Sekolah Membeli Siswa
Ilustrasi: siswa SD sedang memberi pemahaman pada teman sekolahnya (foto: FB Taufiku)
Taufiku
Dalam salah satu pertemuan, berkisahlah seorang guru SD dari sekolah pelosok. Menurutnya, salah satu momen yang berat dihadapi sekolahnya adalah ketika mendekati tahun ajaran baru. Kepala sekolah dan guru menyisir rumah warga untuk mencari anak yang berusia siap sekolah.
Jika dalam suatu keluarga dijumpai anak yang kelas TK-B, mereka akan mengajak anak tersebut masuk ke sekolah mereka. Tentu saja dengan iming-iming uang. Jumlahnya bisa sampai satu juta rupiah untuk setiap anak.
Ternyata, cerita "sekolah membeli siswa" itu hal biasa. Hampir semua guru-guru yang hadir dalam pertemuan itu membenarkan itu terjadi. Lebih prihatin lagi praktik ini banyak dilakukan sekolah kecil, sekolah yang jumlah siswanya di bawah lima puluh.
Bagaimana beratnya sekolah duafa' tersebut. Sudah mendapat dana BOS sedikit, dari yang sedikit itu harus digunakan untuk transaksi siswa. Bahkan ada yang meminta guru sumbangan.
Menanggapi hal tersebut, pada kesempatan itu saya bilang: Ada dua kemungkinan mengapa "membeli siswa" itu terjadi.
Pertama, sekolah yang melakukan hal tersebut adalah sekolah yang tidak berkualitas. Sekolah yang membeli siswa itu biasanya sekolah yang kurang mendapat kepercayaan masyarakat. Sekolah sepi peminat. Tidak ada cara efektif untuk mendapatkan siswa baru kecuali dengan membeli.
Kedua, masyarakat dilingkungan sekolahnya yang kurang berkualitas. Bisa saja sekolah sudah menjadi sekolah yang baik, hanya saja masyarakat di sekitarnya memilih sekolah tidak berpatokan pada mutu pendidikannya, melainkan pada keuntungan materi yang didapatkannya.
Mereka akan memasukkan anaknya pada sekolah yang memberinya uang walaupun kegiatan pembelajaran di dalamnya jauh dari baik. Kondisi inilah yang menyebabkan lelang siswa. Siapa yang memberikan lebih banyak uang, dialah yang akan mendapatkan siswa.
Kali ini saya tambahkan kemungkinan penyebab yang ketiga, yaitu sekolah dan masyarakatnya tidak berkualitas.
Diangkat dari akun FB Taufiku