Sajak-sajak Syafi'uddin
Syafi'uddin, merupakan putera bungsu, ia laki-laki sederhana dilahirkan dari keluarga sederhana pula di sebuah desa kecil yang berada di tepian selatan menenggara Kecamatan Pasongsongan. Sejak masih di bangku sekolah ia tidak bisa lepas dari berorganisasi, karena menurutnya dengan berorganisasi akan menjadi lebih kuat.
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) selama tiga tahun, ia juga menjadi koordinator di devisi penerbitan media kreasi siswa/majalah dinding, dan Pengurus Komisariat(PK) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), ia menjabat sebagai sekretasis umum di priode 2018-2020.
Setelah menyandang setatus mahasiswa di STKIP PGRI Sumenep, ia juga menggeluti tiga organisasi sekaligus, satu eksternal (PMII), dan dua internal (UKM LPM Retorika, dan UKM Karomah).
Mengenai kecintaannya terhadap dulia literasi, yaitu berawal dari rasa cintanya terhadap dunia sastra, semenjak ia masih duduk di bangku MI. Banginya menulis merupakan tantangan tersendiri, dan tiada hari tanpa membaca dan menulis.
*****
Rimba
Cahaya redub bersinyalir
Seolah mendemonstrasikan air berhilir
Memposisikan grafitasi pada bumi
Yang hilang daya pada waktu bersemi
Keanggunanmu tak mampu kugenggam
Meski berulang kali aku menggeram
Pada sela detik jarum waktu aku kurung nasib
Sebab kehangatan ruas jemari kini telah rebab
Aku air hujan berbaur dalam satu rasa
Lantaran cita namaku jadi sari dalam laksa puspa
Warkop Cuan, 23 Juli 2021
Cemburuku Pada Netra Mereka
Betapa aku cemburu
Ketika aku; kau hidangkan lumut berbulu
Sedangkan pada ratusan mata kau sajikan rupa mengalahi madu
Akankah kau terus berlagu
Di bawah mankok itu
Engkau bumbui bara api yang tak seorangpun tahu
Ooh.. Sungguh aku cemburu dan mempilu
Hingga sorban putihku menjadi kusut kelabu.
Minggu, 20 Juni 2021
Senja Meruah
Rasanya baru kemarin malam kaki melangkah
Meski tak jelas arah, dan tak mau tahu siapapun bertitah.
Kaki terus berayun
Pada benih ombak langkah tersandung
Kala itu aku termenung pada kerang bersenandung
"Bertitah lalu sembah berlaku"
Tentu aku pilu, bahkan malu
Sebab tajam matamu tak kuasa aku belenggu.
Bunga di perahu bersama senja mengalir
Hingga kini tak terkayuhkan lagi biduk hilir.
Minggu, 20 Juni 2021
Berjuang
Seruan harap menjalar
Lingkari satu titik dalam jantung mutiara
Menawan nan anggun
Hingga berhasil memicu langkah
Walau aku tertatih
Betapa menjulang impianku
Sampai aku tak peduli
Banyak duri terjal menyapa setiap tapakanku
Tapi, selalu kusadari
Semua itu hanyalah angin berlalu
Pengusir penat untuk dinikmati
Akulah setumpuk jerami tak bertuan
Yang menyimpan sebiji jarum tajam
Menembus lapisan atmosfer, temui Tuhannya
Sedangkan engkauengkau; panas pembari keabadian
Bersama tajamnya jarum mengadu
Akan mampu suguhimu seteguk madu.
Rajun, 1 Januari 2021
Kau Sandra Tuhanku
Saat gelap menyapa
Zikiran para jangkrik menembus dingin di kesunyian malam
Dengan riang dedaunan menari bersama ranting
Iringi irama hujan berdendang
Desiran angin tajam
Mengupas rindu menusuk hati
Yang selama ini tertara rapi
Kini mulai berhambur laksana serpihan debu
Tangan-tangan usil mengecil
Menjamah mawar suci tanpa dosa
Meski di kedalaman laut teduhku.
Penjara Suci, 31 Desember 2020