Mengadu Peruntungan
https://www.rumahliterasi.org/2019/08/mengadu-peruntungan.html
Pentigrafis; Lilik Rosida Irmawatu
Mengadu Peruntunganin dekat, dan ini benar-benar menguras dana. Handan suaminya bahkan mulai uring-uringan serta sulit untuk diajak berembuk berkaitan dengan kebutuhan anak-anaknya,
Sebenarnya semua sudah terkendali karena persiapan selama hampir lima tahun. Tim work kepercayaan Hamdan turun bekerja keras mensosialisasikan program serta janji. Bahkan enam bulan sekali pasangan Hamdan Ainun hadir di pertemuan-pertemuan rutin. Hamdan di kelompok pengajian, arisan dan kegiatan budaya. Pun sebaliknya Ainun secara berkala bertatap muka, menjalin kemitraan dengan tokoh masyarakat di daerah Dapil. Dukungan mengalir dengan deras, tinggal menunggu saat mempersiapkan amunisi terakhir di hari H. Amplop serta isinya,
Ainun kembali tersedu ketika melihat angka-angka yang mesti dibayarkan Farhan di awal kuliah. Tidak ada lagi dana yang tersisa. Semuanya sudah terkuras bahkan mobil serta sebidang tanah yang ada terjual belum bisa menutupi hutang-hutang. Untuk meminjam pada keluarga Ainun tak mempunyai keberanian. Sejak awal bapak, ibu dan Toni kakak satu-satunya sering menegor bahkan marah melihat betapa konsumtifnya Ainun. Toni bahkan menentang keras ketika Ainun ikut mencalonkan diri. Namun semuanya sudah terlambat. Saat benar-benar membutuhkan dana untuk menyongsing masa depan Farhan, koleksi baju, dan tas mahal tak berharga ketika dilego. Kesedihan bertubi-tubi mendera Ainun ketika Farhan mulai menyalahkannya sebagai ibu yang ambisius tidak bertanggungjawab, ditambah kondisi Hamdan yang depresi berat karena untuk kedua kalinya gagal mengadu peruntungan menjadi wakil rakyat,
Sumenep, Juni 2019
Pilihan
Mengadu Peruntunganin dekat, dan ini benar-benar menguras dana. Handan suaminya bahkan mulai uring-uringan serta sulit untuk diajak berembuk berkaitan dengan kebutuhan anak-anaknya,
Sebenarnya semua sudah terkendali karena persiapan selama hampir lima tahun. Tim work kepercayaan Hamdan turun bekerja keras mensosialisasikan program serta janji. Bahkan enam bulan sekali pasangan Hamdan Ainun hadir di pertemuan-pertemuan rutin. Hamdan di kelompok pengajian, arisan dan kegiatan budaya. Pun sebaliknya Ainun secara berkala bertatap muka, menjalin kemitraan dengan tokoh masyarakat di daerah Dapil. Dukungan mengalir dengan deras, tinggal menunggu saat mempersiapkan amunisi terakhir di hari H. Amplop serta isinya,
Ainun kembali tersedu ketika melihat angka-angka yang mesti dibayarkan Farhan di awal kuliah. Tidak ada lagi dana yang tersisa. Semuanya sudah terkuras bahkan mobil serta sebidang tanah yang ada terjual belum bisa menutupi hutang-hutang. Untuk meminjam pada keluarga Ainun tak mempunyai keberanian. Sejak awal bapak, ibu dan Toni kakak satu-satunya sering menegor bahkan marah melihat betapa konsumtifnya Ainun. Toni bahkan menentang keras ketika Ainun ikut mencalonkan diri. Namun semuanya sudah terlambat. Saat benar-benar membutuhkan dana untuk menyongsing masa depan Farhan, koleksi baju, dan tas mahal tak berharga ketika dilego. Kesedihan bertubi-tubi mendera Ainun ketika Farhan mulai menyalahkannya sebagai ibu yang ambisius tidak bertanggungjawab, ditambah kondisi Hamdan yang depresi berat karena untuk kedua kalinya gagal mengadu peruntungan menjadi wakil rakyat,
Sumenep, Juni 2019