Percikan Kecil Puisi-Puisi Raudlatul Makiyah
Raudlatul Makiyah adalah seorang wanita yang lahir di tanggal empat belas bulan enam tahun seribu sembilan ratus delapan puluh sembilan. Panggilan sayangnya adalah Kiki. Selain menulis dia juga senang traveling dan memiliki hobby membaca. Dia senang sekali menulis fiksi, baginya fiksi merupakan tempat untuk bercurhat. Dia bertempat tinggal di Jalan Trunojoyo Desa Kolor-Sumenep tepat di jantung kota. Sekarang Dia mengabdi di Lembaga SMPIT AL-HIDAYAH Sumenep dan sudah bergabung menjadi anggota Rulis Sumenep. Karyanya yang masih seumur jagung sudah terbit dalam bentuk antologi, baik bersama maupun secara mandiri. Diantaranya “ Goresan Pena Guru Bahasa Kala Pandemi Korona”, “ Kisahku di Masa Pandemi “, “ Surat Untuk Ibu”, “ Perahu Kehidupan”, “ Rindu”.
Puisi-puisi dibawah adalah sebagian puisi yang dicuplik dari buku kumpulan “Cermin Tak Berbayang” (Penerbit Rumah Literasi Sumenep)
Kelabu
Bukan mimpi yang ingin ku bangun
Nyata yang kokoh berpelupuk rindu
Mengernyitkan harapan palsu
Purna dalam lingkaran setan
Tertusuk hingga relung dada
Menapaki galian jalan kesucian
Tak mampu membendung aura kegelisahan
Yang akan musnah dalam dua musim
Kemaraumu sungguh indah
Hingga panahan sakit ini biru menganga pilu
Tertaburi ludah jingga sang penguasa
Mati di tengah parau musim gugur
Lihai jerarimu mengelus dada
Terpanah kaku dalam cerita maya
Hingga lebah tak tampak menghisap madu
Dan kupu-kupu menghisap bunga layu
Sungguh kelabu kehidupan ini
Malam tanpa cahaya terang
Terlena dengan kerlipan bintang
Hingga berteduh menghela nafas biru
Terengah dalam ketidak pastian
Melepuh dalam rindu diri
Berkolaborasi asa dan rasa
Mengubah kelabu menjadi merah terang
Amunisi Bathin
Selangkah maju menuju terang
Menyelami deretan hijaiyah
Teranalisis dalam benak merona
Menuai tuntas sahaja
Menyusuri jejak tingkahmu
Melambaikan kemenangan
Damai diri tak teragukan
Dingin hati menanti sukses
Paras meronamu menuntut ilmu
Membangkitkan nafsu batin
Menghias amunisi bak bunga mekar
Harum menyengat kalbu
Kau terus berlari mencari amunisi bathin
Hingga kolam ilmu kau penuhi ikan
Bermacam warna
Bentuk tujuh koma lima dimensi
Boneka Kemarahan
Jangan kau ukir aku dalam memorimu
Hingga hentakan jiwa ini memar
Melontarkan sunggingan rasa
Melepuh dalam lampion bekasmu
Aku bukan boneka kemarahanmu
Yang kau tarik ulur dengan rasa
Meniupkan kebosanan dengan lembutku
Menyodorkan luka ketidak pastian
Gemuruh itu terus kau gaungkan
Melemahkan citra rasa aroma kelaten
Hingga tiupan baunga menyerang keputus asaan
Meneparkan semangat juang keilmuan
Bonekamu sudah lenyap terkikis waktu
Musna terbawa sejarah
Jejaknyapun hilang tak berbekas
Hingga tinggal nama terpampang kaku
Setangkai Harapan
Ku mulai taburi ruang hampa ini dengan aroma doa
Ku terus lantunkan syair ini dengan isyarat kata
Ku lemparkan ketidak puasan ini dengan tangisan malam
Ku telusuri semangat juang ini dengan setangkai harapan
Gemuruh kerinduan mulai bersua
Mengantarkan kegelisahan pada kamar tak berpenghuni
Mengepakkan bantal guling dan selimut
Menorehkan kegalauan dalm hantaran kasur
Ayat –ayat berdatangan memintaku ikut bernyanyi
Melunglaikan asa tanpa rasa
Menelusuri mahligai harapan
Hingga aku tertunduk kaku memantrakan deretan surat
Setangkai harapanku
Setangkai doaku
Setangkai rinduku
Setangkai kebahagiaanku
Hanya untuk Mu
Disini Karena Cinta
Sinar lelah di pelupuk mata semakin tampak
Tuangan kerdip memuncar air mata yang jatuh
Raut merunduk tak kuasa menahan letih dan beranak pinak
Hingga cucunya terus meraung kesakitan
Sakit yang tergambar di sudut sketsa raung rehatmu
Sayang,
Lelah ini milik kita
Kita yang terus terjun dalam dakwah cinta
Menyuburkan mimpi dari berjuta mimpi yang mampu menuai gambar dari sketsa tawa dunia akhirat
Itulah arti "disini karena cinta"
Cinta yang akan membawa kita ke syurgaNya.
Tentangmu
Ketika gemericik air mata mengaliri jiwamu yang sesak
Bendunglah dengan rentetan do'a
Peluklah kekosongan dengan keyakinanmu
Lemparkan semua kegundahanmu bersama musim
yang tak pernah akan kembali
Sambutlah musim baru dengan kapas putih tak bernoda
Hilang penat harapanmu adalah takdir
Takdir yang tak bisa kau eja dengan angka dan huruf
Lirik auramu mengantarkanku melonjak pada dunia yang biru
Yang kau buat dengan warna pelangi
Sabarlah wahai saudaraku
Setiap kegundahanmu sekarang akan indah pada waktunya
Dengan dzikir bibirmu yang tak kan pernah pudar oleh waktu
Senyumlah di setiap langkahmu
Ukir kebahagian itu dengan ketabahan dan keikhlasan
Yakinlah pada jiwa yang tenang akan terdapat jiwa yang kuat
Jangan biarkan kelabumu berubah hitam pekat tak berbentuk
Menerjang kleopatra masa depan yang telah kau bangun
Bangkitkan semangat juang mu melawan segala melankolis dalam jiwa ragamu
( Salam Satu Jiwa )
Lantunan Sajakmu
Senyum pagimu mengitari rasa melankolis di gerbang dadaku
Di antara luapan cinta memamah rindu
Kau kirim berjuta dzikir untukku
Hingga merah hatiku teruarai biru rasamu
Sungguh bunga di dada ini mulai harum dan bermekaran
Lantaran alunan sajakmu mengantarkanku tepat di depan gerbang cintamu
Ku terus mengikuti alunanNya
hingga salam terucap menyapa kehangatan cintamu
Sajak yang kau lantunkan pagi ini memiliki seribu makna
Sampai bibir ini gemetar tak terbendung
Sajak inilah bukti putih cintamu di antara senja kegelisahan
yang selama ini terus mengitari pelangi keyakinanku
Terimakasih sayang