Sajak-sajak M. Wildan
M. Wildan, adalah Pustakawan PPA. LUBTARA. Merupakan Siswa Aktif MA 1 Annuqayah kelas XI IPS2, dan aktif di Komunitas Laskar Pena Lubtara, sekaligus anak asuh Sanggar Sabda dan kru Jurnal Pentas MA 1 Annuqayah
Hujan di Stasiun Tugu
Seakan tubuh koyak dalam angan
Duduk bersimpuh dengan bisu
Menerka hujan dibalik tirai labirin,
Hujan semakin deras
Pepohonan rapuh dalam alam bawah sadar
Menyisakan bunga kenangan luruh dipematang pertemuan.
Air mulai penuh dijalanan,
Pandangan surut memahat waktu
Mencari tatapan mata pada sekelebat rintik
Di antara lalu lalang kedaraan yang melintas .
Di stasiun kereta ini
Kugenggam erat setangkai bunga mawar
Sebagai hadiah rindu
Yang tersusun rapi di lemari usang itu.
Aku lupa waktunya pulang
Namun kehadiran yang dirindu tak kunjung reda,
Di sini telah ku tuang segelas candu
Mengamati sekitar dengan iba
Hanya menyisakan kantuk yang menguping
Telah lama bersandar pada rasa penasaran,
Rasa khawatir terus menikam
Hingga malam makin larut
Dan hujan makin gila dengan alurnya.
Reguler, 2023
Ode Kepergian
: Kiai Abdullah Sajjad
1947, Kiai muda asal guluk-guluk
Tertembak syahid berbekal rahmat
Darahnya semerbak bunga kasturi
Bagi seseorang yang menggotong
Tubuh mulia itu,
Ia tersujud penuh kesaksian
Di hadapan tuhan,
Darahnya mengalir di sela kalimat salam
Dan Allhahuakbar adalah nafas terakhir
Di akhir pejuangan melawan kolonial,
Tak ada yang berani
Satu pun peluru yang menyentuhnya
jiwa raganya adalah dzikir
Yang setia berkumandang
Di lisan nana gung beliau,
Waktu itu
Annuaqayah hujan air mata
Kata-kata tak lagi di cerna dengan suara
Dan selimut do’a yang terus terdengar
di penjuru tempat dengan khidmat.
Reguler, 2023
Surat Kecil Untuk Tuhan
Ada saatnya ku bersandar diri pada nasib
Merangkul derita
Yang kian sunyi menampakkan lelap
Di keheningan malam
Yang lupa akan segalanya
Tuhan…….
Tak lama lagi sunyi dating
Menyapa tubuh yang terbungkus kesunyian
Lalu kunang-kunang itu memecah lamunan
Di peristirahatan alam bawah sadar
Yang kusandarkan pada pilar kehidupan,
Tuhan…….
Kutulis surat ini
Saat tangan lagi menyusun kata
Dan mata telah kabur
pergi di kedalaman rindu
yang makin memburu.
Reguler, 2023
Hidup Dalam Sunyi
Keheningan yang tercipta
Merupakan serangkain imajinasi penuh makna
Tamaram lampu menjadi teman sejati
Di kala hati mulai lusuh oleh sepi
Asbak rokok dan secangkir kopi
mengingatkanku pada sebuah masa lau
Di mana pada saat itu
Aku masih bersemidi dengan waktu
hingga aku lupa artinya hidup yang sebenarnya
Langit cerah menandakan ia tersenyum
Kodok saling bersahutan di balikrerumputan
mungkin ini kisah perjalanan seorang pengabdi
Menuntun sunyi di dalam ridha ilahi rabbi.
Reguler,2023
Sebuah Titik
Angina menelusup secara perlahan
Di antara lubang-lubang kecil
gigil badan terasa hambar
Dan bunyi kran air yang dari tadi hidup secara perlahan
Terasa hidup menemukan sebuah titik
Di antara gelap yang yang lahir
Dari masa lalu itu,
Kini renungan dan ttapan
Candaan dan tawaan
Yang menjadi obat penenang
Di kala suntuk dating tanpa di undang
Tanpa terasa
kantuk mulai menyapa
dan heninng bertebaran
Mungkin ia terlelap
Di bawah redupnya lampu malam.
Reguler, 2023