Tujuh Puisi Pilihan Semarak Literasi
https://www.rumahliterasi.org/2021/09/tujuh-puisi-pilihan-semarak-literasi.html
Tujuh puisi pilihan ini merupakan puisi-puisi hasil lomba menulis puisi mahasiswa Institut Dirosah Islamyah Al-Amien (IDIA) sebagai tindak lanjut pelatihan menulis fiksi dan non fiksi dalam rangka IDIA ke 38, pada acara Semarak Literasi 2021
*****
Puisi : Rabby, Abdul Malik Saif Ababil
Alif
Alifmu sebagai do’a
Selalu tegak dimana-mana
Sederhana mengandung jasa
Mengembara dimana saja
Alifmu tak pernah bicara
Menyimpan rahasia di dalamnya
Tak kan pernah bisa
Sepanjang masa
Alifmu selalu berguna
Menghapus dosa
Menghapus luka
Saat kita tenggelam dengan dunia
Sajak adalah temanku
Kata adalah mimpiku
Aku mau menyambung hidupku
Dengan tinta kata menyeru
Aku berteduh di bawah pepohonan
Beralas tikar pandan
Sambil bernyanyi menemani sunyi
Mengikuti hati matahari
Aku seorang diri
Seperti terpenjara di perut bumi
Lalu kutulis segurat Alif dalam puisi
“ Rabby, Abdul Malik Saif Ababil berserah diri ”
Puisi: Moch.Alfian Fariz
Ditikam Sunyi
Hujan angin kali ini
Hantarkan gigil untuk menepi
Dalam remang cahaya mentari
Aku terpaku berhalusinasi
Membayangkan kamu ada di sini
Duduk bersama menikmati segelas kopi
Lalu bercerita tentang mimpi-mimpi
Untuk bersama kita rangkai kembali
Namun aku tersadar itu hanya ilusi
Kerena nyatanya yang tercipta adalah sepi
Semakin pedih aku ditikam sunyi
Berharap pada yang tidak pasti
Sampai kapan harus seperti ini
Begitu lelah aku menanti
Mencoba tabah dalam hati
Jiwaku lemah hampir kehilangan arti
Puisi: Ika Mutmainnah
Bertahan
Hantaman itu pasti akan datang
Layaknya arus yang menghantam ketika pasang
Kita tak perlu menyerah dalam berperang
Cukup bertahan sudah cukup untuk mencapai menang.
Kawan ..
perjuangan itu tak akan pernah padam
demi terciptanya kenangan yang mendalam
Puisi: Faizatun Nadifatul Ula
“Awal Khayalan”
Kerap orang menganggap jiwa melayang
Kerap orang berkata dia hidup dalam kesendirian
Setiap raga tak paham akan keheningannya
Setiap raga tak mengerti akan kebisuannya
Melayang dalam khayalan
Menyaksikan tontonan dalam rupawan khayalan mata
Indah dalam kesendiriannya
Indah dalam permainan gerakan kebisuannya
Hingga tak dapat ia ungkapan dalam gerakan nyatanya
Berimajinasi dalam keheningan
Jiwa menghilang
Meninggalkan jejak kedamaian
Mereka merindukan dalam keindahan tersembunyinya
Mereka meneteskan mutiara berharganya
Kemanakah jiwa yang terkenang
Meninggalkan kami yang mengenang
Puisi: Thaifur Rahman Al-Mujahidi
Kenang Santri
ada nyeri mengiris serupa sayatan pisau
dari tepi jantung kemarau ke selatan
perlahan,
simfoni
dan konspirasi semesta
mulai bertarian di kepala
juga, sisa-sisa aksara membekas lusuh
yang mengetuk-ngetuk ulang kenangan
untuk memulangkan sekali lagi seluruh ingatan
meski bertahan menyisir ke tubirr kenang
tak kutemukan di sana tenang
andam karam,
dan, tertinggal pesona yang lalu lalang
lalu, menyapanya dengan aksara menjadi sebuah kalimat
mengundang cita rasa asmaraloka
pada balutan kisah terbungkus rapi di atas kertas
Sumenep, 7 September 2021
Puisi: Fathurrozi Nuril Furqon,
Menyongsong Kata-Kata
Sebuah peta menghantarkan sajak-sajak tentang hari esok yang diam-diam mengintip dari balik rembulan. Ia begitu malu-malu, wajahnya adalah teka-teki. Beratus gairah berlabuh di sana, hanya sekedar untuk menjenguk kata-kata.
Di tepi pelabuhan itu kutemukan dirimu, pemuda bersorban air mata. Derainya merintik mengendapkan doa-doa. “Bisakah kutemukan kata-kata mengabadi dalam puisi ini?” tanyamu. Aku tak pernah tahu, segalanya samar bagiku. Tapi kulihat sebuah lentera kau nyalakan. Hendak kemanakah kau? Ranjau-ranjau menanam rindu pada anyir darahmu, dan duri-duri, batu-batu, serta waktu menjelma keteguhanmu merawat bahasa.
Jalan-jalan berlumur darah
Kulihat di pundakmu kata-kata berdekapan
Di gendonganmu, sajak-sajak menyusu amis keringatmu
“Ingin kutemukan kata-kata mengabadi dalam puisimu”
Sumenep, 07 September 2021
Puisi: Isma Robiatul Munawwaroh
Cahaya Senja
Senja adalah langit yang berwarna
Rindu adalah rasa yang terpendam
Jika langit membawamu kepada kegelapan
Hembusan malam selalu menjadi ratapan
Kata-kata yang terucapkan
Bertumbuh rasa dalam ingatan
Sebuah harapan yang ku inginkan
Semoga saja terwujudkan