Sajak-sajak Wildan Muroqi, TMI Al-Amien Prenduan
https://www.rumahliterasi.org/2022/12/sajak-sajak-wildan-muroqi-tmi-al-amien.html
Wildan Muroqi , adalah anak seorang petani, lahir dan besar di atas tanah garam Sumenep. Kini duduk di kelas 5 TMI Al-amin prenduan dan aktif sebagai anggpta Sanggar Sastra Al-amin (SSA).
Dzikir Kematian
Pada tikar rasa syukur mengakar
Mengingat raga tetap tertata rapi
Melihat perut
Dapat menampung garam dan nasi
Namun tak lupa,
Aku berdzikir tentang mati
Dibawah akar rumputan
Disanalah berjalannya interogasi
Tak satupun eja melarikan diri
Demi bungkmnya lisan yang dulu keji
Hanya sesal kudapati
Bila nafsu terus mendalangi hati
Peran Kayu Bakar
Sebalok kayu terpaku rapi
Menjadi saksi sosok wanita senja
Dengan beberapa helai uban menghiasi
Bersama seserat senyum
Pesan-pesan tersirat mencekam
Asap menerka aroma
Didepan tungku perapian
Kayu bakar teriakkan nestapa
Tak mau kalah
Belahan bambu memakkan pilu
Demi beras mengeras haru
Membiarkan bahu diukir padat kayu
Debu dalam Kenang
Sosok wanita mulia
Telah mengelabui benakku
Haru pilu tenggelam dalam syahdu
Mengingat secarik kain
Masih menyajikan aroma pesing
Telihat disana,
Kaca menghadang serdadu debu
Rela jerih payah
Menenbus pertahanan senja
Berbaris didalmnya
Hikayat yang telah lama menderu
Bertengger sejuta tawa
Diatas paku jasad batu bata
Terngiang dalam kalbu
Deretan nasehat penghindar kuwalat
Menjadi tameng
Pada setiap jengkal nafas
Mengawal kaki
Meniti pada titian berapi
Menjaga lisan
Tertusuk linggis sepanas merapi.
Kisah Pagi
Kini pagi memanggilku lagi
Memperkenalkanku dengan matahari
Mengajak burung menari
Menyuruh rumputan bernyanyi
Namun nyatanya,
Hatiku berjodoh dengan sunyi
Jiwa tetap mengenang sepi
Menghujat rindu agar segera pergi
Supaya hujan tak lagi mendiami diri
Menyiram akar rindu ini.
Arus Masa
Aku pikir anganku benar
Entah mau kemana teka teki itu
Bahkan aku kira
Angan-angan ini makin membatu
Tak seperti dulu
Ketika aku merengek pada ibu
Menjarah keringat ayah
Bahkan terkadang
Sebelum raga beranjak pergu
Aku mencuri telapak tangan ibu
Melipat tuhan dalam keningku
Namun,
Setelah menetap pada kesunyian sujud
Hasratku terpaksa singgah
Memasrahkanku pada sepi
Aku lupa cara merengek
Cara menjarah
Cara mencuri. Pilihan