Jumat Jalan-Jalan; Belajar di Alam
"Jalan jalan tidak cuma sehat, tapi kami juga belajar dari jalan-jalan yang kami lewat"
Oleh: Hidayat Raharja
Kami Bersama siswa dan guru SMA Negeri 1 Omben biasa melakukan jumat sehat setiap awal bulan. Namun kali ini jumat sehat dilakukan dnegan jalan keliling kampung di sekitar sekolah. Sebuah Kawasan hutan jati yang lebat dengan aneka semak yang rimbun.
Rombongan kami bagi dalam dua kelompok, yaitu; pertama, kelompok siswa yang mengamati bidang sosial masyarakat. Siswa diminta untuk melihat dan mengamati kehidupan sosial masyarakat dan kemudian melaporkannya dalm bentuk foto. Aktivitas kehidupan manusia di apgi hari baik di rumah atau pun di tegalan dan sawah.
Kelompok B mengamati lingkungan alam. Siswa diminta untuk mengamati alam dan kehidupannya. Aneka tumbuhan dan pohon yang menarik minatnya yang ditemukan sepanjang perjalanan. Siswa bisa mengamati hutan jati yang ada di sepanjang perjalanan dan beberapa lahan tegal dan persawahan yang digarap pemilikinya.
Perjalanan ini sangat menarik, karena jalan yang dilalui jalan mendaki dan menurun dan sesekali melintasi jalan setapak untuk mengambil jalan pintas. Namun terasa lingkungan hijau segar. Hutan jati yang rimbun dan di sebelahnya ada hutan heterogen dengan aneka jenis tanaman di dalamnya. Salah satunya saya melihat banyak pohon kawista tumbuh di sisi barat hutan.
Suara burung saling bersahut. Gesekan sayap serangga mewarnai pagi yang cerah. Desir angin dan ranting saling bergesek membuat susasana semakin tenteram karena tak kami dengar suara deru kendaraan yang bising. Tidak ada. Sesekali terdengar suara orang memanggil lawan bicaranya dan penduduk kampung yang berangkat ke ladang untuk menggarap tanah.
Sekelompok rumah di antara rindang tanaman. Rumah yang asri dikelilingi pepohonan yang rindang. Halamannya luas dan beberapa orang di teras rumah menikmati pagi dan menyapa ramah kepada setiap yang melintas. Sebagian rumah terlihat lengang tanpa penghuni, rupanya ditinggal pemiliknya merantau ke Jawa.
Pemukiman tradisonal masih banyak ditemukan di kampung ini. Kobhung (langghar) di posisi tengah di ujung bagian barat. Dapur dan Kandang di sisi selatan menghadap ke arah utara, dan di seberangnya deretan rumah keluarga menghadap ke selatan. Di tengah kompleks bangunan tersebut halaman rumah yang luas.
Gambar atau foto yang diambil selama perjalanan kemudian disetor ke koordinator. Beberapa foto dipilih tayang untuk didiskusikan di ruang perpustakaan. Artinya setiap kelompok wajib menyerahkan hasil pengambilan gambar di lapangan. Gambar tersebut ditayangkan dan diceritakan kepada teman yang lain.
Mengapa foto tersebut diambil dan apa pesan yang ada dalam foto. |
Kembali ke sekolah, siswa menyerahkan foto-foto yang diambil selama perjalanan. Siswa berkumpul di ruang perpustakaan dan foto-foto ditayangkan di layar lebar. Salah satu foto yang dipilih akan dijelaskan oleh pemiliknya. Bagaimana cerita dalam foto tersebut.
Pada sesi ini peran pendamping sangat penting untuk bisa mengulik informasi dari pemilik foto, mengapa foto tersebut menarik, apa yang bisa diceritakan dari foto yang ditayangkan. Apa saja pesan yang bisa diambil.
Satu sesi yang cukup menarik saat tiba tayangan beberapa orang petani istirahat di ladang di hadapannya satu unit traktor tangan, dan di dekatnya terdapat cangkul, ada ibu- ibu, dan lelaki usai bekerja dengan memakai celana kolor bertelanjang dada.
Pemilik foto menjelaskan bahwa tayangan tersebut menggambarkan keluarga petani yang ada di ladangnya. Mereka menggunakan traktor untuk menggarap tanah. Mereka tidak lagi memakai tenaga hewan untuk mengolah tanah, tetapi cukup menggunakan traktor tangan.
Siswa lain menyampaikan petani sudah tidak menggunakan lagi hewan peliharaan (Sapi) untuk menggarap tanah. Sebab traktor dirasa lebih pas, hemat tenaga dan bisa, menggarap lahan lebih luas. Cangkul masih digunakan pak tani untuk menggarap lahan sempit yang tidak mungkin menggunakan traktor, atau membantu pak tani menyisihkan gulma yang ada di tegalan.
Diskusi ini semakin menarik karena juga berhubungan dengan pembahasan ekonomi pertanian dan pelestarian lingkungan. Mereka juga menyinggung persoalan gotong-royong dalam mengerjakan lahan sebagai salah satu kegiatan sosial pertanian.
Namun diskusi kami berakhir ketika waktu yang ditentukan telah sampai. Beberapa dari mereka masih ingin melanjutkannya. Kami pembina melihat bahwa ini langkah kami pertama dalam memanfaatkan jalan-jalan kami sebagai cara belajar di alam. BUkan hanya sekadar jalan, tetapi juga belajar.
Dari akun FB: Hidayat Raharja