Sajak-Sajak Sirtu Fillail, NTB
Sirtu Fillaili, perempuan berasal dari Praya Lombok Tengah NTB, lahir pada tanggal 6 Januari 2005. Konon kabarnya, gadis yang namanya bermakna “aku berjalan di waktu malam” menyukai kata-kata puitis. Maka ia berusaha membaca, memahami makna-makna dalam karya puisi.
Sirtu Fillaili sekarang sedang melanjutkan studinya di Universitas Al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura, jenjang pendidkannya semester 3, Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah. Dia juga aktif dalam mengikuti kergiatan organisasi di Fakultas terutama organisasi AJMI (Aliansi Jurnalis Muda Islam). Menurutnya, organisasi ini sangat melatih keterampilannya dalam menulis dan mengembangkan bakatnya dalam merangkai kata.
Rinai Rindu
Awan berhimpun ramai
Menangis diatas derita senja
Meraut bahtera keresahan
Diseberang lautan tak berpantai
Dersiran ombak membawa kenangan
Tertiup angin di samudera tak hingga
Penghuni laut bernyanyi tanpa panggung ria
Pelupuk mata menahan rindu tiada tara
Ucap do’a hanya bergelut luka lara
Dilema oleh legenda
Terbayang karena suka
Lihatlah
Kan kutuliskan balasan rindumu
Pada sajak yang kumampu
Hari Kita
Bising kerinduan menyapa lamunan
Barisan diksimu melekat pada lubuk hati
Iringan do’a pada langit malam yang sama
Membawaku pada sajak cerita kita
Meramu rindu
Menanam didalam qolbu
Mengadu pada Tuhan
Pencipta detik waktu
Namun
Cahaya kan redup
Jika asa tak laju
Kaca masa depan pecah tak tersisa lagi
Kertas putih bertulis tinta kan usang ditelan angan
Sendu,,,
Menyapu ruang hati yang telah lama menanti
Ketika kutertampar diri
Yakin bahwa PilihanNya lebih tepat nanti
Dan kumenanti pada waktu yang telah tertata rapi
Jantung Hatiku
Renungan hati menyulap rinai cerita malam ini
Mendekori cahaya rembulan yang penuh dengan harapan
Layaknya bintang yang ditaburi Tuhan pada titik kegelapan malam
Rentetan tinta yang kurilis diatas garis kehidupan
Membawaku terjun dalam manisnya perjuangan
Tipu daya setan terhempas oleh do’a jantung hatiku”orang tuaku”
Rela nafas mereka terdengar pada bait-bait do’a malamku,
Sujudku menjadi saksi bisu lepasnya tirai rindu
Kumenunggu disela cahaya yang kita tuju
Malam
Cahaya rembulan membangun asa yang telah mati
Dekoran bintang bersorak
Merobohkan khayalan
Angin malam menyapa halus
Menggugah kenangan lama
Lirikku bernyanyi diatas kertas putih berarti
Merajut diksi yang kelam
Menjadi ilmu yang dalam
Sungguh
Ayunan waktu malam
Membawa ilusi
Ke tebing yang lebih tinggi
Tersesat
Langit menyapa
Membawa butiran awan
Menangis disemenanjung asa
Pilu terdengar suara ledakan
Menakuti seluruh insan
Lemah
Jiwa yang jauh dari asalnya
Tak terarah mencari Ridho TuhanNya
Bagaimana bisa?
Atma berpaling dari Taqdirnya?
Kemana larinya? Akal kewarasan
Terbelenggu
Terpanah
Dan tertusuk
Sampai pada sesatnya hidup dilingkungan dunia
Tanpa mencari KeberadaanNya