Sajak-sajak R. Qusyairi, Annuqayah Latee Guluk-guluk
R. Qusyairi, nama aslinya Ramlah Q. Nyantri di Annuqayah Latee 1. Penduduk Cafe Latte 52. Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah Instika Guluk-Guluk Sumenep. Inisiator Ngaji Sastra Imam Bushiri.
Sepotong Kain di Hari Pengantin
angin menuju rumah
batu-batu menatap arah
lalu lalang digaungkan
sebagai kata-kata terpasrah
satir disampirkan ke hilir
ditahannya laju air
agar tak basah yang kemuning
lekat di atas tubuh pengantin
parau dermaga
pasir tak beraroma
buih menggumpal
karang mengepal
ada apa hari ini
kecamuk tak biasanya redup
gemeletuk dingin usai
sorak sorai terasa manis
menuju sepotong kain
lipatan desah kemarau tumbang
ilalang bersalaman
bulan berpelukan
Annuqayah, Mei 2022
Epitaf Kosong
tanganku memeluk riak air
yang jatuh diterkam ingin dan getir
darinya aku mampu melukis
huruf pada kata, garis pada gerimis
kugantung ia tinggitinggi di atas langit
bersitatap tajam melawan sengit
lalu bongkah takdir menggelinding
dikirimnya bayangbayang menuju hilir
samarsamar kudengar
karangan sajak mulai bermekaran, aku pun pulang
Pojok ruang, 2022
Aku dan Daftar Nama-nama
ini kisah perihal suka duka
tentang malam yang dikoyak sepi
siang dipangkas teriknya
tak segan mencipta labirin berujung duri
aku menuangkan air raksa
ke dalam gelisah milik semesta
tak lupa kumasukkan secarik kertas duka
berisikan nama-nama
kututup bagian atas gelas itu
dengan kain beludru berhiaskan intan biru
anggap saja sesajen di hari mulia
harapan meluap penuhi kelip di mata
tuhan meruap beragam rupanya
memenuhi ruangruang dalam dada
terkadang mengetuk
tak jarang pula memeluk
o, tuhanku yang maha asih
tangkup wajahku kala mengurai doa
jadikan aku berbesar hati
lahirkan cinta kasih pada sesama
Pojok ruang, 2022
Batu-batu di Tepian Kaca
namanya batu
berdiam di ketiak tanahtanah
rapi berbaris mudah dititah
harga diri baginya
tak seberapa dibanding anggukan pasrah
dipacunya leher itu pada satu arah
percaya diri akan lahir
saat kaki hitamnya berdiri
di tepian kaca yang berair lendir
duhai kosmik
dayamu lari kemana saja
mohon unjuk gigi walau sekejap kedipan mata
ada yang menunggumu
ia sedang menunduk
dengan kedua pundaknya yang dikutuk
Pojok ruang, 2022
Secangkir Kopik Milik Kiai
: K. M. Zamiel El Muttaqien
bungkus arabika tergeletak di tangkai takdir
mata menyaksikan peristiwa sampai akhir
begitu tiba waktunya dibawa
aku mulai menyusun karangan doa
kubungkus sisasisa ampas kopi di meja
kuusap cangkir seputih pualam dengan senja
peraduan terkhirku benar-benar mangkat
sungguh sesak mengendap keparat
secangkir kopi milik kiai
bersenda gurau dalam ruang sepi
dirapalnya puisi menjadi dzikir
tandas memecah sunyi dan rindu yang semilir
semua terjadi begitu saja
menyisakan puing penderitaan
sungguh kematian yang disayangkan
tusukan ilalang berikan pelarian untuk meredam
Pojok ruang, 2022
Hari Raya Temu
i
si nur berkisah
pertemuan yang janggal
menghampirinya
di waktu luang
kasih menepi
getar menghampiri
ii
si bai melayang
ke awangawang
kekasihnya datang
membawa seikat fajar
dari ufuk terdalam
palung rindunya mendendam
iii
si aku terdiam
hati penuh ceracau
doadoa terlangitkan
lelakinya berdiri mendekap bayang
di dekat pintu kayu
terkesiap hatinya menghalau rindu
Annuqayah, 2021