Sajak-sajak Luri Pringgandani, Palembang Sumsel
https://www.rumahliterasi.org/2023/09/sajak-sajak-luri-pringgandani-palembang.html
Luri Pringgandani, lahir di Lubuk Tua, 02 Desember 2003, berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. Kini aktif sebagai mahasiswi Semester 3 PAI Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan Sumenep
Pergi
Sudut tembok yang mendengar
Dua Indera yang bersaksi
Raga mengabur dari pandangan
Pergi…
Sikap ini tanpa sengaja mengusirnya
Kekhilafan….
Benarkah kepergiannya karena kekhilafanku?
Akankah daun pintu itu mencegahnya?
Ataukah langit akan menghalanginya?
Pertanyaan bodoh yang terpikir
Rasa ingin mengembalikanmu sekali lagi
Salah…
Semuanya jelas salah
Bumi sudah merestui kepergiannya
Tapi aku pasti akan mencari
Untuk memperdebatkan kepergiannya
Bukan untuk pengemisan
Bukan juga pengembalian
Tapi sebagai pembuktian
Sang Penyair
Tulisan dan torehan
Menjelaskan antara suka dan duka
Berteman lama dengan pena
Melampiaskannya pada lembaran
Menumpahkannya dalam bait-bait indah
Rayuan dan gombalan ialah temanmu
Kata-kata dan lantunan adalah makananmu
Raga itu kiasan rasamu
Hadirku tak menjadi tulisanmu
Rayuan biasa kau lakukan
Menembus ketidakmampuan lisan
Penyair orang memanggilmu
Pagi
Pagi dan udara
Menghadirkan berjuta pembaharuan
Mengusirkan sebuah kegelapan
Lalu datanglah surya ke dunia
Sajak-sajak malam sudahlah tak guna
Sajak-sajak Haluan sudahlah terabaikan
Kini hadirlah kenyataan
Sebagai jawaban atas Haluan malam
Haluan itu tidak bersalah
Lalu siapakah yang bersalah?
Haluan? Tidak, sudah kujelaskan
Aku? Yah, kau yang salah
Kau penghalu yang salah
Namun aku akan tetap menikmati pagi
Sebagai pembuktian atas haluanku
Sebagai pembuktian terlaksananya rencana
Senja dan matamu
Senja tenggelam di wajahmu
Kau bukanlah rembulannya Ray
Tapi kau adalah senjaku
Yang datang dan pergi diwaktunya
Semuanya harus paham!
Keistimewaanmu lebih dari senja
Ingin aku mendatangimu sejenak
Sekedar berkata saja
Sesuatu telah mengalahkan keindahan senja
adalah sipit matamu Ketika engkau tersenyum
ohh, andai saja bibir ini dapat berucap
pasti sudah aku katakan padanya
matamu telah mengalahkan keindahan senja
senja dan matamu…
Waktu
Karena waktu perasaan yang dulu tertanam menjadi lebur
Karena waktu janji yang terangkai mulai terbengkalai ....
Karena waktu telah merubah Perasaan cinta menjadi benci
Waktu singkat telah menghadirkan benci
Waktu memasukkan mengkudu ke dalam kalbumu
Waktu telah menggenangi air asin di wajahku
Apakah waktu sanggup merubah kisah ini?
Akankah kisah ini berakhir indah?
Bagai kisah Rangga dan cinta
Atau akan berakhir tragis
Bak kisah Qais dan Layla
Pilihan
masyaa allah
BalasHapus