Baca Puisi Humor: Menemukan Puisi Dalam Humor, Menemukan Humor Dalam Puisi
Jose Rizal Manua (kanan) bersama Emha Ainun Najib (kiri) (foto: Jose Rizal Manua)
Jose Rizal Manua
(Kamis, 17 dan Jum’at, 18 September 1992, Jam 19.30 WIB., Hall Pusat Kebudayaan Jepang Jakarta)
Salah satu ucapan pelawak Asmuni yang paling legendaris adalah- “wong sugih iku gak iso salah!” – yang diucapkannya di layar teve dalam salah satu seri “Srimulat’ almarhum.
Penonton, ketika itu, tertawa sampai pada takaran kelucuan yang aneh. Karena sesungguhnya yang mereka ungkapkan adalah kegetiran : adalah naluri universal manusia untuk mentransendensikan ketertindihan ke ‘langit’ humor.
Ingat juga Syech Abu Nuwas yang ‘ngerjain’ Tuhan dipuncak ketidak sanggupannya menyangga dosa-dosa: “Aku ini ndak potongan masuk surga, ya Allah, tapi kalau harus masuk neraka ya jangan dong…”
Ada satu tingkat kejiwaan dalam diri manusia di mana humor, kesedihan, puisi, cinta kepada Sang satu-satunya, serta output apa pun saja dari segala penghayatan hidup,- telah menyatu tanpa bisa diuraikan lagi.
Abu Nuwas (ingat sekali lagi : bukan Abu Nawas lho!) di arasy itu tak lagi merasa bahwa tangis bisa mewakili kesedihan dan ketakutan kepadaNya, tapi itu justru membawanya pada ‘perilaku berbahaya’ untuk ‘melawak’ di depan Tuhan.
Asmuni yang sejak awal keterlibatannya dalam dunia seni tradisi (ludruk), memang ‘memilih’ keperdulian dan progresivitas sosial (meskipun sejak Srimulat kalah cepat ‘lari’ bertanding melawan perkembangan-perkembangan masalah sosial politik) – mencoba ‘mengabadikan’ kegelisahan sosialnya lewat bentuk-bentuk yang menerobos hingga ke nuansa lawakan.
Anda tentu ingat, dalam kasus penggusuran tanah di Urip Sumohardjo, Surabaya, dimana Asmuni termasuk kena gusur, ia ‘melawak’ pula di DPR (parlemen kerakyatan yang ‘lebih lucu’ dibanding Srimulat sehingga grupnya Teguh itu bangkrut) : “Tanah kan titipan Tuhan, mosok rakyat tidak diakui sebagai pemegang hak paling utama. “Ojok ngono rek!”.
Rasul Muhammad pernah menakut-nakuti nenek-nenek: “Pintu sorga tertutup bagi orang-orang tua macam kalian!”. Menangislah mereka, mengguguk-guguk, sampai akhirnya Rasul tertawa terkekeh-kekeh dan berkata lagi, “Soalnya nanti sebelum masuk sorga kalian semua ini berubah menjadi perawan-perawan jelita!”
Saya hanya ingin mengatakan bahwa adalah using dan tidak ilmiah untuk memandang humor sebagai makhluk yang rendah, sementara ilmu, puisi, sembahyang, cinta dan filsafat adalah makhluk priyagung yang tinggi singgasananya.
Itu pandangan feodal dan berasal dari kekeliruan pengetahuan kosmologi dan filosofi nilai hidup yang melahirkan terminologi penggalan-penggalan. Kita diajari untuk memahami puisi, humor, cinta, sembahyang, sebagai hanya faktor kultur, dan tidak sebagai realitas (intrinsik) ilmu dan realitas batin. Kalau kita berada di masjid, kita tidak boleh bertepuktangan. Kalau berkhotbah, tidak boleh melucu, dan kalau terpaksa ada yang lucu maka jamaah dilarang tertawa.
Padahal, rasukilah, dan pasang mata akal dan batinmu dengan seksama : peta realitas ciptaan Allah inipun sebuah humor yang luar biasa.
Apa yang dilakukan Jose Rizal Manua dengan puisi humornya ini bukanlah “mengangkat humor ke kelas puisi” atau “menurunkan harkat tinggi puisi ke tong sampah humor” – melainkan cicilan akulturasi dan ajakan internalisasi untuk membawa kita kepada jumbuhnya nilai dan ungkapan hidup yang selama ini kita tinggi-rendahkan.
Pada tahap ini, minimal kita belajar menemukan puisi dalam humor dan menemukan humor dalam puisi. (Emha Ainun Nadjib).
Komentar-Komentar Tentang Jose Rizal Manua
Sutardji Calzoum Bachri (Penyair)
“Saya menyambut baik usaha Sdr. Jose Rizal Manua membacakan sajak-sajak yang bernafaskan humor. Semoga upayanya dapat membantu kita untuk lebih menyadari sisi manusiawi kita”.
Taufiq Ismail (Penyair)
“Ikhtiar Jose Rizal manua baca puisi berkeliling keberbagai kota negeri kita, patutlah sangat dihargai. Idenya mengangkat tema humor ini, mempersegar penyajian baca puisi. Selamat!
Putu Wijaya (Sutradara)
“Jose Rizal Manua telah membantu kita menyalakan api di dalam sajak-sajak itu”
*****
Dari FB Jose Rizal Manua