Sajak-Sajak Aisah, Masalembu
Aisah, lahir 18 tahun yang lalu ini merupakan gadis berasal dari Pulau Masalembu Sumene[, tepatnya Jalan Mercusuar Kampung Gunung Sukajeruk Masalembu
Ibu
Ibu bila aku pergi dari rumah
jangan kau benci anakmu ini
jangan pula kau coret namaku dari kartu keluargamu
di rantauan sana banyak orang bertanya padaku
Hey pemuda tidakkah kau jijik dengan pekerjaanmu menjadi tukang angkut barang, tidakkah bahumu merasa lelah menaruh barang berat itu, kenapa tidak kau berhenti saja pemuda apa yang menjadi jaminan hingga kau banting tulangmu itu
Jaminanku harus membuat sang pahlawan tersenyum dengan hasilku
Pahlawan yang selalu memberiku apa yang kumau selama aku menjadi anak didiknya
pahlawan yang setia menemaniku sekolah dasar hingga selesai
Pahlawan yang sering buatkan aku susu di masih balita
ibulah itu wanita yang begitu sempurna di mataku yang menjadikan aku sebagai bibit kecil yang selalu dirawat
Rindu Temu Do'a Dan Mimpi
Entah ucapan yang mempertemukan atau do’a yang terkabulkan
Seiring berjalannya waktu yang berlalu
Ku sambut rintihan rindu yang sudah menumpuk kesakitan
Seakan tak ada ruang untuk bernafas
Sesak terasa sulit untuk keluar
Suara rintihan semakin jadi
Sebab tak ada temu yang menjadikan reda
Di setiap sujud malam ku mengadu pada sang ilahi rabbi
Bahwa rindu ini tlah menumpuk lama dalam diri
Ingin rasanya ku segera temui
Namun amanah yang ku dapat masih belum terlampaui
Diantara tidurku ku temui sosok yang sudah lama ku nanti-nanti
Nyata ku lihat wajahnya yang mulai keriput.
Siapa Aku
Aku ini siapa
mengapa kau melarangku
mengapa kau mencegahku
mengapa kau kurung aku
kau bilang aku bukan anakmu
Tapi kau tindih aku untuk turut dan tunduk kepadamu
Aku ini siapa
Budakmu atau pembatu rumahmu
kau pukul aku hingga lembam biru tubuhku
kau ini siapa
Kenapa kau membedakan aku dengan anakmu
Hingga di ujung nafasku
kau baru menyadari itu.
Warung Sederhana Itu Rumah
Makanpun tak jadi
Sebab ingatan melaju pada kerinduan
Gemuruh bak keramaian
Dalam diri tiada bayang
Ingin berlari
Namun lautan jadi rintangan
Ingat dimana rasa itu
Terkecap begitu manis dalam prasa
Hidangan biasa tersaji diatas hamparan sederhana
Kini hilang tinggal lamunan
Berharap bisa mencicipinya kembali
Dengan suasana riang gembira
Rasanya ingin kupercepat waktu
Agar kubisa langsung memakannya dengan puas
Rindu ini tak lagi reda
Sebab diri belum kembali
Pada rumah yang kini tak lagi kutemui
Wisata Tak Lagi Indah
Kau tahu apa itu di sana
Itu bangunan
Tak megah namun begitu bersejarah
Pernahkah kau sadari
Sekarang tak lagi bisa di hampiri
Fikirnya nanti kan sampai lagi
Nyata tak bisa lagi
Jarak membuat semuanya terhalangi
Urusan sok penting jadi alasan terkuat
hingga lautan luas seakan tiada kapal pengemudi
sampai pada akhirnya tempat itu tak lagi di minati
Hanya karena sebutir virus menghampiri dan menelan banyak pengungsi