Perempuan yang Benci Puisi
Cerpen: Muhammad Dzunnurain*
Dalam kota yang ramai dengan huru-hara modernitas, hiduplah seorang wanita bernama Amanda. Dia adalah seorang yang terampil dalam dunia sastra, namun ada satu hal yang selalu membuatnya merasa cemberut - puisi. Amanda membenci puisi dengan segala hatinya.
Suatu hari, Amanda berjalan di taman kota, membawa buku-buku sastra klasik di bawah lengannya. Di bangku taman, dia bertemu dengan seorang teman lama, Andrian, seorang penyair yang terkenal dalam dunia puisi.
"Amanda, kamu harus membaca puisi terbaruku!" Ucap Andrian sambil mengeluarkan buku tipis berisi kumpulan puisi terbaru dari tasnya.
"Aku tidak pernah mengerti kenapa orang-orang suka puisi. Bagiku, puisi hanyalah kumpulan kata-kata yang ambigu dan tak berguna." Kata Amanda mendesis pelan.
"Amanda kamu tidak pernah memberi kesempatan padanya. Puisi bisa menjadi jendela ke dalam perasaan dan pemikiran seseorang."
"Kamu selalu berkata begitu, tapi aku tidak pernah melihat apa yang istimewa dalam puisi itu." Bentak Amanda
Mereka berdua duduk di bawah sinar matahari berdebat tentang puisi dan sastra. Dialog mereka seperti perang kata-kata, dengan Andrian mencoba meyakinkan Amanda tentang keindahan puisi, sementara Amanda dengan tegas mengungkapkan kebenciannya.
Hari-hari berlalu, dan Andrian terus mencoba mengajak Amanda untuk mencoba menulis puisi sendiri. Pada suatu malam, Amanda akhirnya setuju. Dia duduk di meja tulisnya dengan pena di tangan, dan dengan susah payah mulai mengarang beberapa bait-bait kata.
“Mungkin aku mulai memahami mengapa orang suka puisi sekarang, meskipun aku masih tidak begitu suka." Ucap Amanda
"Itu adalah awal yang bagus, Amanda. Puisi adalah cara unik untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran kita. Siapa tahu, suatu hari kamu akan jatuh cinta padanya sepenuhnya."
***
Minggu demi minggu berlalu, Amanda terus menulis puisi, meskipun dia masih merasa agak tidak nyaman dengan genre itu. Namun, setiap kali dia menulis, dia merasa seperti memasuki dunia baru yang penuh warna dan emosi yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
Pada suatu pagi, Andrian datang ke rumah Amanda dengan senyum lebar di wajahnya. "Amanda, aku punya sesuatu untukmu," katanya sambil memberikan buku tipis berisi kumpulan puisi terbarunya.
Amanda menerima buku itu dengan penuh minat. Saat dia membaca setiap puisi, dia merasa terpesona oleh kekuatan kata-kata, keindahan bahasa, dan emosi yang terkandung di dalamnya. Puisi-puisi Andrian merangkulnya seperti seorang teman lama yang telah lama dia cari.
"Puisi-puisimu benar-benar luar biasa, Aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya."
"Itu karena sekarang kamu memahami keindahan yang terkandung dalam puisi. Kata-kata bisa menjadi jembatan antara hati kita dan dunia luar." Jawab Andrian
Mendengar kata-kata Andrian, Amanda merasa hangat di dalam hatinya. Dia menyadari bahwa puisi bukanlah musuhnya, melainkan teman yang baru ditemukan. Meskipun dia mungkin tidak pernah mencintai puisi sebagaimana Andrian melakukannya, dia sekarang menghargainya dengan cara yang berbeda.
***
Pada suatu malam di pertemuan sastra, Amanda membacakan salah satu puisinya di depan teman-teman sejawatnya. Meskipun gugup pada awalnya, dia merasa terhubung dengan para pendengarnya saat dia berbagi kata-katanya yang bermakna. Tepuk tangan dan pujian setelah membaca puisinya membuatnya tersenyum.
Suatu hari, Andrian mengundang Amanda untuk menghadiri acara malam sastra di sebuah teater terkenal. Di sana, dia mendengar beberapa penyair terkemuka membacakan puisi mereka di depan ribuan penonton. Amanda merasa terinspirasi dan tercengang oleh kekuatan kata-kata untuk menyentuh hati orang banyak.
Setelah acara itu, Amanda dan Andrian duduk di sebuah kafe yang terkenal dengan cappuccino yang lezat. "Aku tak pernah berpikir bahwa aku akan berakhir seperti ini, merasa terinspirasi oleh puisi dan sastra seperti ini." Ucap Amanda
"Kamu telah menemukan keindahan dalam dunia yang pernah kamu benci, itu adalah perjalanan yang luar biasa." Senyum andrian
"Saat kita memberi kesempatan pada sesuatu yang baru, kita mungkin menemukan sisi dalam diri kita yang tidak pernah kita kenal sebelumnya." Sambil menatap cangkir kopi di depannya.
***
Seiring berjalannya waktu, Amanda mulai mengajar sastra dan bahasa di sekolah lokal. Dia berbagi pengetahuannya dengan para siswa muda yang mungkin awalnya merasa sama seperti dirinya dulu terhadap puisi. Namun, dia berhasil membangkitkan semangat dan minat mereka dalam dunia sastra.
Salah satu siswa, seorang gadis muda bernama Mia, datang kepada Amanda setelah kelas. "Ibu Amanda, awalnya saya tidak suka puisi, tapi sekarang saya merasa terinspirasi olehnya. Terima kasih atas pengajaran Anda."
"Itu adalah kehormatan bagi saya, Mia. Saya tahu persis bagaimana perasaan itu." Senyum Amanda
“Saya ingin menjadi penulis seperti Anda suatu hari nanti."
"Saya yakin Anda akan menjadi penulis yang luar biasa, Mia. Ingatlah, jangan pernah menutup pintu pada sesuatu yang baru. Siapa tahu apa yang Anda akan temukan di sana."
Wanita yang dulunya membenci puisi dan kemudian tumbuh menjadi seorang penyair yang luar biasa adalah bukti bahwa kita bisa berubah dan berkembang melalui eksplorasi, kesempatan, dan dukungan dari orang-orang yang peduli. Amanda telah menemukan panggilannya dalam sastra, dan dalam prosesnya, dia juga membuka pintu bagi orang lain untuk mengejar minat mereka dengan semangat dan keyakinan.
"Terima kasih, Andrian. Tanpa dukungan dan inspirasimu, mungkin aku tidak akan pernah menemukan cinta ini”
Malang 2023
_________
Penulis: Muhammad Dzunnurain Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (UNISMA). Aktif di beberapa Organisasi Intra dan Ekstra kampus salah satunya Himpunan Mahasiswa Jurusan (English Student Association), LPM Fenomena (FKIP), Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Malang Raya, PMII Rayon Al-Kindi, Forum Komunikasi Mahasiswa Sumenep (FKMS). Beberapa karyanya telah di muat di media Online dan Cetak di antaranya Majalah Sidogiri Edisi 179, Antologi Nulis Bareng (Mahir Nulis)”Patah”(2022), Warta Universitas Surabaya Edisi 335,338, dan 339, Koran Harian Bhirawa (2022), Nolesa “Berimbang dan Mencerdaskan”(2022), Negeri Kertas “Jurnal Sastra dan Seni Budaya”(2022), Gerakan “Sadar Membaca” Rumah Baca.id (2022), Rumah Literasi Sumenep (2022), Tiras Times (2022), Riau Sastra (2023), Terminal Mojok (2023), Ngewiyak (2023),Koran Suara Merdeka (2023), Jawa Pos Radar Banyuawangi (2023). Penulis bisa dihubungi melalui email muhammaddzunnurain63@gmail.com
Pilihan