Sajak-Sajak Afar El-Banbary, Gili Raja
Afar El-Banbary, adalah nama pena dari Ach Faisol Adairahman, lahir di Sumenep 18-12-2002. Remaja asal pulau Gili Raja. Kecamatan Giligenteng Sumenep. , Kini sedang menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Islam Bluto Sumenep, kelas XII IPA.
Asap Kopi Yang Menjelma Rindu
Di keheningan malam
Kepulan asap kopi kapal api
Mengepul dengan aroma khas kerinduan
Menjelma sebuah kenangan dalam bingkai masa lalu.
Dengan seberkas puisi di tangan
Aku menatapnya lekat
Mengapung dalam bayangan parasmu
Yang dulu adalah milikku.
Lalu, sebekas luka menjadi lara
Menjerit kembali dalam dinding kalbu
Menggema dalam asa penyesalan.
Terpaksa kuseduh kembali seporsi kenangan
Dalam nestapa kerinduan.
Malam Yang Sayu
Dalam sayup payup angin malam
Aku menatapnya sendu
Hati resah, gelisah menatap luka memandang lara.
Langit tampak gelap gulita
Awan hitam menyusup petang
Menutupi hiasan langit-langit malam
Purnama tak lagi indah tercipta
Haya petang yang menjelma lara
Yang kini menghiasi malam
Akankah semesta lagi berduka? Entahlah!.
Patah Hati
Saat kau lontarkan sebingkai kata
Melalui bibir gulamu
Mengetuk hati dalam jiwa
Menerpa dingding-dingding kebahagiaaan
Yang kala itu kita bangun dalam bingkai asmara.
Dengan sepatah kata
Kau mengakhiri cinta
Menorehkan luka
Membuat derita dan nestapa.
Kehilangan
Angin malam menerpa
Mengguyur tubuh dalam kesedihan
Masih sama dengan malam sebelumnya
Hati resah dan gelisah
Tak ada kasih sayang
Tak ada tawa dan kebahagiaan
Semua menghilang seketika
Hanyut seakan terbawa angin malam
Terbang menari tak nentu arah tujuan
Mengitari malam menanti fajar kerinduan
Kini, hanya nestapa yang ada dalam keharibaan
Menjelma kata dalam bentuk tulisan.
Cinta
Sebuah rasa yang tak terlihat tapi nyata
Bagaikan angin di tengah samudra
Cinta hanya satu kata
Namun menyimpan berjuta-juta rasa
Cinta datang dengan tiba-tiba
Mengusik hati dalam jiwa
Adakalanya cinta menghadirkan tawa
Saat cinta membawa bahagia
Adakalanya cinta menghadirkan luka
Saat cinta membawa derita.
Penyesalan
Di bawah purnama kutatap sendu jendela rumahmu
Berharap kau segera membukanya
Agar kau tahu akan kehadiranku,
Ingin kukatakan padamu kasih
Bahwa aku menyesal meninggalkanmu saat itu.
Tetes demi tetes jatuh bersama penyesalan
Mataku tak mampu lagi kubuka
Hanya penyesalan yang kini kurasa.