Kado Cinta


 

Cerpen: Nisful Laily

Lyla menikmati sarapan ditemani ibu di meja makan. Suasana hening, hanya sesekali suara dentingan sendok yang beradu dengan piring berdenting. Lyla dan ibunya saling berpandangan dan kembali asyik dengan pikiran masing masing.

“Nduk!” suara ibu memecah keheningan.

“Iya bu” jawab lyla sambil menghentikan mulutnya mengunyah, memandang ibunya menunggu kalimat apa yang akan diucapkannya.

“Sepertinya bapakmu itu kurang suka jika kamu terlalu dekat dengan Aryo.” ujarnya kemudian

Lyla hampir tersedak mendengar ucapan ibunya. Dahinya mengernyit, diletakkannya sendok yang sedari tadi tak lepas dari tangan kanannya, dan menyambar segelas air putih disamping piringnya.

Aryo Bagaskoro adalah teman satu kelas Lyla saat di bangku Sekolah Dasar yang hampir enam tahun tak pernah berjumpa, dan dipertemukan kembali saat acara reoni SD yang digelar dua minggu lalu di rumah Sarah sahabatnya sejak SD.

Sejak lulus sekolah dasar Lyla memilih untuk melanjutkan pendidikannya di sebuah pesantren modern di kotanya. Hanya dua kali dalam setahun Lyla libur dan pulang ke rumahnya, itupun hanya seminggu lamanya. Tak heran jika Lyla sangat bahagia bisa ikut hadir berkumpul teman temannya saat acara reuni dilaksanakan pada waktu liburan.

“Sahabatku semua, bahagia dan syukur tiada tara,” suara Aryo yang kharismatik mengawali sambutannya sebagai ketua panitia.

Dengan mengenakan baju hem putih lengan pendek beraksen biru di padukan dengan jeans biru dongker membuatnya makin menawan.

Pandangan Lyla benar benar tak bisa lepas dari sosok yang tinggi semampai itu. Ia sesekali seperti menatap dirinya dan memberikan senyuman manis yang diselipkan khusus untuknya.

“Hem, mungkin aku saja yag GR” gumam Lyla dalam hati sembari menghela nafas untuk menetralkan perasaannya. Meski di sudut hatinya ada harapan dirinya istimewa dimata Aryo.

Anak laki laki yang dulu pendiam dan cupu itu  sekarang mampu menyusun kalimatnya dengan apik, menarik hinga membawa suasana menjadi hangat dan penuh ceria, bahkan sesekali ada riuh tawa saat Aryo mengenang masa masa di SD dulu. Dan perjumpaan saat itu membawa Lyla sering bertemu Aryo di rumah Sarah sahabatnya.

. “Bu, mengapa bapak kok kurang suka ya jika aku dekat dengan Aryo?,” Lyla memberanikan diri bertanya pada ibunya.

“Kamu kan anak gadis, apalagi lulusan pesantren, kurang baik jika sering ngobrol berdua-duaan dengan laki laki,” sang  ibu menasehati.

“Tapi Lyla ngobrol dengan Aryo itu hanya diskusi saja bu. Aryo itu orangnya pinter, asyik kalau diajak ngobrol’” jelasku .

“Diskusi apa ngrayu???” timpak ibu menggoda Lyla.

”Wah, mboten bu!, Aryo itu orangnya sopan kok,” sambut Lyla dengan senyuman.

Lyla sangat dekat dengan ibunya. Tak jarang dia sering bercerita pada sang ibu tentang beberapa teman laki lakinya yang pernah mengungkapkan perasaannya pada Lyla. Lyla Nirmala gadis yang mungil perawakannya, lemah lembut dalam bertutur kata, lincah, cerdas, dan supel dalam bergaul. Sehingga banyak teman lelakinya yang tertarik padanya.

Setahun sudah Lyla tak bertemu Aryo sejak reuni itu diadakan. Lyla melanjutkan kuliah kesehatan di kota Malang sedang Aryo di terima di perguruan tinggi negeri jurusan seni rupa di kota Yogyakarta, Jawa tengah. Hanya Sarah sahabatnya sering bercerita tentang Aryo saat Lyla pulang di sela kuliahnya. Entah mengapa Lyla selalu antusias dan tertarik saat Sarah menceritakan tentang Aryo yang menjadi sahabat Sarah saat di SMP dan SMA. Sehingga Sarah banyak tahu tentang Aryo dan sepak terjangnya.

“Lyla,” tiba-tiba terdengar suara teriakan Sarah  sambil  mendobrak pintu kamar.

“Ada apa Sarah?,”  

“Ada surat untukmu dari Aryo,” kata Sarah sembari menyodorkan amplop biru muda beralamat tujuan  sekolah dimana Sarah mengabdikan dirinya.

Jantung Lyla berdegup tak beraturan memegang amplop tersebut, ketika tahu sei pengirim adalah orang yang diimpikan Aryo Bagaskoro. Lyla tak mampu mengartikan perasaan apa yang terjadi pada dirinya. Rasanya ingin sekali Lyla menciumi amplop itu, namun ditahannya perasaan itu agar tidak terlihat aneh dimata sahabatnya.

Dengan penasaran segera kubuka amplop itu, lalu dengan perasaan tak menentu ia baca kata demi kata, kalimat demi kalimat;

Ly….bagaimana kabarmu?? Besar harapanku kamu baik baik saja. Ketika Sang Kholik menciptakan rasa, manusia dituntut untuk peka. Mencerna dan memaknai serta menjalani kehidupannya dengan bahagia dan penuh makna. Begitu pula dengan rasa rindu……..

Lyla mendekap lembar pertama yang belum sempurna dibacanya, matanya berbinar, hingga  kalimat terakhir di lembar ketiga membuat senyum Lyla tak henti mengembang.

Ly…sampai bertemu di awal liburan bulan depan tuk lepas rindu.

Di ulang ulanginya surat itu dibaca hingga hampir sebagian kalimatnya mampu Lyla hafal dengan baik.

 Lyla salah tingkah menunggu kedatangan Aryo di rumah Sarah sore ini.

“Cie, yang dag dig dug menunggu Arjuna,” ledek Sarah.

Lyla hanya mampu tersenyum sambil mencubit sarah untuk menyebunyikan perasaanya. Tiba tiba terdengar motor berhenti, secepat kilat Lyla melompat menuju jendela dan berdiri dibalik korden diikuti sarah. Seorang pemuda berambut ikal sebahu dibiarkannya tergerai, kaos hitam polos di tutup hem coklat lengan panjang yang ujung lengannya dilipat menutup sepertiga lengannya dan dibiarkan tidak dikancingkan. Celana jeans hitam di tambal kain bercorak batik tepat di lututnya.  

“Aryo,” bisik  Lyla lirih.

“Makin keren aja dia” Sarah menyambung. Sarah membuka pintu setelah mendengar suara salam yang sudah dihafalnya. Lyla masih berdiri, Rasanya ia ingin berlari memeluk Aryo untuk menumpahkan rasa rindunya yang membuncah namun buru-buru ia mengembangkan senyuman untuk menutupi perasaannya. Aryo terlihat santai tidak seperti dirinya yang berusaha menyelaraskan irama jantungnya yang berdebar tak karuan.

“Ly….besuk ikut aku yuk cari buku di GM,” ajak Aryo pada Lyla sebelum ia pamit pulang pada Sarah, dan  Lyla langsung mengangguk setuju.

Aryo benar benar pemuda yang cool. Meski jalan berdua, Aryo tak pernah menyentuh Lyla. Dia sangat menghormati dan menjaga Lyla. Aryo sering menatap Lyla dengan tatapan yang dalam saat mereka sedang berbincang, itulah yang membuat Lyla selalu salah tingkah meski tanpa rayuan gombal.

“Ar…kamu sudah punya pacar di sana?,” tanya Lyla saat mereka selesai sholat dhuhur di masjid pinggir jalan.

“Pacar?” Nggak ada yang mau jadi pacarku,” jawab Aryo tertawa.

“Nggak percaya ah… cowok keren kayak kamu pasti banyak gadis yang mendekat,” imbuh Lyla.

“Aku itu pinginnya kamu yang mendekat,” tembak Aryo sembari menatap Lyla dengan tatapan enteng dan disertai dengan senyuman yang membuat jantung Lyla makin tak menentu.

Sudah dua semester berlalu, Aryo kerap menyapa Lyla lewat surat yang di tulis berlembar-lembar, Lyla tak pernah bosan membacanya. Bahkan Lyla semakin kagum pada sosok Aryo. Aryo sering memuji Lyla lewat tulisannya namun belum ada satu kalimatpun yang menyatakan cinta Aryo pada Lyla. Harapan Lyla untuk menjadi kekasih Aryo mulai pupus perlahan.

“Mungkin Aryo hanya menganggapku sahabat saja tidak lebih,” batinnya. Lyla meyakinkan dirinya untuk memendam dalam dalam rasa cinta yang tumbuh pada Aryo. Lyla tak mau larut dalam harapan yang tak pasti.

“Mbak Lyla!” terdengar suara memanggil namanya sambil mengetuk pintu kamar kostnya.

“Mbak ini ada paket. Tumben mas Aryo kirim paket, bukan surat seperti biasanya”.

Paket berbentuk kotak dari pak pos itu segera ia buka di kamarnya. Terlihat sebuah buku dengan hard cover berwarna hitam bertuliskan emas Lentera Hati karya M. Quraish Shihab. Dibukanya halaman buku itu perlahan, dan ada goresan pena yang tak asing bagi Lyla.

“Ly….selamat ulang tahun. Aku mencintaimu dengan hati. Jadilah kamu Lentera kehidupanku. Hingga aku mampu larut dalam kisah yang ditulis oleh Yang Maha Kasih…love you forever Aryo Bagaskoro”.

Tak kuasa Lyla menitikkan air matanya sambil mendekap erat kado istimewa di hari ulang tahunnya.

*****

Nisful Laily, lahir di Banyuwangi, 16 Januari 1980. Selain menulis ia seorang pendidik di Raudhatul Athfal (RA) kabupaten Bondowoso. Mulai mengembangkan hobi menulisnya sejak  Agustus 2020. Penulis pernah menjadi juara 1 lomba inovasi pembelajaran tingkat guru RA se Kabupaten Bondowoso tahun 2017 dan anugerah guru yang diselenggarakan oleh KanKemenag Bondowoso sebagai juara I tinggkat guru RA tahun 2018. Lulus sebagai sarjana pendidikan bahasa inggris tahun 2005 di Universitas Islam Jember dan mendalami ilmu Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Terbuka Jember lulus tahun 2017.  Buku karya tunggalnya yang telah lahir berjudul Asyiknya Belajar Di Rumah. Beberapa antologi diantaranya, Kisah Perjuangan Ibu, Antologi puisi semesta mayapada, Tegar Dimasa Pandemi, Jalan Terang Santri, secangkir kopi rindu, cerita diatas kertas . Bisa mengenal penulis lewat Fb Nisfullaily Raharjo.





Pilihan

Tulisan terkait

Utama 4526914314199392773

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close