Trauma Madura

Tampilan layar film pendek "Guru Kerja"

Catatan Umar Fauzi Ballah

Seorang kawan membuat story WA (Whats App) yang isinya kurang lebih menegaskan posisi seni di Madura bahwa kalau giliran lagu plagiat adem-ayem, tapi giliran drama yang mengandung unsur negatif alias kritik sosial ramai. Tentu saja saya ingat pada peristiwa dua tahun belakangan di mana saya "harus" bersuara terkait lagu-lagu sampah berbahasa Madura itu. Rupanya, baru-baru ini ada yang sedang marak di linimasa medsos, yakni tentang film "Guru Tugas 2", sebuah film-pop pendek ala-ala FTV yang tayang di YouTube.

Sebelum baca story WA teman, sebetulnya sempat nangkring di algoritma FB maupun TikTok saya terkait ketidakterimaan orang Madura pada isi atau kandungan film "Guru Tugas 2". Namun, saya tidak begitu serius membaca maupun menyimaknya. Pikir saya, "Halah, paling film ya gitu-gitu saja modelnya." Ternyata, bola panas film ini bukan sekadar panas, tapi bikin meriang. Komentar negatif di YT-nya tidak sedikit, termasuk di luar kolom komentar yang tersebar di TikTok maupun medsos lainnya.

Akhirnya, saya sempatkan menonton film yang saya sebut gitu-gitu saja itu. Pikiran pertama saya justru pada musik-latar film ini. Maklum, saya masih trauma dengan hal-ihwal musik yang katanya musik Madura. Sayangnya, sampai film selesai, tidak dijelaskan musik-latarnya yang cukup bagus itu karya siapa atau hasil mencomot karya musik orang lain. Secara isi, film ini dibuka dengan suasana kelas saat seorang santri bernama Ansori diminta maju karena tidak pernah masuk, lalu dijawab oleh Ansori bahwa dia harus bantu orang tua.

Film "Guru Tugas 2" (ketika saya menulis ini belum menonton edisi pertama) syarat dengan pesan atau amanat yang gamblang dicerna. Selain soal posisi pendidikan dan ekonomi, film itu mengangkat isu infrastruktur jalan yang rusak yang secara verbal menunjukkan bahwa setting film ini adalah di Bangkalan, ada isu judi slot, isu penghormatan pada guru, dan satu lagi yang bikin masyarakat Madura tidak terima, yakni perbuatan cabul guru tugas.

Guru tugas adalah guru yang melakukan pengabdian yang ditugasi oleh pihak pesantren ke tempat atau madrasah lainnya. Sebagai orang pesantren, rasa-rasanya tabu jika menggambarkan seorang ustaz berbuat cabul. Itulah yang di benak masyarakat dianggap tidak patut dan berita terakhir kreatornya dipolisikan. Nauzubillah

Baik, ada baiknya saya bicara dari sudut pandang seni saja. Di atas, saya sebut bahwa filmnya paling gitu-gitu saja. Yes, unsur gitu-gitu saja masih ada, seperti aktingnya yang ala kadarnya, logika ceritanya yang tidak utuh, dan sebagainya. Itu bisa dimaklumi sebagai produk film amatir. Namun, film pendek-bersambung ini memiliki sisi menarik pada tataran isi ketika memotret sisi gelap kekinian yang terjadi hampir di seluruh Indonesia dalam durasi 36 menit.

Semua pesan tumplek jadi satu dan bisa masuk dalam berbagai peristiwa yang diceritakan. Isu infrastruktur masuk saat kepala desa ngobrol dengan salah seorang masyarakat, yakni orangtua Aini. Isu pendidikan dan ekonomi masuk saat Ansori dipanggil ustaz karena tidak masuk. Isu judi slot terhubung oleh istri si pemain judi yang konsultasi pada kepala desa. Isu adab murid ke guru masuk ketika Ansori dan temannya ngerasani gurunya, lalu dibentak sama tetangganya.

Pada akhirnya, seni, seperti film fiksi, tidak selamanya berhadapan atau dihadapkan pada konsepnya sebagai fiksi semata. Ketidakberterimaan masyarakat pada peristiwa ustaz cabul dalam film itu, seharusnya disikapi secara kontemplatif dan rekreatif. Melalui film itu, kalau kita mau lebih bijak membaca karya, penonton seharusnya diperciki kesadaran bahwa hal-hal baik secara plastis, bisa saja hanya bungkusnya saja. Film ini justru sangat relevan dengan kondisi saat ini di mana perbuatan cabul dan kecanggihan teknologi mesti diwaspadai. Film ini bukan tentang orang Madura saja. Film ini tentang orang Indonesia saat ini. Bahasanya saja bahasa Madura.

Pada akhirnya, saya kadang trauma membicarakan karya seni pop di Madura.

Catatan tambahan:
Di FB Akeloy, ada adegan saat ustaz menggagahi Aini tidak disensor sebagaimana pada penayangan di YouTube. Adegan itu bagi saya sungguh menggelikan dan norak. Di situlah sang ustaz memvideo kegiatan mesumnya dan menjadi alat bagi sang ustadz untuk mengancam Aini.

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 6752469418833070408

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close