024
Episode Malam
Pada episode malam
Rindu seakan lebih tentram
Dari pada kenangan yang dipendam
Pada episode malam
Awan-awan padam
Seolah-olah dia tahu langit dalam
tentang hikayat alam
pada episode malam
engkau mengais tanah layaknya ayam
pada tubuh yang ditelan malam,
Lubtara, 2024
Memendam Kesunyian
Memendam kesunyian di ruang rindu
Tak ada kabar berkata, bayangan di ujung semu
Menyisakan tapak jejak
Di jalan yang bersenja
Di manakah engkau, wahai sang siaga
Cinta lahir dari harapan
Bergejolak di sela-sela kesadaran
Menujunya seperti jalan pulang
Rindu menjelma batang tulang
Menjadi sunyi adalah kesenangan
Menghayati perjalanan
Mengenang kebersamaan
Lahir dan datang dalam kesinggahan
Kembali ke akar, menjalar ke dalam
Lubtara, 2024
Pentol Pinggir Jalan
Nanti,
jika sudah hilang
Kisah ini tinggal kenangan
Mobil-mobil berlalu -lalang
Sedang sepeda motor menyembunyikan knalpotnya
Kita membeli pentol pinggir jalan
Nanti,
Jika sudah tidak ada
Pentol akan berganti pelanggan
Lubtara, 2024
Hujan Di Kampungku
Adalah hujan
Musim yang kunantikan
Setiap kali datang
Membawa kesejukan malam
Aku sangat senang
Setiap hujan datang
Karena aku bisa hujan-hujanan
Seru-seruan juga
Bahkan sampai kedinginan
Begitu pula temanku
Mereka turut gembira
Merayakn musim
Yang menjadikan semua
Sejuk dingin bagaikan salju
Dengan meminum seteguk air hangat
Hingga terlelap ke alam mimpi
Lubtara, 2024
Berpasrah Diri
Saat dini hari tiba
Ku sampaikan doa-doa
Untuk berserah diri
Kepada sang ilahi
Air mulai tenang
Awan-awan bersembunyi
Angina menyejukkan suasana malam
Api memadamkan diri
Aroma kematian mendekat
Usia semakin menipis
Bumi hampir menutupi umur
Waktu ingin habis
Lubtara, 2024 Pilihan