Sajak-Sajak Afifah Nadhirah, Masalembu
Afifah Nadhirah, asal Masalembu dan terlahir di Berau, Kalimantan Timur pada 03 Mei 2002. Kini sebagai mahasiswa asktif di Institut Dirosah Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan Sumenep pada fakultas: Ekonomi Dan Bisnis Islam, Prodi Perbankan Syariah (PBS), Semester : 2. Ia bercita-cita ingin jadi pengusaha sukses dan amanah
Pengap Harap
Amat terasa sesak didada
kala tak ada senyuman untukku
rindu menggeliat menyiksa rasa
kala tak terdengar tawanya untukku
senjaku tak lagi bermakna
gerimis mempercepat kelam
bahkan kepak elangpun meyinggung muram
hari hari kaku menemaniku
tak ada bujukan menuju pangkal kanan
tak ada lagi sapaan darinya
kini aku sendiri
berjalan menyisir kehidupan
dalam pengap harap penyiksa kalbu
Kawan Hebatku
Kuungkap segala bahagiaku
Kala mengenal akan dirimu
Ketenangan kala habis hariku bersamamu
Kuungkap segala kegelisahan
Kala tak ada tegur sapa denganmu
Tau kah kau aku begitu kagum padamu
Semangatmu dalam merealisasikan cita cita
rasa sayangmu terhadap waktu
seakan kau tak rela jika pergi begitu saja
dengan penuh kebijakan kau mengaturnya
agar tak ada yang terbuang sia sia
darimu kudapatkan
segala pelajaran tentang waktu
kepadamu kuucapkan beribu kasih
kau kawan hebatku
Mama
Dalam keheningan
fikiran akan dirimu kembali membayang
biar susah sungguh mengingatmu penuh seluruh
sungguh berbeda caramu mendidikku
semangatmu berkobar mendera menyala
walau tubuhmu terhempas badai waktu
kau telusuri kehidupan
dengan penuh sabar
akankah tak lelah pandanganmu menatap?
menjemput mimpi demi melihat anakmu bahagia
Patah Hati
Inilah kehidupan
kadang tak seindah yang dibayangkan
hari menjadi kelam, bahkan sunyi menjadi tak berarti
ku ditinggalkannya sendiri disini
tanpa sebuah kepastian
sungguh
demi denting jarum detik
aku pasrah pada kehidupan
biarkan untaian hujan menghantam jiwa
aku
lelah, tak berdaya
dan terbungkam
menjelma menjadi sepatah kata yang tak bersuara,
didalam keheningan malam
udara merajam hati
pupus segala harapan
akan datangnya keajaiban
fikiran bersikeras menuntut hati
memperjelas bahwa cinta sebatas ilusi
juga hati hanyalah alibi tak berbukti.
Tengah Malamku
Kala jiwa tengah dalam genggaman-Nya
tak satupun bisa lolos dari genggaman itu
kesadaran muncul ketika dikembalikan pada tempatnya
Lantas terdengar percikan air yang jaraknya tak jauh dari tempatku terlelap
fikirku itu ulah pemburu keridhoan
namun bisikan antara kanan dan kiri
kembali berlomba tuk tempat tinggal mereka
kadang ku tertarik pada yang kiri
begitupun pada yang kanan
akan tetapi tak boleh ku gilirkan mereka
berpacu pada satu hal jauh lebih baik
kini, kanan menjadi pacuanku
tuk memperoleh kehidupan yang menenangkan
Bagus banget fa aku suka,
BalasHapusSalam dari teman kelasmu😊