Telaah Ulang Slogan Guru Penggerak
Oleh AH Hasmidi
Program pemerintah untuk memajukan dunia pendidikan terus digalakkan dengan menata ulang sistem pendidikan itu sendiri seperti, memperbarui kurikulum, menyiapkan akses yang lebih baik untuk kebutuhan pendidikan, dan banyak lagi. Salah satu yang menjadi perhatian saya dengan adanya program tersebut adalah adanya pendidikan guru penggerak.
Program ini tidak hanya baik untuk dilakukan sebagai upaya untuk menyiapkan guru-guru yang hebat di seluruh Nusantara menjadi calon pengawas atau calon kepala sekolah, tidak! Akan tetapi, saya melihatnya bagaimana guru-guru yang ada di Nusantara ini yang bertugas sebagai line terdepan dan terbawah dari kemajuan dunia pendidikan di Indonesia ini terus melakukan refleksi diri, introspeksi diri, dan memotivasi dirinya untuk menjadi pelaku utama mengawal perubahan dunia pendidikan ke arah yang lebih baik sebagaimana keinginan kita bersama.
Langkah ini saya menganggapnya sangat cocok untuk diterapkan kepada seluruh guru-guru di negeri ini agar nantinya harapan besar bangsa ini juga tercapai dengan baik. Tidak kemudian hanya melihat hasil dari tes yang dilakukan untuk bisa menempuh program guru penggerak ini. Karena sejatinya, tidak hanya murid saja yang harus belajar, guru pun harus belajar dan terus belajar agar apa yang nantinya akan diberikan di kelas dapat diterima oleh murid sesuai dengan kebutuhannya saat ini dan untuk masa depannya.
Benar apa yang telah disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara, yang kelahirannya kita abadikan dengan Hari Pendidikan Nasional, mengungkapkan bahwa murid kita saat ini hidup dengan dunia yang berbeda dengan kita (sebagai gurunya) kodratnya di alam ini dan pada zaman sekarang ini tidak lagi mencerminkan kehidupan yang sama dengan gurunya dulu.
Pendidikan dulu tidak mengenal media pendidikan yang menarik, alat peraga yang sesuai, sumber belajar hanya berdasarkan pada buku paket serta hak asasi manusia. Jika boleh saya mengungkap bahwa dulu sistem pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan yang keras karena bisa menggunakan tangan, kaki, penggaris kayu, sapu lidi, dan sebagainya untuk mendisiplinkan murid-muridnya. Tetapi untuk saat ini, pendidikan yang keras semacam itu tidak bisa lagi diterapkan karena sudah bukan zamannya lagi memberlakukan pendidikan yang keras.
Kembali pada program guru penggerak, slogan yang biasa digunakan dalam program ini adalah ”salam dan bahagia”, hal ini digunakan sebagai pengantar awal untuk menyapa para calon guru penggerak yang sedang mengikuti program tersebut. Dan, istilah slogan lainnya yang sering digunakan adalah ”aguli, taguli, dan maguli” (istilah yang disadur dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Madura). Istilah ini saya menganggapnya masih kurang cocok dan kurang mencerminkan kemaduraan –istilah ini muncul di daerah Madura sebagai representatif akan kedaerahan di Madura– jika kita lihat dari kata-kata tersebut belum mencerminkan kekuatan yang ada dalam program guru penggerak ini.
Istilah kata tersebut di atas ”mungkin” sebagai cocokologi untuk mengartikan ke dalam bahasa Madura mengenai kata ”tergerak, bergerak, dan menggerakkan”. Padahal jika kita telaah secara mendalam, kata-kata slogan ini tidak murni mencocokkan dengan bahasa Madura sebagaimana yang telah saya ungkap di atas. Asumsi saya, tidak semua kata dalam bahasa Indonesia itu kemudian akan cocok dan sepadan dengan kata yang ada di dalam bahasa Madura. Sama halnya dengan istilah slogan tersebut.
Mari kita telaah kembali penggunaan slogan tersebut dalam konteks dan kaidah kebahasaan yang ada di Madura. Kata ”aguli” memang secara harfiah memiliki kesamaan makna dengan tergerak, akan tetapi apabila kata tersebut kita gunakan dalam kalimat, maka bisa memiliki makna yang berbeda maksud dan tujuan. Contoh ”bunto’na koceng aguli dhukale” (ekor kucing bergerak dua kali) atau ”janor e attas aguli ecapo’ angen” (janur di atas tergerak/melambai kena angin). Kata aguli tersebut tidak hanya bisa digunakan untuk hewan, tumbuhan, batu, cangkir atau benda-benda lainnya bisa dipasangkan dengan kata tersebut.
Telaah yang selanjutnya saya mengira bahwa kata ”taguli” dalam bahasa Madura bermakna ketidaksengajaan. Bentukan kata tersebut merupakan kata yang telah mengalami perubahan dari kata asal menjadi kata dasar. Kata asli dari taguli adalah kata ”guli” yang mendapat imbuhan awalan (prefik) ”ta-” sehingga kemudian menjadi ”taguli” yang maknanya tidak sengaja bergerak. Agar lebih nyata akan saya beri contoh yang sama dalam bahasa Madura.
Kata ”tatedhung” yang memiliki hampir sama/sama dengan tertidur. Kata tertidur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak sengaja tertidur. Hal ini sama dengan makna yang ditimbulkan dengan bahasa Madura pada kata ”tatedhung”, ”tatendhang”, ”tagadhuk”, dan kata lainnya. Dan jika kita tarik pada kata ”taguli” ini sebenarnya mengacu pada lakuan yang tidak disengaja, padahal dalam praktik program guru penggerak ini tidak ada pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan dengan tidak sengaja. Saya mengira bahwa pada kata ”maguli” juga memiliki makna rasa yang sama dengan dua kata yang telah saya jabarkan di atas.
Mari kita juga bandingkan dengan rasa bahasa (sense of language) pada kata ”aguli, taguli, dan maguli” sebagaimana telah dijadikan satu slogan yang dipatokkan pada bahasa Madura ini. Maka hasilnya akan sangat berkebalikan atau berbeda dengan makna secara harfiah dan makna secara rasa bahasa tersebut. Dan, saya mengira perlu untuk ditelaah kembali dengan adanya slogan tersebut.
Opsi yang dapat saya tawarkan di sini adalah dengan melakukan telaah ulang mengenai istilah slogan yang terus kita sebarkan dari program guru penggerak angkatan 5 sampai angkatan saat ini (angkatan yang hampir mendekati pungkasan atau penutup dari angkatan-angkatan sebelumnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah). Nah, untuk opsi tawaran tersebut saya akan mencoba memberikan kata-kata yang memiliki makna kemurnian dari adanya program guru penggerak ini.
Kata tersebut adalah ”asajja, manyangaja, abalangaja”. Jika dilihat dari padanan kata tergerak, bergerak, dan menggerakkan ini memang tidak akan berkaitan atau tidak memiliki makna yang sama, namun jika kita telaah dari kemurnian dalam program guru penggerak ini, maka pasti akan kita temukan tujuan yang sama dengan kata tersebut. Karena kata ini merupakan kata yang bermakna kesungguhan, yang benar-benar timbul dalam hati dan keinginan hakiki serta unsur yang terkandung dalam makna kata tersebut tidak ada yang tidak disengaja dan yang pasti sejalan dengan tujuan dari adanya program guru penggerak yang telah dilaksakan oleh pemerintah.
Lantas apakah ada kata lain dalam bahasa Madura yang bisa mencerminkan makna yang sesungguhnya dalam menciptakan makna murni dari adanya program guru penggerak ini? Yang pasti akan ada kata yang sangat cocok sekali dengan slogan tergerak, bergerak, dan menggerakkan sebagai tafsiran murni asal kita mau untuk menelaahnya dengan berbagai disiplin keilmuan dan kaidah dan konsep sesuai dengan aspek bahasa Madura itu sendiri. Akhirnya, saya sampaikan pemantik ini sebagai bahan untuk kita jadikan diskusi dalam mencari kebenaran bukan pembenaran. Wassalam. (*)
Sumber: https://radarmadura.jawapos.com/opini/744615438/menelaah-ulang-slogan-guru-penggerak
Pilihan