Sublimasi Keindahan Lukisan Karya Nova Christiana (1)
https://www.rumahliterasi.org/2024/07/sublimasi-keindahan-lukisan-karya-nova.html
Amang Mawardi bersama Nova Christiana (foto Amang Mawardi) |
Oleh: Amang Mawardi
Sudah sekitar sebulan saya kepikiran terhadap sosok Nova Christiana, yang pameran lukisan tunggalnya di Galeri Merah Putih kompleks Balai Pemuda, Surabaya, pada 15-20 Juni lalu, belum juga saya tulis. Kalaupun menulis, baru sebatas _straight news_. Padahal, biasanya, manakala apa-apa yang kesannya bagus yang masuk ke bilik suara hati, segera saya manifestasikan secara deskriptif. Entah itu dalam bentuk tulisan di Facebook atau di media online.
Ketika saya membuka pamerannya berjudul _Surabaya's Timeless Aesthetics_ atas permintaan sobat Hamid Nabhan, saya benar-benar tak menduga.
Pasalnya, dari 4 _event_ seni rupa yang pernah saya buka di galeri tersebut --mohon maaf-- konten pameran inilah yang paling menyodok.
Saya pikir anak muda berpendidikan S2 Manajemen Keuangan dari Unair ini, akan menampilkan karya-karya "biasa", mungkin salah satunya dikarenakan persepsi saya tentang penampilannya yang tidak mencerminkan sosok seniman sama sekali -- lebih terlihat sebagai anak muda yang bercitra eksekutif.
Begitu pintu galeri hendelnya saya tekan ke bawah sebagai rangkaian tanda pembukaan, dan saya pun memasuki ruangan tersebut dengan melihat dan mengamati 16 lukisan karyanya dalam media cat air ( _water color_ ) muncul monolog dalam hati : _Jambu_ ! Bagus sekali karya-karya ini !
Hal tersebut boleh jadi lantaran Nova berhasil membangun suasana, menjadikan karya-karyanya _ngelangut_ sarat dejavu, sehingga menimbulkan kalimat kesimpulan : Inilah sublimasi yang indah !
Agak sulit saya definisikan, masuk ke aliran apa karya-karya tersebut. Realisme? Kayaknya tidak tepat benar. Impresionisme? Tidak sepenuhnya begitu. Mungkin yang lebih sesuai adalah gabungan antara dua _style_ tersebut.
Yang jelas Nova Christiana berhasil menghadirkan karya-karya _perfect_ berobyek _city space_, berupa bangunan-bangunan kuno peninggalan masa kolonial di Surabaya, maupun suasana di lokasi-lokasi kota lama, seperti : Kembang Jepun, Songoyudan, Bongkaran, Pasar Pabean, dan beberapa lokasi lainnya.
Lukisan Nova Christiana (foto Amang Mawardi) |
Pada akhirnya untuk menulis tentang sosok ini lebih lanjut, saya kehabisan bahan. Padahal keterpesonaan masih mengekor terus. Impresivitas batin, seharusnya diimbangi dengan fakta empiris lainnya. Di situlah barangkali akan menjawab tuntas kekaguman saya.
Sekadar ilustrasi, sehabis membuka pamerannya, saya keburu pulang. Anak saya, menantu, dan cucu, yang mengantar saya, sudah menunggu di _basement_ Alun-Alun Surabaya, untuk selanjutnya bergeser ke tempat lain. Padahal saya baru sekadar berbasa-basi dengan sosok yang ramah dan santun ini. Belum ngobrol secara _"deep talk"_. Pertama kali ketemu ya di _opening_ ini.
Karena diminta oleh Mas Hamid Nabhan pelukis, penyair, dan yang belakangan rajin menulis persoalan seni rupa, saya mengiyakan untuk membuka pameran tunggal Nova Christiana.
***
Begitulah, sesuatu yang menohok, semestinya dicari apa penyebabnya. Sekadar terpesona tanpa alasan yang jelas sungguh kurang elok, sebagaimana saya singgung di atas. Sementara, saya kekurangan bahan untuk mendiskripsikan kekaguman saya.
Saat saya cari di google, yang saya dapati banyak berita _straight news_ tentang pelukis yang pernah sekolah di SMP Negeri 6 di Jalan Jawa, Surabaya.
Sehabis _opening_ pameran malam itu, 2 hari kemudian saya _aprove_ pertemanan dengan Nova di Facebook. Lantas saya coba telusuri berandanya.
Memang lain daripada yang lain. Di situ saya dapati suasana keseharian Nova Christiana dan sekian aktivitasnya di dunia pergaulan maupun yang bersinggungan dengan kegiatan pameran lukisan di Jawa Timur, khususnya Surabaya.
Ternyata tidak itu saja. Ada terbaca pandangan-pandangannya terhadap politik, ekonomi, sosial, budaya dan dunia pendidikan dengan segala macam problematika.
Salah satu postingannya mem- _foreward_ gambar seekor serigala besar berpidato di mimbar, berdiri di hadapan ribuan biri-biri, di halaman gedung parlemen. Di "balon" gambar tadi tertulis : "After Iam elected, I will become a vegetarian !".
Sebuah parodi yang mengancam batin siapa pun yang mencintai demokrasi sejati.
Atau Nova posting sebuah lukisan yang menggambarkan kehidupan sekian abad lampau, yang ia kutip dari 'Science Prove', di mana di bagian atas gambar itu tertulis (setelah diterjemahkan) :
Sejarah selalu ditulis oleh para pemenang. Ketika dua budaya bentrok, yang kalah dihancurkan. Pemenang lantas menulis buku-buku sejarah yang mengagungkan tujuan mereka sendiri dan meremehkan yang ditaklukkan.
Sementara itu, beberapa kali mencuat narasi catatan-catatannya dalam bahasa Inggris yang terstruktur apik dan benar.
Dari sini saya bisa membaca sikap sosok seniman yang intelektual ini dalam bingkai dan isi: Teguh !
***
Tuisan bersambung:
- Sublimasi Keindahan Lukisan Karya Nova Christiana (1)
- Sublimasi Keindahan Lukisan Karya Nova Christiana (2)
Pilihan