Puisi-Puisi Bait, Latee Annuqayah
Bai t, adalah pustakawan Latee 1, Ponpes Annuqayah Guluk-guluk Sumenep. Baginya, hanya dengan menulis dan membaca manusia mampu menembus r...
Bait, adalah pustakawan Latee 1, Ponpes Annuqayah Guluk-guluk
Sumenep. Baginya, hanya dengan menulis dan membaca manusia mampu
menembus ruang-ruang sunyi, di tengah ramai sekali pun.
Geming
ada apa dengan hati?
ia seakan dungu membaca
ia bagai tuli mencerna
ia seolah bisu bahasa
ada apa dengan hati?
redup gelap
sunyi senyap
detak gagap
hening menyergap
ada apa dengan hati?
malas berkisah
resah mendesah
seperti hilang arah
ia merangkul pasrah.
17.10.21.
Betapa Tuhan
kau pernah merasa jatuh?
hilang arah
memikul pasrah
lepas kendali
menghukum diri
tak ada penolong
walau hanya bisikan kosong
lalu,
sesuatu seakan datang
menghampiri yang hilang
menyentuh perasaan
kamu terdiam
Ia masuk
memberi kekuatan
kau pernah merasa pergi?
menjahui ragamu
membohongi jiwamu
merutuki batinmu
dan lagi,
Ia seakan datang
mendekatimu diam-diam
mendekapmu perlahan
kau pernah sengaja pergi?
dan, sekali lagi
ia seakan mendekat
merengkuhmu erat
membungkam perihmu
merasuki inti jantungmu
kau pergi,?
betapa Tuhan,
mengasihimu lagi.
Id. 16.11.21.
Kota Subuh
pada subuh,
kuhaturkan bait demi bait aksara
padanya untaian kata
mengalir sejadi-jadinya
mungkin dan bisa jadi,
ia tersusun segila-gilanya
pada subuh,
terngiang namamu
di waktu paling pemula
kamu ada dalam doa
engkau mengada di tiap jedanya
kubiarkan merupa; jadi etsa;
dari awal nasib turunkan jangkarnya
hingga kenang manis tercipta kita
pada subuh,
kurangkai doa
samar-samar namamu ada
harapan tak putus asa
“Tuhan, engkau,”
“Engkau, Tuhan”
engkau engkau
Tuhan Tuhan
riak rindu kejujuran
semburat syahdu kehampaan
dengannya siap tertikam
pada subuh,
ada senyum mulai teduh
ada tawa tak lagi angkuh
ada rasa terus tumbuh
dengan engkau yang kian utuh.
Id. 27.11.21
Nadir
di tengah kekosongan
kutemukan riuh ramai bernama engkau
kamu menjelma pelangi
dengan rupa warna menghiasi
meski muskil dipahami,
perpaduan itu indah terpatri
di tengah keramaian
kutemukan sunyi bernama aku
yang seumpama waktu
mengalir dengan keangkuhan
mengikis habis keadaan
pencipta keresahan tak beruang
di tengah kehampaan
kuberi nama ia engkau
lalu tersematkan aku sebagai ramai
seiring kebisuan yang pecah
timbul tenggelam
yang tak pasti, mengabadi
Id. 28.11.21.
Episode Temu
cerita ini amat stabil dan teratur
alur ini begitu liar mengalir
dengan latar berbeda
masih tokoh yang sama
sesekali mengundang tanya
apa kabar, dan sedang apa?
waktu seperti jadi saksi
waktu seakan menjadi inti;
bagaimana dua anak manusia
berusaha dekat dengan jarak
memantapkan rasa dengan tegak
kita terlampau jauh oleh ruang
meski tak jua berjarak sebab keadaan
kita beberapakali meramu temu
melalui jalan pintas kita saling memahami
bertegur sapa dengan berani
berharap keadaan tak mengadili
temu itu dihadiri senyum terurai
satu dua tanya gagal terbacakan
bait-bait sengaja kuhaturkan
entah itu puisi atau sekadar bualan
aku bersimpuh kelu membahasakan.
Id. 07.12.21