Puisi Bunaya NTB
Bunaya, asal Nusa Tenggara Barat, kini mahasiswi IDIA Prenduan
Mentari pagi
Kesejukan malam menembus jiwa
Suitan burung menjadi cercah
Lenteran cahaya menyenari sunyi
Kegembiraan datang menghangatkan pandangan
Hadirmu menyerpurnakan mimpi
Yang tlah lama terkubur sedalam samudra
Hati yang renggang kinilah telah merapuh
Melengkapi indah semerka melati
Banyak harapan ketika kau hadir
Menjadi pelita dalam kegelapan malam
Tersentak hati menyambut kedatanganmu
Keberadaanmu adalah bukti kehidupanku
Antara Harapan dan Kenyataan
Sepoi angin memeras jiwa
Siupan burung mencerahkan duka
Gelambang lautan menjadi pati
Bahwa keberadaanmu adalah bukti
Kini
Kehidupan lama yang kiat menghilang
Deras arus membawanya jauh dari pandangan
Harapan besar yang tertelan mudah oleh api
Mengikiskan bejana yang tak sanggup menanti
Dia datang dengan banyak perubahan
Menjadi sultan yang tak dapat dibantah
Ujaranya adalah kebenaran
Terpompa hidup dengan harapan besar
Pergi menghilanglah dari pandanganku
Adapun dirimu meludai hati
Ku tak sanggup menjalani sakit
Dengan melihat tawa dari bibirmu
Datanglah wahai harapanku
Tunjukan padannya bahwa kau jau lebih sirna
Kehilanganmu menyanyat hati
Hanya do’a dan harapan yang mampu dipeluti
Musnahlah wahai segala masalah
Ku tak sanggup menghadapimu lagi
Perubahan kelam akan segera tiba
Membawa harapan dan kebahagiaan
Ku melihat mentari dari arah kejauhan
Datangnya membawa sececar cahaya suci
Kekelaman akan segera pudar
Dengan masa lalu yang akan terobati
Wahai masa yang akan singgah
Ingatlah pesan ini
Ke datangan mu adalah harapan mereka
Maka berjanjilah untuk tetap bersama
Kini….
Kau hancurkan cita- cita dan harapan itu
Hanya karna satu goresan
Tak pernahkah kau berpikir demikian
Untuk apa kau diciptan
Datanglah wahai cahaya
Kini kami dalam kegelapan
Hapuslah air mata dan darah ini
Karna kami tak sanggup lagi
Jauh dari kenyataan symbol kecil
Kini kami hanya terdiammem bisu
Melihat kemelaratan diluaran sana
Banyak janji yang tak kau penuhi
Apakah kau tak takut dengan- Nya
Apakah kau tak kasian dengan mereka
Larilah wahai engkau…
Keberadaanmu hanya menyisipkan luka
Musnahlah wahai raga
Kepiluan mereka kan tsegera erobati
Karna kau datang dengan raga yang tak bernyawa
Tersentak Jauh
Ku tak tahu apa yang tengah terjadi
Badai berdatangan menghampiri
Tidakku lihat kebahagiaan sekalipun
Kenapa harus aku…
Menjadi korban yang terhinakan
Tak pernah bertemu dengan kehabahagiaan
Apakah ini balasan- Nya
Yang menegerku dengan siutan Hidayah
Sungguh menyanyat hati
Ketika semakin jauh dari harapan- Nya
Menjadi yang terbaik dalam pandangan- Nya
Yaa…. Tuhan…
Ampunilah diri pelipuh dosa ini
Yang tak pernah berterima kasih atas nafas ini
Janganlah Engkau berlepas tangan dari tubuh ini
Ridhoilah taubatanku
Sungggu harapanku diatas sajadah- Mu
Disitulah Kelak Kegagalan Terjadi
Senja semakin menjauh
Seolah- eloah tidak ada lagi kehidupan
Sirna dengan sekali genggaman
Pernahku adukan hal ini
Tampa berpikir diapun datang
Dengan sebuah kertas yang terselip rapi
Sungguh diri ini telah banyak mencoba
Namun harapanku tak sesuai dengan keinginan
Apakah ini teguran
Mengingatkanku dengan kesombongan yang terjadi
Wahai alam yangb terjadi
Lihatlah disekelilingmu
Betapah banyak kehancuran yang terjadi
Bukankah itu adalah ulah mereka
Yang lari terpontang panting setelah berbuat kehancuran
Berdoalah wahai Alam
Kau sunggu dipijak dan dihinakan
Ulah mereka yang tak pernah berpikir
Menjadikan kau berlumpuran dosa
Damai Bersamamu
Hembusan angina menggugirkan daun
Berjatuhan seperti salju yang lebat
Kumelihat kearah langit
Menatap masa depan yang penuh dengan khayalan
Beribu harapan kusebutkan dalam hati
Namun raga sangat menolak pasti
Jangalah berharap jauh wahai hati yang tertidur
Bangunlah ketika kau hendak menggapainnya
Hantamlah masalah yang menjadi penghalangmu bahagia
Genggamlah itu sebagai kunci keabadianmu
Hanya hati yang mampu bersamayah
Dikalah raga tak mampu lagi berucap