Sajak-Sajak Achmad As'ad Abd. Aziz
Achmad As'ad Abd. Aziz, Surabaya. Lahir Surabaya, 11 September 1998. Gemar membaca, menulis dan diskusi, serta melibatkan diri secara aktif sebagai Redaktur Senior Aliansi Jurnalis Muda IDIA Prenduan (AJMI). Selain menulis puisi, juga sering menulis Opini, Esai, dan karya-karyanya pernah terbit di media massa, Radar Malang, Radar Madura dan sebagainya.
*****
Perayaan Hari Senin
Seseorang berjalan melewati pagar pekarangan rumahnya,
mengenggam koper berisi tatanan harapan,
dan cerita masa depan yang memungut mimpi dari sebuah ranjang semalam
yang bersarang di atas sebuah kerumitan.
Rumah ditinggalkan pemiliknya dan yang mulai membangun kesadaran
pada sebuah perayaan yang setiap pekan selalu tiba waktunya.
Lorong-lorong jalan masih setia merekam
setiap jejak yang memilih untuk berlewatan
menyusun sesajian kelak menjadi bekal sebuah perayaan
beberapa memilih menetap membangun mimpi lewat
doa-doa ketabahan meski tubuh mereka kian rapuh untuk menanti perayaan hari senin
yang terkunci, dan memilih menutup pintu, lalu menolak untuk menerima.
Begitupula anak-anak sekolah,
yang tak bisa merajut mimpi mereka
meski hanya untuk mengikuti sebuah perayaan upacara bendera
yang terlaksana setiap hari senin,
sebab seragam merah putih yang kusam nan lusuh menjadi potret untuk
sebuah kebanggan, dan tak semua orang bisa sempurna melukis kesempurnaan
mereka sendiri.
Juni 2021
Jantung Kota
Jantung kota melukis hati bapak,
yang matanya kian padam,
terdengar nada telfon terus bordering
isyarat dari sebuah tagihan yang kian sedekat nafas.
Bapak mulai turut berkerumun memasuki bis kota,
setiap mereka mulai menentukan arah perjalanan
untuk sampai tujuan, dan bertemu sebuah kebahagiaan
di mata si kecil yang berharap cemas menanti
selembar uang jajan mereka tiap harinya.
Dan bapak, sudah tiba kemudian melangkah mengetuk daun pintu
yang sedari tadi dibiarkanya terbuka,
untuk menyambut sebuah kedatangan yang melukis harapan paling dalam
seperti kawah kota tempat memungut kebahagiaan setiap waktunya.
Juni 2021
Melibatkan Diri dari Kehilangan
Setiap hari ketidakmampuan selalu datang
membawa segala pemahaman.
Peristiwa-peristiwa saling memainkan peran,
mengambil bagian dari inti cerita dari puisi
yang dengan sengaja aku tuliskan.
Waktu semisal potongan bahasa
yang selalu berhasil menggambar dan
memupuk rasa untuk kembali,
Tiap pagi, sore dan kembali malam
luka selalu saja berhasil kutemukan,
di lebam tangisan mata
yang melibatkan diri dari kehilangan.
Juni 2021
Pergi
Ketika itu pergi kembali menyusun sepatah kata
lewat sirat wajahmu yang kian memberi isyarat
kau menyusun jalanmu sendiri
dan merasa menjadi layak untuk menempuh cerita di suatu saat
Dan aku disini seutuhnya memahami
segala yang kau katakan
selalu menjelma dalam diriku
segala yang kau isyaratkan
telah menjadi bagian yang harus selalu aku lakukan
Pergi adalah bagian dari waktu yang erat
untuk benar-benar kita pahami
musim yang mengisyaratkan pertemuan
selalu menanti pulang.
Juni 2021
Tusuk Inti
Pada pembaringan waktu
jalanan selalu menyimpan ceritanya
kenangan berlalu datang, kemudian pergi
membawa sejengkal langkah yang tak pernah terkisah
kecuali dongeng yang berulang kali terdengar
meski hanya lewat surat kabar
yang membawa simpul terurai kepergian
Ketiadaan begitu dekat dengan perjumpaan,
seperti temu dalam beberapa episode waktu
sepatah kata menyusun kerelaan
dan ketidakmampuan yang begitu dekat
menjadi tusuk inti antara dirimu dan puisi ini
yang kian tak lagi percaya pada hari esok.
Juni 2021