Sajak-sajak Syafi'uddin
Syafi'uddin, adalah putera bungsu, ia laki-laki sederhana dilahirkan dari keluarga sederhana pula di sebuah desa kecil yang berada di tepian selatan menenggara Kecamatan Pasongsongan. Sejak masih di bangku sekolah ia tidak bisa lepas dari berorganisasi, karena menurutnya dengan berorganisasi akan menjadi lebih kuat.
Mengenai kecintaannya terhadap dulia literasi, yaitu berawal dari rasa cintanya terhadap dunia sastra, semenjak ia masih duduk di bangku MI. Banginya menulis merupakan tantangan tersendiri, dan tiada hari tanpa menulis.
Bahasa Ibuku Darah di Tubuhku
Gelap menyambar panurama
Tiada daya nudai pelita fajar hingga senja di ujung sana.
Masdura..!
Hanya pada punggungmu tumbuh bahasa ibuku
Telah kukecup sejak lahir
Hingga kini menjadi darah di setiap sudut tubuhku
rMenjadi bagian dari kehidupanku.
Nyatanya..
Angin damai menyusup di sela-sela jiwa dari bentang waktu menua.
Beribu alasan manis
Terbingkai indah
Tersemat janji kesuksesan, katanya.!
Aku takpercaya itu.
Lantaran dalam hangat pun dingin pelukanmu aku hidup
Maka darah hangatku sinergi bahasamu.
Jum'at, 30 Oktober 2020
Aku Terjebak
Diantara rentetan waktu yang berderai
Sekujur tubuh kudapati belenggu mencenkram dalam perjalanan hari itu
Tubuhku mulai membisu, merayu
Hanya laut teduhku bersenandung bersama ikan dan semua yang berlalu
Aku sadari, Aku terjebak diantara Rindu dan Takut Mengganggu
Prihal Waktu
Kini telah menjawab segala yang terpaku
Pagi kini menyapa dengan sendu
Namun harapku, bungan akan mekar indah tanpa melayu.
Senin, 02 November 2020
Seuntai Gelisah
Samudra dahulu damai
Kini bola-bola api datang
Mrmbawa bara dengan panasnya
Menghujam, sesekali menari menghantui
Menjelma ombak bergerak meronta
Samudra yang kini merindukan hujan
Mencoba bertanya pada waktu,
Awan hawabannya
Bertanya pada awan,
Namun waktu adalah jawabannya
Hingga tiba
Sebatang pena ikut menari diatas kegelisahan
Membekaskan kata menjelma doa
Menjadi jejek puiri sebagai jawaban.
Jumat, 27 Desember 2019
Sebingkis Rindu
Diantara desiran mesin kendaraan menyapa bising telinga.
Diantara desiran darah dalam raga.
Diseja-sela detak jantung dalam dada;
Terayun sebingkai pinta pada Sang Kuasa
Teruntuk engkau wahai ayah bunda.
Ayah, bunda.!
Relakan anakmu berjuang meraih mimpi
Mengukir kertas merangkai sajak membentuk puisi.
Jangsn risaukan anakmu ayah, bunda
Kini hidup menjauh darimu
Hanya untuk belajar ilmu.
Tarian rerumputan
Mengisahkan sepotong kenangan
Geletar haji hujan, bisingan mesin kendaraan
Tak jagi mampu membuyarkan ingatan
Desuran anginpun kini menysou berkejaran
Membekukan hati dalam kerinduan
Ayah, bunda.!
Dihutan belantara seribu bahasa bisu
Berselimut biang lalang terdampar aku
Tuli akan bisikan menggebu
Hanya tercium wangi harum doamu
Maka, bulu, raga bahkan jiwaku
Akan bangkit bercahaya hingga membiru.
Ayah, bunda.!
Yang aku teguk hanya banis doamu
Lantaran aku anakmu.
Selasa, 31 November 2019.
Bunga Doa Untuk Alam Baru
Diatas bongkahan batu pilu
Tumbuh subur bunga doa
Melambai angin bersahutan
Kini bunga doa melayu malu
Lantunan tasbih riang berkejaran
Menyapu luka kian lama mengkarat
Menyimpan air mata, ku harap jadi mutiara
Wahai bunga doa
Tebarlah aromamu
Berilah harapan untukku.
Vihara, 14 Februari 2020.