Rendahnya LIterasi di Indonesia Serta Upaya Mengatasinya
Muhammad Javier Atha Rahadian
Membaca ialah jendela ilmu, sebab jika membaca maka seseorang bisa memperoleh banyak hal yang sebelumnya tak dapat diketahuinya. Kemauan serta kemampuan dalam membaca akan mengasah keterampilan juga menambah pengetahuan. Semakin terus membaca dapat dipastikan sesorang dapat semakin banyak informasi, dalam hal lain banyaknya pengetahuan dapat membantu serta mempengaruhi hidup seseorang dalam melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak bisa dia lakukan.
Jadi, seseorang yang terus dan banyak membaca mempunyai kualitas lebih dari orang yang sedikit dalam hal membaca. Selain itu, membaca merupakan kunci dari segala ilmu sedangkan gudang ilmu ialah buku. Sedikit kutipan sederhana tersebut, namun di dalam kalimat itu berisi makna yang dalam. Bahwa saat membaca iqra ternyata sebuah perintah Allah SWT kepada semua umat manusia, seperti yangtertuang pads QS Al-Alaq [96] ayat 1-5.
Saat dihubungkan dengan perintah Allah SWT diatas, maka seharusnya bangsa Indonesia sebagaimana menjadi Negara yang mayoritas beragama islam dapat melakukan kegiatan membaca dikarenakan dapat dianggap sebagai suatu kewajiban setiap manusia.
Berdasarkan Wikipedia, di bahasa latin kata literasi memiliki nama lain yaitu literatus, memiliki arti orang yang belajar. Sebagai khusus, literasi yaitu suatu sebutan yang universal untuk merujuk kepada keterampilan serta kecakapan seuatu individu saat membaca, berbicara, menulis, menghitung dan juga ketika menyelesaikan segala permasalahan. Dapat disimpulkan bahwa literasi sulit lepas dari kecakapan berbahasa seorang individu.
Berdasarkan National Institute For Literacy, mengartikan bahwa literasi menjadi “skill suatu manusia dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan ketika menyelesaikan suatu permasalahan saat diperlukan ketika bekerja ataupun dalam lingungan keluarga ataupun bermasyarakat.” Pengertian ini memiliki arti bahwa literasi dari sudut pandang yang lebih berhubungan dengan konteks
Budaya literasi di Indonesia sendiri masih sangat rendah dibanding negara lainnya. Berdasar dari data yang dikeluarkan oleh The world’s Most Literate Nations dalam 61 peringkat yang ada Indonesia berada di urutan 60 pada kecakapan literasi. Sudah pasti kejadian tersebut sangat memprihatinkan jika disandingkan bersama tetangga sebelah seperti Singapura yang memiliki urutan 35 juga Malaysia yang diurutan 53 dan Thailand di peringkat 59. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan Indonesia telah di klaim dan juga di cap sebagai negara yang memiliki budaya baca yang rendah, sehingga ikut rendahnya indeks literasinya.
UNESCO (Badan dunia PBB yang menukangi bidang pendidikan serta kebudayaan) memposisikan kita di urutan tebawah kedua dalam minat baca. Sangat bisa di simpulkan jika keinginan membaca orang-orang di Negara kita cuma 0,001% saja, yang berarti 1 dari 1000 manusia di Indonesia saja yang memiliki tingkat kerajinan yang tinggi dalam membaca. Membaca ialah suatu aktivitas yang dapat dikerjakan oleh keseluruhan orang, bukan hanya di waktu kosong justru dapat dilakukan saat melakukan pekerjaan. Membaca dapat dilakukan oleh kalangan usia mulai anak-anak sampai dewasa.
Setiap bacaan memiliki daya tarik tersendiri, sehingga membuat peminat segera membaca buku tersebut. Juga dalam membaca bisa menjadi sekian cara agar memperluas ilmu pengetahuan.kecakapan akan literasi mengakibatkan dapat semakin meningkat pula pandagan serta ilmu dan menambah hal yang baru. Perkara tersebut sangat krusial pula untuk meningkatkan mutu pendidikan guna menopang pengembangan modal manusia.
Usaha yang sudah dilancarkan oleh pemerintah untuk mendobrak mutu literasi masyarakat adalah dengan menekankan kampanye pada masyarakat khususnya para pemuda berkenaan krusialnya literasi, menganalisis segala macam masalah ketika merealisasikan budaya literasi dan juga membuat besar berbagai jenis literasi.
Selain itu pula pemerintah menggandeng dengan kementerian, bak dengan kominfo yang menggenjot literasi di bidang digital dengan mempergunakan modernisasi, menambah literasi di bidang digital ke rancangan pemnbelajaran pendidikan sekolah dasar lewat kemendikbudristek, serta berusaha mengembangkan relasi yang luas kepada masyarakat guna menaikkan kecakapan literasi.
Dalam beberapa usaha itu ternyata masih tidak bisa menaikkan semangat baca dan meningkatkan tradisi literasi di publik. Semua lapisan masyarakat harus bersamaan ikut turut andil, saling mendukung untuk meningkatkan tradisi literasi yang bagus berdasarkan dengan keahlian individu itu sendiri. Hal tersebut direncanakan karena di saat proses pembentukan kultur, perlu ada kewajaran yang biasanya dan saling terkait antara tatanan masyarakat guna menuju kebiasaan literasi yang mumpuni.
Rendahnya kualitas pendidikan dapat membuat anjloknya mutu lulusan pada tingkatan primer, sekunder, ataupun pendidikan yang lebih atas. Hal tersebut adalah suatu penyebab terbesar rendahnhya tingkatv literasi kita. mutu dan kompetnsi guru menentukan kualitas lulusan, hasil uji kualitas guru saat tahun 2015 cuma menggapai sekitar 53,02% dan koalitas kader guru cuma sampai 44%. mutu para pengajar di Indonesia masih sangat besar jatraknya dari kata memenuhi.
Gizi pun atau biasa disebut nutrisi tubuh menjadi permasalahan mengenai merosotnya literasi. Pada tahun 2010 prevalensi balita yang memiliki nutrisi tubuh sedikit dan berbadan tidak tinggi (stunting) masing-masing menyentuh angka 17,9% dan 35,6%. Indonesia menjadi bagian dari 36 negara yang memiliki andil berkenaan 90% mazalah nutrisi tubuh di bumi ini.
Selanjutnya penyebab prasarana edukasi seperti kebutuhan listrik, laborartorium computer, serta saluran internet turut membantu saat upaya pengendalian masalah anjloknya literasi. Prasarana edukasi di negara kita tersalip oleh para tetangga di ASEAN. Kesiapan akan elektrik kita masih tertinggal drngan thailand, singapura, malaysia, dan juga Filipina. Sedangkan saluran internet kita juga tertringgal oleh singapura, Malaysia, dan Thailand.
Faktor terakhir yang membuat rendahnya minat baca dan literasi di Indonesia, berdasar survey sosial serta ekonomi nasional (SUSENAS) yang dilancarkan Badan Pusat Statitiska bahwa di 2015 penikmat Koran hanya 13,1persen sedangkan penonton televisi sangat banyak hingga 91,5persen
Beberapa upaya untuk meningkatkan tingkat minat baca dan literasi menurut saya sebagai penulis, diantaranya:
- Menyediakan perpustakaan di dalam rumah
- Menyusun jadwal aktivitas literasi
- Melakukan aktivitas literasi di luar rumah
- Diskusi dengan teman hasil dari resensi buku
- Diadakannya webinar tentang pentingnya budaya literasi
Dengan membaca membuat kita bisa mengenal dunia dengan pandangan yang lebih besar dan tajam, juga menurunkan berjuta manfaat. Tetapi mau diapakan juga minat baca orang-orang diindonesia masih tergolong sangat lemah dan rertinggal. faktor terbesarnya dari kecilnya minat baca serta literasi orang-orang diIndonesia ialah tingginya rasa malas, hal tersebut bukan hanya berdampak jelek untuk kita saja tapiss ikut bisa berdampak buruk ke bangsa dan Negara. Hal ini tentunya masih bisa diperbaiki, kuncinya adalh kesadaran diri dan kemauan kita untuk berubah.
______
Muhammad Javier Atha Rahadian, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Pilihan