Sajak-sajak Syafi'uddin, STKIP PGRI Sumenep
Syafi'uddin, dilahirkan dari keluarga sederhana pula di sebuah desa kecil wilayah Kecamatan Pasongsongan, Sumenep. Semasa sekolah ia aktif di organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) serta menjadi koordinator devisi penerbitan media kreasi siswa/majalah dinding, dan Pengurus Komisariat (PK) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), menjabat sebagai sekretasis umum (2018-2020.), Sekarang sebagai mahasiswa di STKIP PGRI Sumenep, dan aktif menggeluti tiga organisasi sekaligus, satu eksternal (PMII), dan dua internal (UKM LPM Retorika, dan UKM Karomah).
Mengenai kecintaannya terhadap dulia literasi, yaitu berawal dari rasa cintanya terhadap dunia sastra, semenjak ia masih duduk di bangku MI. Baginya menulis merupakan tantangan tersendiri, dan tiada hari tanpa membaca dan menulis.
Gelombang Rindu
Duhai kekasih, tak mampu jiwaku membendung gelombang rindu
Meski pada paling krisisnya waktu
Tidak akan mampu menghalau deru kalbu
Namun, kedua netra ini senantiasa tersatiri debu
Walau dengan tangan kaku
Tidak kenal malu menggapai uluran tanganmu
Masih pantaskah daku sebut namamu
Meski diantara hinanya doa kian membeku
Wahai sang kasih, tak pernah kering citaku mengadu
Nikmati suasana syahdu purnama parasmu.
Selasa, 03 Mei 2022
Tanian Lanjang
Jejeran waktu gotong-royong menyatu
Erami madu diharap terlahir kupu-kupu
Tak ada yang tahu meski dijilat setetes peluh di ujung bahu
Sekawan Cemara menjelma Ara
Hendak titip lara pada rahim samudera
Meski berubah sepenggal doa
Menyisiri lempengan pancaroba
Dalam kelam, terlentang puluhan tangan
Bukan soal riang hiasi angan
Melainkan mengapungkan namamu hingga ke ubun-ubun
Amboi..
Kini engkau mulai saru
Pupuk dan benihmu dengan riang belagu
Tak mengindahkan, di pojok sana tercium wangi haru
Setiap lekuk ketekmu seakan tercium bau melati
Namamu kini tenggelam bersama seduhan kopi
Seolah pemanis untuk dinikmati.
Rajun 06 Mei 2021
Best Mistake
Sudah cukup lama kau bersemayam
Menikmati diam bersama kawanan
Akankah kau tahu, dua dunia kini sedang berselisih
Satu sama lain saling menindih
Tak peduli pada jejeran darah di trotoar
Yang semakin lama makin mengakar.
Sudah lah..
Sudahi lah semayammu
Aku rasa malam ini kita harus berkencan
Ciptakan kebahagiaan yang mulai terancam
Diantara dua dunia agar tak saling mengecam.
Rajun, 10 September 2021.
Ambang Pintu Jadi Saksi Bisu
Garis waktu kian lama kususuri
Dentingan detik-detik sairkan risau di kedalaman sanubari
Jadi penenang akan harap yang telah lama membumi
Sesekali menyulam abjad demi abjad namamu
Berwujud serban penikmat sujudku
Merayu Tuhan sepenuh hamba beradu
Lantaran tanpa durja purnamamu, batinku membeku
Mungkin tahu tidak sedang bersamamu
Bahwa seulas senyum telah jadi candu
Di saat redup netraku
Telah kutemui Senyummu di ambang pintu
Walau sekejap itu, tak mampu halangi cerah dalam netra kalbu.
Jumat, 03 Desember 2021
Salahku Ataukah Salahmu
Deraian jarum waktu kian bersenandung
Menggores rindu air mata penyesalan
Sebab kewenanganmu disalahgunakan
Kau terlantarkan mantan-mantanmu
Tanpa kegundahan terbesit sedikitpun
Hingga tempat sujudku kini ternodai
Ayunan zikir, kalimat demi kalimat firman-Nya
Tidak lagi lahir dari bibirmu
Ataukah hanya melayang damai dalam anganmu
Aku tidak tahu
Tidak satu aksara hinggap di telinga
Pada paruh malam batin terasa pilu
Sebab ratu waktu yang aku nanti selama ini hilang menjadi tumbang
Terhanyut arus nyenyaknya malam
Hanya dengkuran mayat hidup berslogan
Hingga ruh kembali diantarkan
Aku pun tidak tahu
Ini salahku ataukah salahmu
Rajun, 21 Mei 2022