Arisan
https://www.rumahliterasi.org/2019/08/arisan.html
Pentigrafis: Ken Agnibaya
Sona tak bisa sembunyi. Telunjuk Pratiwi membawanya pada kursi ruang tamu trah Permana. Ia dan empat lelaki lain yang baru ia ketahui namanya di ruang itu didudukkan di ruang yang sama. Sementara itu Pratiwi, dengan muka pucat pasi berambut kusut masai, menangis sesenggukan. Di pipinya membekas tamparan tangan. Meskipun ditiduri lima lelaki, ia bukanlah Drupadi yang bersuamikan Pandawa Lima. Ia sampah di mata ayah dan ibunya. Dan kini, si jabang bayi harus berayah. Tapi sungguh ia tak tahu menunjuk siapa, antara Gali, Sona, Prapto, Ganda, atau Trisna. Keputusan harus dibuat saat ini, tak boleh ditunda sore, apalagi esok hari.
Atas semua ihwal si jabang bayi di perut Pratiwi, Permana mengawasi ke lima pemuda tanggung itu, menuntut tanggung jawab untuk menyelamatkan aibnya. Para pemuda itu berembuk, mencari cara untuk memutuskan siapa yang akan menyunting Pratiwi. Ibarat arisan mereka membuat kocokan, dan keluarlah nama Sona. Pemuda malang itu menjadi tumbal dari arisan durjana. Sona dan Pratiwi menikah sederhana atas keinginan trah Permana.
Lima tahun berselang, jabang bayi haram jadah itu tumbuh menjadi bocah ceria. Tak ada rupa Sona mampir di wajahnya. Trah Permana yang ingin memiliki garis lurus dari Sona dan Pratiwi, menuntut jabang bayi kedua, murni dari benih mereka. Apa hal, Pratiwi tak kunjung hamil meskipun sudah melakukan berbagai upaya. Sona mengambil langkah untuk memeriksakan diri. Sudah sabda alam, ternyata ia mandul tak bisa berketurunan. Sona yang remuk redam melangkah gontai, mencoba menata diri menerima neraka di hidupnya. Tiba di halaman rumah, si haram jadah berlari menyongsongnya, "Ayah dataaaaang... ."
Juli 2019.
Sumber: facebook Kampung Pentigraf Indonesia
Pilihan
Atas semua ihwal si jabang bayi di perut Pratiwi, Permana mengawasi ke lima pemuda tanggung itu, menuntut tanggung jawab untuk menyelamatkan aibnya. Para pemuda itu berembuk, mencari cara untuk memutuskan siapa yang akan menyunting Pratiwi. Ibarat arisan mereka membuat kocokan, dan keluarlah nama Sona. Pemuda malang itu menjadi tumbal dari arisan durjana. Sona dan Pratiwi menikah sederhana atas keinginan trah Permana.
Lima tahun berselang, jabang bayi haram jadah itu tumbuh menjadi bocah ceria. Tak ada rupa Sona mampir di wajahnya. Trah Permana yang ingin memiliki garis lurus dari Sona dan Pratiwi, menuntut jabang bayi kedua, murni dari benih mereka. Apa hal, Pratiwi tak kunjung hamil meskipun sudah melakukan berbagai upaya. Sona mengambil langkah untuk memeriksakan diri. Sudah sabda alam, ternyata ia mandul tak bisa berketurunan. Sona yang remuk redam melangkah gontai, mencoba menata diri menerima neraka di hidupnya. Tiba di halaman rumah, si haram jadah berlari menyongsongnya, "Ayah dataaaaang... ."
Juli 2019.
Sumber: facebook Kampung Pentigraf Indonesia