“Puisi, Jadi Aku Saja”; Sejumput Puisi Sugiati
Penulis rampai puisi merupakan seorang perempuan yang bernama Sugiati, mengenyam Pendidikan S1 di Universitas Trunojoyo Madura. Ia memang menyukai aktivitas menulis sedari dulu. Beberapa karyanya juga sudah diterbitkan. Buku pertamanya berjudul “Cerita, Cinta, dan Cita” tahun 2021, dan buku ke dua berjudul “Barisan Kursi” yang terbit pada tahun 2023. Ia juga aktif menulis di media seperti kompasiana, deras.id, retizen republika, karyakarsa, sastra co id, medium, dunia literasi, yoursay atau suara.com, dan blog pribadi.
Salah satu karyanya adalah artikel opini yang berjudul “Kajian Tindakan Rasional Pada Pembatasan Tweet di Twitter”. Selebihnya bisa dikunjungi di website Deras.id.
Ia juga menulis beberapa karya sastra seperti cerita pendek yang berjudul “Dua Manusia”, “Sepasang”, “Malam Mencekam” dan masih banyak lagi, yang terbit di website medium dan karyakarsa. Selebihnya bisa dikunjungi di website medium dan karyakarsa.
Karya sastra lainnya berhasil terbit di website sastra co.id berupa untaian puisi-puisi dengan dua judul “Menyusuri Aspal-aspal Nakal” dan “Sajak Terima Kasih”. Selebihnya bisa dikunjungi pada website sastra co.id, mimbar para Sastrawan untuk berkarya. Tak hanya itu, kiprahnya dalam dunia pemberitaan tentang issue-issue global juga mulai dirintis beberapa bulan lalu hingga sekarang.
Kecintaanya pada dunia menulis membawanya menjadi pribadi yang peka terhadap lingkungan sekitar. Pasalnya ia tak pernah kehabisan ide untuk menulis pada hari-hari yang telah ia jadwalkan sendiri. Bahkan ia kerap menggunakan waktu luangnya untuk menghasilkan karya, bukan hanya bersantai-santai saja.
Menulis baginya adalah hidup. Hidupnya selalu dihabiskan untuk menulis. Bagi perempuan kelahiran Tuban, 1 Mei ini, tak membahagiakan rasanya jika sehari saja tidak menghasilkan tulisan, karya. Menulis baginya adalah bahagia.
Andai Kau Tahu, Bagaimana?
Mata ini sama-sama berpasangan
Begitupun milikmu
Namun, kadangkala kau tak tahu bagaimana megerti perasaan
Aku juga menginginkan itu
Teriak kepada siapa lagi
Bercerita pada telinga mana lagi
Jika satupun tidak ada yang mengerti
Aku cukup lihai memahami
Ku pikir manusia sama-sama punya hati
Ternyata hanya memiliki tapi tak berfungsi
Aku lalai akan itu
Sehingga terlalu berharap dan menggerutu
Hampir saja aku gila
Gila, memikirkan perkataanmu
Meremehkanku seakan aku tidak bisa
Kalau terjadi apa-apa, kau mau menanggung itu?
Ah, andai kau tahu, bagaimana?
Diam Saja
Aku bukan pengecut yang akan lari
Aku cukup lihai memahami tanggung jawab
Jangan risau, aku tidak akan pergi
Apalagi saat-saat yang gawat
Bagaimanapun menurutmu, itu pikiranmu
Kau terlalu berlebihan mencampurinya
Apa tidak ada kepercayaan, malah membatu?
Hanya ada amarah dan rasa kecewa?
Diam, layaknya air yang tenang
Tapi kau malah menjadi ombak yang kencang
Aku terngiang
Entah bagaimana hidupku bisa tenang
Pukul 00.21 WIB
Tepat dini hari, aku masih ingat bagaimana perkataan itu tertancap
Mengekang bagaikan tali yang mengikat
Semua itu atas ucap
Semua itu berlangsung singkat namun menyayat
Puisi-puisi ini ku tulis tanpa niat
Semua mengalir begitu saja
Menjadi cerita yang tercatat
Melalui melodi dan syair-syairnya
Menginjak pukul 00.21 WIB aku memandangi layar handphoneku
Melihat wallpaper ungu di sana
Mengelus layarnya dan menyisipkan harapanku
Berharap ada kabar baik, besok melaluinya
Aku Hampir Saja?
Aku hampir saja menyerahkan hidupku pada takdir
Biarkan ia membawanya kemana akan hadir
Lambat laun, aku memerangi rasa takut yang hadir
Menyaksikan masa lalu dengan hidup yang mengalir
Aku hampir saja membuat semuanya sirna
Menyerah pada sang hujan
Tak percaya bahwa setelah hujan ada pelanginya
Menjadi cerita yang menyisakan kesedihan
Entah Sadar atau Dasar
Entah sadar atau dasar, kau mainkan hidupku sesukamu
Merusak hari besarku
Merampas kebahagiaanku kala itu
Menjadi sebab kemurunganku
Entah sadar atau dasar, kau ucapkan itu dengan suara besar
Melingkarkan rasa kecewa dalam hatiku
Menyisakan rasa sakit seperti terbakar
Aku menjadi tahu bagaimana harus menyikapimu
Aku telah berusaha
Namun, entah kau sadar atau dasar
Semua sia-sia
Kau hanya melihat bagaimana kesalahan itu tak pernah benar