Tentang Hujan dan Malaikat Mikail



Halimi Zuhdy

Sepertinya tidak ada yang aneh tentang hujan. Bermula awan, rintik, kadang angin menyapa lembut, kemudian ia bertandang, membasahi pori-pori bumi. Bahkan, ada yang tidak peduli dengan kedatangannya, bila ia berdendang, payung siap menghadang.

Kehadirannya. Dari rintiknya, menyapa siapa, menghanyutkan apa, berada di mana, kapan, dan berbentuk apa, semuanya telah dicatat di Lauh Mahfud oleh Allah sejak 50.000 tahun sebelum kelahiran bumi dan langit, sebagaimana yang lainnya.

Turunnya dikawal langsung oleh Malaikat Mikail, sebagaimana dalam Ibnu Kastir. Dengan dibantu oleh Malaikat-malaikat lainnya. Ia, tidak serta merta turun, ia berproses cukup panjang dan rumit; pembentukan angin, pembentukan awan, kemudian turunlah hujan ((Q.S. Ar Rum:48 dan Q.S. al Nur:43)

Anehnya, ia jatuh dengan buliran-buliran lembut nan indah, seperti mutiara yang menyapa bumi. Walau kadang seperti buliran besar, namun tetap saja buliran, indah. Bagaimana kita bisa membayangkan, dari ketinggian luar biasa (langit) ia tetap jatuh serupa (berbentuk bulir dan lembut), sedangkan bila kita menuangkan air dari ketinggian, maka akhirnya menyatu padu. Maka, tidak satu bulir pun air yang jatuh di suatu tempat, tanpa pengawasan dan kerja Malaikat Mikail dan yang membantunya. Atas Izin dan Perintah Allah.

“Tiada seorang pun mengetahui kapan diturunkannya hujan, di malam hari ataukah siangnya”. Kata Imam Qataadah. Ia termasuk rahasia, dari lima yang dirahasiakan Allah; isinya rahim seorang Ibu, esok apa yang akan terjadi, esok apa yang akan diperbuat dirinya, di mana nyawa berhenti berdetak, dan kapan derai hujan menyapa bumi. Hujan, rahasia paling rahasia, ia yang disebut dengan “Mafatihul Ghaib” (Kunci Ilmu Ghaib).

Sedangkan; guntur, petir, dan kilat, yang kadang menghantar hujan, juga kadang dianggap biasa. Sebenarnya sudah dibahas oleh Imam Bukhari dalam Kitab Adab al-Mufrad Lil Bukhari (H 262), pada bab “Idza Sami’a al-ra’du”. Sesungguhnya guntur adalah suara (gelegar) Malaikat ketika Hujan, laksana pengembala yang menghalau (dengan suara) kambingnya.

Dalam al-Qur’an, ia tertera dua kata, “Mathar” dan ‘Ghaits”, Mufassir ada yang menggap satu arti, namun ada pula yang memaknai berbeda dalam aspek dampaknya, “Mathar” hujan yang mendatangkan kerusakan, sedangkan “Ghaist” adalah hujan rahmat.

Mudah-mudahan hujan yang selalu menyapa kita setiap hari, menjadi rahmat, dan keberkahan bagi bumi dan isinya. “Allahumma Shayyiban Nafi’a”.

Detik ini Malang disapa hujan, mudah-mudahan ia juga menyapa dan menenun bumi yang lagi gersang di belahan Indonesia.

****

Repost 19

Sumber: Halimi Zuhdy

 

Pilihan

Tulisan terkait

Utama 8186351433049252657

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close