Sajak-Sajak M. Wildan, Annuqayah GulukGuluk


M. Wildan
merupakan siswa akhir MA 1 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep, jurusan ilmu sosial dan sedang berkelana dengan dunia imajinasi di Laskar Pena Lubtara, dan santri aktif PPA Lubangsa Utara.


Perjalanan

Bawalah aku terhanyut pada samuderamu
Tempat aku harus berlabuh
Atau tersesat

Bawalah aku pada tempat kita bisa berbagi
Saling melempar sauh
Yang membuat kita menebak penuh penasaran
Pada siapakah yang menuju lebih baik

Timur atau selatan sama saja,
Perjalanan kita tak lagi menuju senja
Hanya cahaya berpantulan
Menembus kaca matamu yang tak diurus
Memantulkan wajahmu yang begitu cemas
Pada perihal suasana dingin
Yang tak kenal arah mata angin

Reguler, 2024




Do’a Nestapa

Aku haturkan doa
Pada waktu yang terus-menerus mengalir
Pada gerimis yang  tiada putus
Pada rindu yang menyesap luka.

Saat senja ,
Aku mengutuk diri
Dari kenangan yang tiada ada
Menjadi ada.

Senja di kotamu
Adalah kisah yang tak terulang
Siapapun boleh mengabadikan
Atau mengabaikan.

Aku berdoa sembari menangis
Sebab bayanganmu terus meminta kembali
Dan ribuan kali membawaku
Ke altar masa lalu.

Reguler,24




Senja Di Desamu

Saat menuju desamu
Masihkah senja seperti dulu
Saat pertama kali kita bertemu

Sore,lambaian  angin
Gagal memeluk  kecemasanmu
Cahaya matahari gagal mengubur
Keresahan  jiwamu.

Aku di sini, di desamu
Yang bising menyimpan segala masa
Yang telah lama dikikis usia

Sepanjang menuju desamu
Aku tidak letih menghitung
Seberapa banyak kenangan di penghujung alismu
Sebab segala gerimis di penghujung jalanmu
Semestinya mengantarkan pada bunyi
Pada apa yang meminta kita
Untuk terus bersama, selamanya.

Reguler, 2024




Malam Yang Belum Usai

Ada malam yang terabaikan
Padahal kebersamaan belum usai di artikan
Engakau tinggalkan jejak
Di hatiku tergores rindu

Pertemuan kesekian
Kita lewatkan
Awan menghitam
Diam menunggu aba-aba hujan

Mari berdekapan di malam yang hening
Menumbuh kembangkan cita rasa
Bermekaran di hawa bergelora

Lubtara, 2024




Menyusurimu

Berjalan menujumu adalah perjuangan
Yang tiada henti  
Mendamaikan jiwa, mempertanyakan realita
Di mana titik tumpumu, di ruang mana engkau bersembunyi

Rumahmu aku tahu
Segala suatu milikmu aku tahu
Hanya perasaan yang tak pasti, kelelapan yang ampuh
Membentengi diri

Menyusurimu adalah kepastian
Di salah satu itu ada pengorbanan
Mengingatmu, menjungjungmu, menjadikanmu satu
Tetap dalam jiwa, melukis wajah semesta

Lubtara, 2024




Episode Malam

Pada episode malam
Rindu seakan lebih tentram
Dari pada kenangan yang dipendam

Pada episode malam
Awan-awan padam
Seolah-olah dia tahu langit dalam
tentang hikayat alam

pada episode malam
engkau mengais tanah layaknya ayam
pada tubuh yang ditelan malam,

Lubtara, 2024




Memendam Kesunyian

Memendam kesunyian di ruang rindu
Tak ada kabar berkata, bayangan di ujung semu
Menyisakan tapak jejak
Di jalan yang bersenja
Di manakah engkau, wahai sang siaga

Cinta lahir dari harapan
Bergejolak di sela-sela kesadaran
Menujunya seperti jalan pulang
Rindu menjelma batang tulang

Menjadi sunyi adalah kesenangan
Menghayati perjalanan
Mengenang kebersamaan
Lahir dan datang dalam kesinggahan
Kembali ke akar, menjalar ke dalam

Lubtara, 2024




Pentol Pinggir Jalan

Nanti,
jika sudah hilang
Kisah ini tinggal kenangan

Mobil-mobil berlalu -lalang
Sedang sepeda motor menyembunyikan knalpotnya
Kita membeli pentol pinggir jalan

Nanti,
Jika sudah tidak ada
Pentol akan berganti pelanggan

Lubtara, 2024




Hujan Di Kampungku

Adalah hujan
Musim yang kunantikan
Setiap kali datang
Membawa kesejukan malam  

Aku sangat senang
Setiap hujan datang
Karena aku bisa hujan-hujanan
Seru-seruan juga
Bahkan sampai kedinginan

Begitu pula temanku
Mereka turut gembira
Merayakn musim
Yang menjadikan semua
Sejuk dingin bagaikan salju
Dengan meminum seteguk air hangat
Hingga terlelap ke alam mimpi

Lubtara, 2024





Berpasrah Diri

Saat dini hari tiba
Ku sampaikan doa-doa
Untuk berserah diri
Kepada sang ilahi

Air mulai tenang
Awan-awan bersembunyi
Angina menyejukkan suasana malam
Api memadamkan diri

Aroma kematian mendekat
Usia semakin menipis
Bumi hampir menutupi umur
Waktu ingin habis

Lubtara, 2024

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 1866169521793074929

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close