Rindu Pukul Empat
https://www.rumahliterasi.org/2019/08/rindu-pukul-empat.html
Pentigrafis: Thea Herlina
Melayang bersama embun melawan hamparan kerlip ketip Bintang Timur. Seburat temaram surya masih malu tersenyum. Kubalas senyum damai. Senyuman embun mentari di wajah. Bintang pun menjadi merasa tak penting lagi. Sembunyi hilang di balik angkasa. Salam alam subuh ujar hutan pinus.
Meditasiku menyatu dengan suara adzan samar-samar terdengar sayup. Sejuk menyeruak di antara kuncup bakung merah sambut berani hidup. Mawar putih menuliskan ayat-ayat kesucian. Melati hutan merah putih mengungkapkan nusantaraku. Harum semerbak menyatu, manakah yang lebih kuat dari suara mamalia. Panjatkan rasa syukur negara penuh cinta Ilahi di hati hutan pinus.
Rumah pohonku nyaman istirahat dengan kasur empuk. Tempat singgah burung rangkong paruh merah menyuarakan demokrasi. Nuri berselendangkan pelangi. Kakatua cerewet penulis berita pagi. Tupai lincah pembawa remahremah biji pembawa nyawa baru. Hentakan air terjun memompa paru-paru hutan pinus. Biarlah rumahku pesona Ilahi yang rindukan pinus dan isinya. Biarkanlah rinduku memeluk bayi Bonobo pergi bersama Ungka jemput induk orang hutan. Pulanglah ke rumah pohon hutan pinus. Kan temukan suara alam dan kerinduan Ilahi.
Aku akan geram jika kau rusak.
Sahabat sehati serentak perbaiki alam hadiah Sang Pencipta.
17 Juli 2019
Sumber: Kampung Pentigraf Indonesia
Pilihan
Melayang bersama embun melawan hamparan kerlip ketip Bintang Timur. Seburat temaram surya masih malu tersenyum. Kubalas senyum damai. Senyuman embun mentari di wajah. Bintang pun menjadi merasa tak penting lagi. Sembunyi hilang di balik angkasa. Salam alam subuh ujar hutan pinus.
Meditasiku menyatu dengan suara adzan samar-samar terdengar sayup. Sejuk menyeruak di antara kuncup bakung merah sambut berani hidup. Mawar putih menuliskan ayat-ayat kesucian. Melati hutan merah putih mengungkapkan nusantaraku. Harum semerbak menyatu, manakah yang lebih kuat dari suara mamalia. Panjatkan rasa syukur negara penuh cinta Ilahi di hati hutan pinus.
Rumah pohonku nyaman istirahat dengan kasur empuk. Tempat singgah burung rangkong paruh merah menyuarakan demokrasi. Nuri berselendangkan pelangi. Kakatua cerewet penulis berita pagi. Tupai lincah pembawa remahremah biji pembawa nyawa baru. Hentakan air terjun memompa paru-paru hutan pinus. Biarlah rumahku pesona Ilahi yang rindukan pinus dan isinya. Biarkanlah rinduku memeluk bayi Bonobo pergi bersama Ungka jemput induk orang hutan. Pulanglah ke rumah pohon hutan pinus. Kan temukan suara alam dan kerinduan Ilahi.
Aku akan geram jika kau rusak.
Sahabat sehati serentak perbaiki alam hadiah Sang Pencipta.
17 Juli 2019
Sumber: Kampung Pentigraf Indonesia