Sajak Ulil Maghfiroh, Universitas Al-Amien
Ulil Maghfiroh, lahir di Sumenep, tanggal lahir : Sumenep. 21 Oktober 2006, Alamat : Pragaan Sumenep Jawa Timur, kini sedang kuliah di Universitas Al-Amien, jenjang pendidikan : Semester 3, Ekonomi Syariah (FEBI),
Dunia Bukan Asaku
Ada apa hari ini?
Jalanan terjal nan sepi
Seakan akan ikut menangisi
Takkala dunia berhenti
Namun tetap padarotasi bumi
Dunia terlalu fatamorgana
Menurutku dahulu sangat mempesona
Dunia sekarang tak ku inginkan
Hati telah letih
Kaki lelah untuk berlari
Semua telah kurasakan
Beban terlalu memberatkan
Dunia begitu tak nyaman
Dunia bukan asaku
Dunia bukan asaku
Karena dunia melemparku jauh
Dunia menghantamku dengan batu
Dunia mencabik-cabik tubuhku
Di lempar pada semua penjuru
Dunia bukan asaku
Kopi Malam
Kopi malam
Aku telah menyajikan kopiku
Bukan aku barista
Bukan pula penikmat senja
Aku hanya seorang pujangga
Sedang mencari sisa-sisa kopi gulana
Kopi malam
Teman ketika malam
Selimut ketika berkabut
Tak ada hal sebaik kau
Penyaring asa
Prnghilang dahaga
Bahkan mataku tetap terjaga
Menikmati sejentik harapan
Oh kopi malam
Aku penyuka suasana malam
Sunyi dari pebisingan
Hanya jangkrik bernyanyi riang
Kopi malam
Telah ku seduh kopiku
Tenang mengalir hingga paru-paru
Merasuk kalbu
Indah dunia malamku
Secangkir Kopi Penggantimu
Sunyi malam memekik sepi
Pada jiwa insan kering kerontang
Sesekali melihat lagit malam
Menyesap kopi agar sadar diri
Merenung
Aku berkata tak mapu
Gejolak hati yang masih sendiri
Mencoba nengembara mencari tuan
Dimanakah kau tuan?
Kopi ini saksi kita
Bersua dengan tawa
Berakhir duka dengan tumpahnya kopi kita
Dimanah kau tuan?
Berada di pasir putih?
Bersenandungdengan debur ombak seasik lagu
Atau kau berada di kaki gunung?
Sedang bersajak dengan tumbuhan
Oh tuan dimanakah kau ?
Seretan Pilu
Tetesan air mata
Menetes menjadi sungai
Menjadi laut bahkan samudra
Siapa yang ingin mengusapnya?
Siapa yang ingin menampungnya?
Semua raib karena deras nya
Mengapa kau tak bertanya tuan?
Sebab apa luka ini tergores?
Sebab apa pilu ini getir?
Bak luka tertuang garam
Oh tuan ...
Dimana hati nuranimu?
Kau seret-seret hati ini
Sakit menggila semakin menjadi
Oh tuhan...
Sesal mengenalnya
Sesal ku torehkan tinta mas menulis tentangnya
Tuhan..
Obati hati ini
Dengan mata air kearifanmu
Agar tak lagi menganga menjadi seretan pilu
Sunyi Dalam Kebisingan
Ha...ha...haa
Seruak menyeruak suara tajam
Bising cerita mereka tentang zaman
Nihil tak mendengarnya
Tumbuhan pun menjadi saksi
Tentang ramainya nuansa ini
........
Diam lesu tak berarah
Lidah kelu tak bersuara
Padahal aku ditengah kebisingan
Pada tanah peradaban
Pada ruang komunikasi yang katanya mengasikkan
Ya katanya
Bagiku...
Sepi duniaku
Hambar rasaku
Kering naluriku
aa..aaa...aa
telingaku tetap mendengar
mataku tetap melihat
jiwaku entah kemana
sunyi-sunyi
sepi-sepi dan sepi