Inilah Literasi Terendah di Dunia, Posisi Indonesia Urutan Keberapa?


Banyak pihat menyebut literasi hanya sebatas membaca dan menilis. Literasi bukan hanya sebatas membaca dan menulis. Literasi mencakup berbagai kemampuan. Literasi juga tidak hanya terkait teks tulis, tetapi juga teks multimoda, seperti gambar, poster, dan flyer.

Literasi dapat diartikan sebagai sarana untuk mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi, menciptakan, dan berkomunikasi dalam dunia yang semakin digital, berbasis teks, kaya informasi, dan cepat berubah.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan literasi dengan empat poin: kemampuan menulis dan membaca, keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, kemampuan mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup, serta penggunaan huruf untuk merepresentasikan bunyi atau kata.

Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB, UNESCO, mendefinisikan literasi sebagai hal yang lebih penting dalam hidup. Menurut UNESCO literasi adalah keterampilan mendasar yang memberdayakan individu dan masyarakat.

Dengan literasi, individu bisa meningkatkan akses terhadap informasi, kesempatan kerja dan mendorong inklusi sosial.

Dikutip dari detik.com angka literasi global hanya 86,3%. Hal ini didasarkan dari  Institut Statistik UNESCO (UIS), tingkat literasi global pada kalangan orang dewasa (usia 15 tahun ke atas) pada 2021 adalah 86,3%.

Jika dibandingkan antar negara-negara di dunia, maka terdapat kesenjangan yang signifikan. Ada negara yang tingkat literasinya mencapai 100%, sedangkan negara lain ada yang hanya 30%.
Berdasarkan data UIS, yang dikutip dari Country Casette (16/7), wilayah Afrika Sub-Sahara memiliki tingkat melek huruf terendah di dunia, dengan beberapa negara melaporkan angka tersebut di bawah 50%. Sebaliknya, negara-negara di Asia Timur dan Amerika Latin telah mencapai kemajuan signifikan dalam meningkatkan angka melek huruf.

Sementara negara-negara Eropa utara seperti Finlandia dan Norwegia, menjadi negara dengan literasi tertinggi di dunia dengan 100%.

Bagaimana dengan Indonesia?

Dari 208 negara, Indonesia menempati posisi ke-100 dengan literasi mencapai 95,44%. Posisi ini masih kalah dibanding negara Asia Tenggara lain, Filipina di posisi ke-88 dengan 96,62%, Brunei di posisi 86 dengan 96,66%, dan Singapura di posisi 84 dengan 96,77%.

Menurut laporan UIS 2021, beberapa faktor yang memengaruhi tingkat literasi, antara lain akses terhadap pendidikan, kualitas pendidikan, kondisi sosial ekonomi, dan sikap budaya terhadap pendidikan.

Secara umum, negara-negara dengan tingkat literasi yang tinggi memiliki infrastruktur pendidikan yang kuat dan kebijakan yang mendorong literasi.

Sementara negara-negara dengan tingkat melek huruf yang rendah, masih menghadapi tantangan seperti kemiskinan, kurangnya akses terhadap pendidikan berkualitas, dan kesenjangan gender.

Untuk mengetahui sepuluh negara dengan literasi terendah di dunia menurut Institut Statistik UNESCO tahun 2021, berikut ini daftarnya.

10 Negara dengan Literasi Terendah di Dunia

1. Nigeria - 30%
2. Guinea - 30,47%
3. Sudan Selatan - 31,98%
4. Mali - 33,07%    
5. Republik Afrika Tengah - 36,75%
6. Burkina Faso - 37,75%
7. Somalia - 37,8%
8. Afganistan - 38,17%
9. Benin - 38,45%
10. Chad - 40,02%

Bagaimana Menghadapi Tantangan Literasi yang Rendah?

Nyatanya, dari sepuluh negara dengan literasi terendah di dunia, mayoritas ada di benua Afrika. Ini memperkuat faktor yang memengaruhi literasi yakni soal ekonomi dan akses pendidikan.

Dikutip dari laman resmi UNESCO, terdapat sebuah "Aliansi Global untuk Literasi" atau GAL. Aliansi ini terdiri dari 30 negara yang berkomitmen kuat untuk meningkatkan literasi generasi muda dan orang dewasa.

GAL berupaya membuat gerakan bersama dalam pengembangan kebijakan dan investasi keuangan untuk menjaga literasi bagi semua orang, terutama mereka yang kurang beruntung.

Untuk mencapai tujuan ini, GAL dalam Kerangka Pembelajaran Seumur Hidup diluncurkan pada tahun 2016 untuk memajukan upaya literasi global dan mengatasi tantangan dalam mempromosikan literasi di seluruh dunia.

GAL memiliki strategi kerangka panduan yang sejalan dengan strategi UNESCO untuk "Literasi Remaja dan Dewasa (2020-2025)". Strategi ini menetapkan lima bidang fokus untuk memajukan literasi dan numerasi di negara-negara anggota GAL:

1. Kebijakan dan perencanaan
2. Kesetaraan dan inklusi
3. Inovasi
4. Data dan pemantauan
5. Kemitraan dan kerja sama.

"Area fokus ini menyasar kaum muda dan orang dewasa dari latar belakang yang paling kurang beruntung untuk mendukung pengembangan keterampilan membaca dan berhitung mereka, dan dengan demikian potensi kemajuan dalam kehidupan pribadi, komunitas, dan pekerjaan mereka," tulis UNESCO dalam situs resminya.

(Rulis/detik.com)



Pilihan

Tulisan terkait

Utama 7893618662525579068

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close