Di Balik Kacamata Puisi R. Qusyairi
Nama aslinya Ramlah Q. Nyantri di Annuqayah Latee 1. Anggota Café Latte 52. Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah Instika Guluk-Guluk Sumenep. Sekarang tengah menikmati hidup menjadi santri pojokan.
Pohon Manik
kutanam sebelum usai cerita
di tepian sumur tua
menahan degup bahagia rasa
manusia berbangga dibuatnya
siang menuju petang
kentara warna senja menjuntai riang
kuberi pupuk sekarung ilusi
esoknya berbuah selarik puisi
kupetik buah kala gerimis
agar basah dan tetap manis
segala ingin yang berdiri di puncak gigil
harap berdenting-denting, memanggil
pohon manik berlalu
tinggal nama saat laut pasang
saat rembulan meremang
saat tiba rumahku dipindahalihkan, menjadi kenangan
pojokan, 09 2022
Hembusan Sungai
terhitung sejak april lalu
hujan datang membawa kemarau
sejenak tawa pecah
disambut desah pasrah
di penghujung agustus
kembali berkibar
nyala lampu benderang
suram hatiku kacau
sumbu api dibiarkan sendiri
ia menunggal menatap sunyi
samar-samar terdengar
dengkur hati berceracau
hatiku kembali
mengikuti hembusan sungai
mengalir menepi
berkehendak atau tidak lagi
pojokan, 09 2022
Sesumbar
jelaganya bukit tanya
didekap tangan rimba
hanya sesekali kuasa mulut dibuka
demi menjaga trah jaya kusuma, katanya
bermuka masam pun tak bakal ditanya
sebab ekspresi tiada nilainya
puncak luka berakibat fana
saat terlepas sesumbar dari goa
buli-kebuli dari ulu hati
sedap mengumpat jauhi matahari
terpecah sengat jaya kusuma
sekilat jilat petir menyala
pojokan, 09 2022
Esi Agung
pukul tiga dini hari
lintang menuruni lembah aji
dibawanya segenggam wani
dilempar menuju hati yang manusiawi
seputih pualam tertanam
dalam jiwa resi
dalam jagat perdamaian
telah larut tangis paman
menembus gunung persaksian
o, tapa bharata
denyar darah gemeletuk api
sirna senyap dimakan geligi
angin kiriman pun terpasung
membakar jiwa-jiwa yang mendung
pojokan, 09 2022
Di Balik Kacamata
aku bersaksi
di balik kacamata itu ada engkau
pulih dari lumatan massal
kembali mengeja luka yang binal
aku bersaksi
di balik kacamata itu ada purna
bisik ulu hati menjejal
penuh sangkal tentang biji yang hilang
aku bersaksi
di balik kacamata ada negeri
pulau semedi manusia bumi
menanam hati merajang nyeri, saban pagi
pojoka, 09 2022