Dari Banyaknya Lupa Membawa Barang, Mengapa HP Jarang?
Dalam sebuah kesempatan, Sugiati menyampaikan fikirannya (foto: Sugiati)
Oleh Sugiati
Lupa, kelupaan, melupakan atau dilupakan adalah kata yang didasari oleh "lupa". Menurut Kurniadi (2020), lupa adalah ketidakmampuan dalam mengingat pesan yaitu berupa pengetahuan dan pengalaman, yang pernah dilihat, didengar, dirasakan dan dialaminya. Sekalipun orang-orang yang lupa pernah mengalami hal tersebut, ia tetap tidak ingat.
Lupa adalah fitrah manusia, milik semua orang. Tidak seorangpun yang dapat mengelak dari kata lupa. Ada orang yang memang pelupa, ada yang hanya sesekali saja lupa, selebihnya ingat. Setiap orang mempunyai daya ingatnya masing-masing, berbeda-beda, tetapi pada dasarnya setiap manusia pasti pernah lupa.
Lupa adalah konsep perilaku manusia yang tidak sederhana cara memahaminya. Bagaimana seseorang bisa menjadi lupa, padahal ia pernah mengalami sesuatu hal? Ini pertanyaan yang seringkali menjadi perdebatan, untuk menyalahkan orang pelupa. Padahal, orang yang lupa juga tidak tahu jawaban pastinya. Pada dasarnya, lupa disebabkan oleh perilaku atau sesuatu yang tidak lagi diulangi kejadiannya atau tidak lagi dilakukan perbuatannya.
Dalam interaksi sosial, tentu saja bermacam-macam hal yang dilakukan manusia, tidak terkecuali menciptakan hal-hal baru. Terkadang, manusia tidak akan mudah lupa pada apa yang membuatnya berkesan. Sejalan dengan hal itu, apa yang dilakukan secara berulang juga kecil kemungkinan akan dapat didilupakan.
Anyway, berbicara tentang kebiasaan. Kebiasaan sering disebut juga dengan habit. Habit dipahami sebagai serangkaian tindakan yang diulang-ulang oleh seseorang untuk hal yang sama dan berlangsung tanpa proses berpikir (Siagian, 2015). Kebiasaan dilakukan secara tidak sengaja karena telah membentuk suatu keteraturan dalam kehidupan manusia untuk terus-terusan dilakukan. Hal itu mengapa sebuah kebiasaan dilakukan tanpa banyak berpikir panjang.
Kebiasaan dapat dilakukan manakala apa yang dilakukan manusia menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan dan apabila ditinggalkan, ia akan terjebak dalam ketidaknyamanan dalam dirinya sendiri.
Contoh dari kebiasaan yang merupakan kebutuhan adalah "makan", makan menjadi kebiasaan manusia yang tidak bisa ditinggalkan karena merupakan kebutuhan dan jika ditinggalkan akan membuat rugi manusia itu sendiri. Misalnya terjadi penurunan kesehatan atau yang paling sederhana adalah kelaparan, namun dapat merambah ke berbagai dampak-dampak negatif lainnya.
Anyway, berbicara tentang kebiasaan. Pernahkah kita semua mendengar bahwa di era digital saat ini manusia cenderung terbiasa berinteraksi dengan HP daripada dengan sesama manusia? Atau itu salah satunya juga kamu?
Ya, di era digital saat ini HP menjadi kebutuhan manusia yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Hampir 24/7 selalu ada HP yang menemani perjalanan hidup manusia dalam sehari. Apa benar, saat kita baru bangun tidur yang dicari bukan manusia tetapi HP? Apa kamu juga sama?
Manusia menjadi terobsesi akan kebutuhannya menggunakan HP, menyebabkan ia tidak akan pernah lupa dengan HPnya. Lebih-lebih, saat ini setiap manusia memiliki HP sendiri-sendiri. Jika boleh diibaratkan, boleh saja jam tangan tertinggal, asal bukan HP, karena di dalamnya sudah ada jam yang lebih praktis. Boleh saja dompet tertinggal, asal bukan HP, karena di dalamnya sudah ada mobile banking yang lebih praktis.
Sama halnya dengan meninggalkan kebiasaan makan yang akan merugikan manusia, maka bagi manusia meninggalkan HPnya juga akan merugikan dirinya. Hal itu karena HP menyuguhkan apapun yang menjadi kebutuhan manusia. Banyak hal yang bisa di akses dalam satu genggaman.
Proses interaksi yang sering kita lihat dalam pesan SMS, whatsapp, maupun sosial media lainnya, jam untuk mengingatkan waktu-waktu ibadah atau kegiatan kita yang lain, hiburan, mendapat wawasan dan semua di dapatkan hanya dalam satu genggaman. Bagaimana mungkin manusia akan dapat melupakan HP, karena jika manusia melupakan, maka ia akan kehilangan segala yang disuguhkan oleh HP.
Dapat disimpulkan bahwa manusia tidak akan mudah lupa pada segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaannya. Mereka akan melakukan kebiasaan itu secara berulang, maka sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Siagian (2015), bahwa kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dan dapat disimpulkan bahwa tindakan tersebut dilakukan secara berulang karena memiliki implikasi jika ditinggalkan atau tidak dikerjakan, dibawa atau diterapkan dalam kehidupan.
Sugiati, Mahasiswa Sosiologi FISIB UTM
Sumber:
Arief, Hermina dan Huda.2022.Teori Habit Perspektif Psikologi dan Pendidikan Islam.Ri'ayah.7 (1).63-74.
Kurniadi.2023.Melawan Lupa.Diakses pada untan.ac.id.