Sajak-sajak Lailatul Qadriy
Lailatul Qadriy lahir di Sumenep, November 2004. Menempuh pendidikan di MI Asmaul Husna dan MTs MA Nasy’atul Muta’allimin Gapura lulus pada tahun 2022. Karyanya telah dimuat di Jawa Pos Radar Madura. Dapat dihubungi: lailatulqadriy@gamil.com.
Malam yang Kehilangan
dingin macam apa? debu-debu melangkah bernyanyi di puncak
rerumputan, saksikan rembulan dikejar bintang dikala malu
angin terus berlalu-lalang menggiring ombak jatuhkan pasir
di matamu dan menjelma bebintang ikuti rembulan
pertarungan macam apa? pembunuhan terencana, rembulan
tertusuk runcing bintang kandas di penampungan tanganmu
angin tak kuasa bawa darah tumpah di samudera, tangis
ikan mengalir ke hulu, pasir pemegang janji
mata telanjangku mengintai langit yang dipersembahkan gelap
dikala purnama tak mampu menyisihkan redup buat mataku
alangkah sembilunya seketika sesak napas
Gapura, Agustus 2022
Ayahku Sang Pandu Laut
/1/
sejauh ini, barisan sampan terombang-ambing di lautan
Oktober kembali bawa sial bagi nelayan
dan ombak tumpah di bibir pantai
sesekali batu karang tak hiraukan gejolak lautan
hingga luluh, ombak bawa serpihan karang hingga pantai
di lintasan cuaca, para nelayan masih buka mata
bermimpi di punggung laut dan
nyenyak di atas gulungan ombak
lalu tercipta nyannyian:
‘asapok angin abhental ombak’
/2/
laut yang disinggung angin
ayahku hingar-bingar terbawa ombak mengintai sunyi
keringatnya mengalir hingga rumah, kucium: asin
di laut, jaring-jaring dibuka tanpa ujung
ia berbagi cerita dengan ikan dan laut
bagi ayahku, lautlah yang pas untuk tidur dan bermimpi
terbayang hidup semacam garis
laut di rumah, rumah di laut
keringat asin lelaki pesisir pantai ini kunci budaya sakral
tekadnya membentang karsa sali
hidupi mimpi leluri leluhur dalam navigasi
sekarang aku tak mau bicara, ayahku sedang di laut
Gapura, Agustus 2022
Album Lama Museum Sumenep
baru saja aku masuk museum ingatan
perlahan-lahan naluri tangkap
indera batin sebagai kelana tua
dari masa yang tak tertulis bersama remang
usia pun pecah di almanak lusuh dan album lama
yang bergelantungan di dinding museum
bersama segaris senyum yang kian sirna ditelan usia
bersama zaman, delmanmu sembunyi di sejarah anyar
rodanya terus berputar mengelilingi jam
demi keadilan dan kesatuan
tak ayal jika kudanya terbang mengudara
mengantar ruhmu di sisi Tuhan
baru saja aku keluar museum ingatan
perlahan-lahan naluri tangkap
indera sebagai kelana tua
mulai masa-masa yang akan tertulis bersama remang
Gapura, September 2022
Anak Seusiaku
lihatlah itu nak,
anak seusiamu tengah main layang-layang
cita-citanya sangat tinggi, terbayang langit
sebelum embusan angin pupus di tangannya
dan cita-cita menulahi dataran tanah hitam
lihatlah itu nak,
anak seusiamu tengah berjanji lisan
di rentang detik yang naik turun
pantas saja keleleran terbengkalai
dan pecah dalam jam tidur
lihatlah itu nak,
anak seusiamu tengah begitu ramai
berkunjung pada selimut nikah
akadnya diam-diam, marak
jangkauannya telah luas telanjang
tiada syarat juga sebab tersembunyi
sejak itulah aku pulang
mengantar orang tua padamu
(2022)
Di Kota Mati
kupikul perjuangan di persimpangan jalan ramai
matahari yang menaruh keringat di pundakku
terang-benderang sekumpul awan terseret angin
membaca bayanganku ke arah timur menjauh
atasi senja kala pada pekarangan kota mati
hingga akhirnya malam jatuh terlelap sunyi
2022