Sajak-sajak Siti Kamilatul Fadhilah, Situbondo
https://www.rumahliterasi.org/2023/09/sajak-sajak-siti-kamilatul-fadhilah.html
Siti Kamilatul Fadhilah, sekarang menjadi mahasiswa di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Madura (IDIA) semester 3. lahir di Situbondo pada tanggal 12 Desember 2004. Menjadi penulis adalah keinginan setiap orang karena dengan menulis orang itu dapat di kenal walau tak mengenal. Menulis adalah menjadi hoby yang berguna dan memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. walaupun sering gagal dalam meulis itu tak pernah melunturkan tekad ku untuk tetap menjadi seorang penulis.
Kisah Dibalik Mantra
Gemerlap lembah kan hawanya
Terang menjadi gelap, seakan berubah cuaca…
Menoreh kisah dibalik fatamorgana
Merusak suatu harapan yang dia bina..
Ribuan kasih terbang tanpa makna…
Bintang jatuh dengan satu kata cinta
Acuhkan semua dosa
Menangkal kisah, menyisakan fakta..
Setiap Burung terbang ditanya
Bagaimana dan seperti apa..
Berjuak dalam derita
Putus jiwa tak punya senjata
Serasa mati namun nyata
Mencari sirna buana
Atau kenikmatan semata
Hanya tuhan Al-alim tentang hambanya…
Harapan
Aku bukanlah orang yang jenius
Aku bukan orang yang peka terhadap hal misterius
Dan aku bukan orang yang cerdas
Juga bukan orang yang pandai menangani kasus
Keluarlah, hadapi gagasan sempitmu dari dirimu
Bangkitlah, lakukan semua yang termaktub lumpu
Sehingga dapat bertemu dengan cintamu
Walaupun hanya dalam dunia yang semu
April bercerita
Bulan yang indah, cerah nan ceria
Aku menemui mu
Aku mengenalmu, di balik jas biru
Kehadiranmu memberiku ruang baru
Dengan manisnya untaian syahdu
Jiwa dan raga…
Mengantarkan ku tuk bercinta
Tak ingin ku gapai namun hati berkata
Kehadirannya memberikan warna senja
Dalam hangatnya uantaian kata
Sirna Sinarnya
Penghujung pagi di ujung timur
Cerah ceria silau sinarnya
Untaian syahdu lebah mermadu
Dalam sangkar mawar kelambu
Sewindu kini telah berlalu
dalam berrjuang menepis rindu
kala sendi kan dituju
hancur, sirna tak menentu
ku tau, tapi tak mau
karena tak ingin terbelenggu
namun jalan telah tumpu
dan tak kan kembali seperti dulu
Jejaka April
Daun lontar, runtuh dan berterbangan
Lentera pagi semringah dalam diam
Melihat air terbentang dalam lautan
Yang menjadi pembatas insan insan diseberang
Ku lihat gambar dalam bayangan
Yang masih jelas dalam ingatan
Namun kini telah menjadi perjalanan
Diantara kumpulan cerita kehidupan
Ku mengenalmu dengan jas biru
Di balik gerbang hijau bumi ma’hadi
Tapi apalah daya garis tangan menghampiri
Tuk memisahkan cinta yang haqiqi
Pilihan