Tidak Punya Ide Menulis


Oleh: Much. Khoiri

Anda pernah mengalami tidak punya ide menulis? Sama sekali? Jangan resah dan gelisah, sayalah teman Anda sekarang. Di luar sana juga banyak! Ya, sekarang saya benar-benar paceklik dan kelaparan ide. Ada kemarau mendadak dalam diri saya, sangat berbeda dengan hari-hari biasa. Sungguh, saya tidak punya sebuah ide menulis pun!

Coba bayangkan, apa yang Anda lakukan bila berada pada posisi saya. Sulit, bukan? Mau bicara, mesti ada bahan bicara. Mau menulis, mestinya ada bahan menulis. Sekarang, jangankan bahan menulis, ide menulis pun saya tidak punya. Pikiran saya serasa blank, kosong, hampa. Bagaimana saya akan menulis tentang sesuatu yang berisikan ide jika sumber ide saja sedang mampet.

Saya benar-benar kasihan. Ternyata, tanpa sebuah ide menulis, hidup terasa hampa tak berguna. Ini bagi saya loh ya. Anda berhak punya pandangan sendiri, lha wong ini negeri Indonesia di mana kebebasan berbicara terjamin Undang-Undang. Tapi perhatikan pula, saya benar-benar kasihan, yang biasanya berlimpah ide, sekarang paceklik ide. Ironi situasi yang menghadang di depan saya. Adakah orang yang bersedekah ide?

Sepintas ada kilatan-kilatan ide yang berseliweran, namun mereka sulit ditangkap dalam radar pemahaman saya. Ibaratnya saya berdiri di malam hari di bawah gugusan bintang. Ada begitu banyak bintang yang mencerahkan kegelapan, namun tidak satu pun bintang itu hadir di depan atau dekat saya. Jadilah saya manusia yang miskin ide di dunia. Bagaimana saya akan nekad menulis tanpa ada ide yang layak ditulis?

Seharusnya saya sudah melakukan mind-mapping (pemetaan pikiran), andaikata saya punya ide. Namun, karena tidak punya ide, bagaimana saya membuat mind-mapping? Asbun saja rasanya. Berangan-angan saja tidak. Saya tahu, ini metode yang penting dan praktis, namun karena saya tidak memiliki ide menulis, maka saya harus ikhlas terima nasib: diam meratapi kesedihan saya yang tidak punya ide ini.

Saya benar-benar bisa memahami perasaan Anda atau teman-teman yang pernah tidak punya ide. Seperti dimasukkan ke dalam gua gelap, terkucil di tengah pulau terpencil. Keramaian menjadi kesunyian yang tertelan zaman. Semua tersedot ke dalam kebisuan yang membenamkan. Bagi penulis, tanpa ide pada dirinya, itu siksaan berat yang sedang mendera. Benar-benar neraka menyakitkan!

Saat saya tidak punya ide begini, bawaannya mengantuk, malas, cari pelarian. Memang, menulis itu bekerja untuk keabadaian (begitu kata Pramodya A. Toer). Namun, jika tiada ide dalam pikiran, maka lantas orang mau apa? Bukankah tidak punya ide itu manusiawi, dan mengantuk dst itu juga manusiawi? Saya, lagi-lagi, tunduk pada kedigdayaan alam. Kemalasan menghantam saya sampai kelenger.

Sekarang saya masih mumet akibat tidak punya ide menulis. Karena tidak punya ide, saya gagal untuk menyusun kerangka tulisan (outline) dengan baik. Pikiran saya laksana dibuntu luar dan dalam, yang gagal untuk menerima ide dari siapapun, juga gagal nengeluarkan ide. Malah tak jarang, saya seperti orang linglung tak berdaya. Padahal saya sadar, kerangka tulisan itu sama dengan 70-80 prosen tulisan.

Sekarang, agar pembicaraan tidak ngalor-ngidul tanpa arah, saya mohon izin untuk menyudahi celoteh saya ini. Cukup sekian saja, kali lain kita bersua kembali. Memangnya apa yang ingin ditaklukkan? Saya akan di sini bersama Anda: menciptakan trigger (pemicu) menulis, dan membangkitkan inspirasi menulis untuk menulis tentang masa-masa muda yang gemilang.[]

*Much. Khoiri adalah dosen, editor, penulis buku dari Universitas Negeri Surabaya
(sumber: akun FB Much. Khoiri)
Pilihan

Tulisan terkait

Esai 2682069216465056179

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Daftar Isi

Loading....

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >

Pesan Buku

Pesan Buku

 Serpihan Puisi “Sampai Ambang Senja” merupakan buku kumpulan puisi Lilik Rosida Irmawati, penerbit Rumah Literasi Sumenep (2024).  Buku ini berjumlah 96 halaman, dengan pengantar Hidayat Raharja serta dilengkapi testimoni sejumlah penyair Indonesia.  Yang berminat, silakan kontak HP/WA 087805533567, 087860250200, dengan harga cuma Rp. 50.000,- , tentu bila kirim via paket selain ongkir.

Relaksasi


 

Jadwal Sholat

item
close