Sajak-Sajak Elia Rustiana, Lombok NTB
Elia Rustiana, remaja asal Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini kini masih belajar sebagai mahasiswa semester II di Institut Dirosah Al-Amien (IDIA) Prenduan Sumenep. Lahir di Pepekat Lombok pada tanggal 09 Pebruari 2004. Keinginan besar dicita-citakan santriwati ini yaitu ingin jadi penulis, baik penulis novel, cerpen dan tulisannya lainnya. Menurutnya, dengan menulis sangat berguna bagi kemajuan bangsa yang tentunya juga bisa membanggakan orang tua. Karena dengan menulis kita bisa hidup walaupun sudah mati.
_____
Kenangan
Ingatanku berkeping
Hayalanku terbang dibawa hamburan debu nostalgia
Daun berbisik sangat pelan
Sampai dia hempaskan tubuhnya diatas gersang
Tak ingin kembali walau sesaat
Asaku tercabik ,terbentur oleh kepahitan
Ingatan itu kembali kepada rohku
Poros berputar disanubariku
Mengenang keganjalan ,tertapak bagaikan tak terurus
Tergeletak diatas pusaran keabadian
Menempuh kejalan keharusan…
Santri
Jiwamu berkobar layaknya dengguran lautan
Asamu memberontak,jiwamu berkiprah
Demi panji pedang perjuangan
Darahmu menetes bagaikan keringat petani yang berjuang
Kakimu tegak diatas tanah yang berteriak
Pedang merintih diatas genggaman urat nadi
Layangan bambu runcingmenancap dijiwa pahlawan
Perjuangan yang meraung
Galaksi menunduk menghapus tataran surya
Perjuanganmu abadi dalam catatan ilahi
Malang
Kenapa kau hentakkan heroik asaku
Kenapa kau tampakkan revolusioner nadiku
Harapanku hancur berkeping,berkeping karena ulahmu
Hasratku mengadu sehingga rongga tubuhku rapuh
Kedalam kecurangan permainan munafikmu
Apa yang akan kau curahkan
Rintikan hujan tak dapat mengasihimu
Petir menyambar donggala lautan rintihan
Sehingga mega pertempuran berakhir di pusaran pengharapan
Berteriaklah seakan galaksi berada digenggamanmu
Poros pengaduan kembali pada juangmu
Kemalangan terjadi karena badai jiwamu menyerah
Menyerah,menyerah dan menyerah
Donggala
Daun membanting tubuhnya
Angin menghempaskan nafasnya
Ranting mematahkan kakinya
Pohon mematahkan tangannya
Namun tanah masih bernafas diatas injakan kaki manusia
Kayu beseteru dengan debu
Menghempaskan rasa hati yang kelu…
Mendonggala dijiwa yang penuh dengan kabut
Namun keranda kehidupan terus mengejar
Baikan asa yang tak ingin putus
Namun mawar bisa berbuat apa ?
Apabila kumbang datang dan mencumbunya…..
Donggala cinta…..
Rintihan
Merintih dalam tanah pengharapan
Terkubur dalam liang kehancuran
Terdesak dalam himpitan kesedihan
Cukup,cukup menagis untuk lisan pengaduan
Pusaran batu bertegar diatas tumbukan tanah
Teriakan kehidupan merintih
Tanah tertawa dan menguapkan badannya
Sembilu menyayat kehalusan pengaduan
Membiarkan rintihan menyeruak kedalam runtuhnya jiwa
Hancurnya badan yang tegar
Kini nuansa nurani dalam hati
Berakhir menjadi metamor
Kematian…..