Sajak-sajak Rindu Adri Hidayatullah
https://www.rumahliterasi.org/2022/07/sajak-sajak-rindu-adri-hidayatullah.html
Adri Hidayatullah, lahir di Sumenep, 25 April 2005, duduk di bangku kelas XII SMAN 1 Batuan. Tinggal di perum Batu Kencana blok ii/19, Batuan. Pernah menulis di media cetak dan online.
Muara rindu
Bila kemelut rasa membuatmu tak kuasa
Peluklah rembulan yang merentang cakrawala
Sebagaimana kita pernah beradu jumpa
Walau hanya sesingkat purnama.
Entah dimanakah lagi
Persimpangan saat terik mentari
Kala senyummu melanda lesung pipi
Waktu itu saat kau titip wajah berseri.
Hamparan cemara dan tiang bendera
Masa terakhir kau melambai kata
Dan ku baru berpijak
Pada rindu yang dikebiri sajak sajak.
Waktu yang merekah dewasa
Segala tentangmu biarkan ku terlena
Antara seonggok kopi dan sepertiga malam
Kelok alis takkan lagi dipentaskan temaram.
Batuan, 2022
Sepanjang hari
Selama kicau kenari masih menjangkiti
Aku akan selalu terikat pada embun melati
Membasuh keruh di setiap jengkal telapak hati
Hingga kau ucap selamat pagi.
Akankah kau tahu
Sesekali ku harus menyaru
Meniti dalam gelapnya lembah dekikmu
Tempat yang tak lebih pekat dari sebuah rindu
Meski senja mengurai siluet begitu sedu
Aku lebih melekan dari kawanan burung hantu.
Batuan, 2022
Sekejap mata
Begitu singkat engkau singgah
Langit ubin putih tulang
Saat kau menangis tanpa air mata
Daksa yang masih terbalut kain kapas
Menjelma batik dari tenunan kasih sayang.
Kalaupun hujan memeluk kamboja
Dari rintik yang terbuang
Sayup mata suguhan bertangkai tangkai
Semerbaknya tak mampu ku rasa.
Bagaimana lagi aku harus menjumpa
Tatapmu yang telah kau bawa
Pergi nan jauh
Mengaras ke taman surga.
Batuan, 2022
Seperti senja
Dari setiap ucap yang tersisa
Namanya hanya beralaskan khatulistiwa
Berikut asa yang melambak sepi
Dengan senja datang sebagai harmoni
Dan pergi tuk sebuah tragedi.
Ku tetap melangkah dalam kegontaian
Di wajahmu yang melarut kemerahan
Dan begitulah senja kan terlewatkan.
Seperti muara mengenang telaga
Gemercik hujan tak meluapkannya
Sejauh apapun ku meraba
Kehampaan laksana embun bertaut jendela.
Batuan, 2022
Tak bersua
Kau dan kopi dalam secangkir
Tak ada gula yang menakar
Selain durjana mengacau
Pada rasa yang tak bersulang.
Batuan, 2022
Pilihan