Sajak-Sajak Ulfa Nur Sakinah, Bangkalan
Ulfa Nur Sakinah, terlahir di Bangkalan pada tanggal 14 Juni 1999, mengenyam pendidikan di SMA Negeri 1 Tanjungbumi, sekarang sedang belajar di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan Sumenep.
“Hanya kata singkat yang tercatat, Namun mampu membuat seseorang selalu mengingat”
*****
Badai Cinta Telah Menerpa
Jantungku berdetak tak secepat biasanya
Tubuhku dingin begitu saja
Kala notif pesan manis muncul di beranda
Tak ku sangka itu pesan darinya
Memanah hatiku dengan mantra asmara
Ada apa dengan raga?
Seakan badai cinta telah menerpa
Terhanyut bersama detakan yang tak biasa
Tiba-tiba pipiku terlihat merona
Bak tomat yang baru dipetik dari pohonnya
Sang Pengembara Cinta
Suguhan kopi tak lagi berarti
Kala kau suguhkan cinta setiap pagi
Kau telah berhasil mencuri separuh hati
Yang lama bersarang di dalam peti
Sang Pengembara
Mantra apa yang telah kau bawa
Kau layangkan panah asmara
Berhasil membuat jantungku terpana
Sang pengembara
Bawalah aku jauh berkelana
Menyusuri jalanan indah bersama
Bak siput yang tak kan terpisah dari cangkangnya
Torehan Luka
Pagiku terlihat sendu
Tak ku lihat lagi suguhan manis darimu
Derasnya hujan melanda asa
Saat ku tahu kau hanya menorehkan luka
Tubuhku getir bersama asa yang layu
Badai cinta tlah berubah menjadi sendu
Jiwaku berontak tak percaya
Saat ku lihat kau lebih memilih dia
Ku coba bangkit dari kelamnya luka
Menyadari kenyataan sebenarnya
Jiwaku yang kembali terluka
Sebab hati yang tak seharusnya ku buka
Patah
Pecahan-pecahan kenangan menyayat hati
Air mata mengalir deras tak terhalang lagi
Rasa getir mengitari tubuh ini
Bersama rindu yang berselimut api
Hatiku bak dilempari pisau yang sudah terasah
Menusuk jantung yang semakin melemah
Menggerogoti seluruh jiwa hingga terpecah-pecah
Saat ku lihat cintamu tak lagi merekah
Luka di Ruang Hati
Jenuh dengan kesedihan yang tak berguna ini
Dia pun sudah enggan melirik dan peduli lagi
Masihkah ku buka ruang hati?
Untuk dia yang sudah melukai
Oh hati yang buram..
Biarkan asaku layu terseret angin malam
Pedihku kan ku kubur dalam-dalam
Mengingat sayatan tajam yang sudah kau berikan
Membuatku tersadar, cinta tak seindah yang ku bayangkan
Ingatan Yang Kelam
Petir menyambar dinding hati
Jatuh nan rapuh sulit terobati
Kenangan manis masih terngiang
Suguhan cintamu yang membuatku melayang
Kau katakan cintamu bak palung mariana
Begitu dalam menyelami jiwa
Salahku memberi ruang lebar-lebar
Tak membayangkan segumpal petir akan menyambar
Asahan pisau tajam kau tancapkan dalam dada
Sesak menggerogoti rongga-rongga jiwa
Asaku rapuh tak lagi berdaya
Terbakar bersama pedih yang membara