Puisi-Puisi Karya Siswa SMP Negeri 1 Dasuk, Sumenep
(Gambar" dreamscopeapp) Maret 2018 lalu, Rumah Literasi Sumenep melakukan roadshow literasi dengan memberikan pelatihan menulis ba...
https://www.rumahliterasi.org/2018/05/puisi-puisi-karya-siswa-smp-negeri-1.html
![]() |
(Gambar" dreamscopeapp) |
Berikut penulis puisi pilihan yang dianggap paling baik yakni Ika Aprtilia (VII-2), Faisal Amirussadad (VII-1), Farh Dwi Gita Kurnia (VII-1) dan Sefti Tri Wardani (IX-3)
Sokola Rimba
Wanita ini bagai malaikat bagi kami. Ia tidak peduli betapa sulitnya hidup di hutan yang gelap dan betapa takutnya dengan binatang-binatang yang buas.
Wanita ini sungguh bagai malaikat bagi kami. memberikan kasih sayang, perhatian, dan pendidikan tanpa mengharap balsan apapun.
Wanita ini sungguh berani tanpa mengenal letih untuk tetap tidak berhenti memberikan pendidikan bagi kami.
Ia mengajari kami dengan tulus dan sabar hingga kami tahu huruf-huruf alphabet.
Sekarang, wanita ini hanya akan pasrah kepada Tuhan.
Karena wanita ini sudah lupa asalnya berada.
Namun dia akan tetap untuk tinggal di hutan bersama kami.
Karena ini adalah takdinya….
Takdir Sokola Rimba yang kuat tanpa mengharap balasan.
Ika Aprtilia (VII-2)
Wanita ini sungguh bagai malaikat bagi kami. memberikan kasih sayang, perhatian, dan pendidikan tanpa mengharap balsan apapun.
Wanita ini sungguh berani tanpa mengenal letih untuk tetap tidak berhenti memberikan pendidikan bagi kami.
Ia mengajari kami dengan tulus dan sabar hingga kami tahu huruf-huruf alphabet.
Sekarang, wanita ini hanya akan pasrah kepada Tuhan.
Karena wanita ini sudah lupa asalnya berada.
Namun dia akan tetap untuk tinggal di hutan bersama kami.
Karena ini adalah takdinya….
Takdir Sokola Rimba yang kuat tanpa mengharap balasan.
Ika Aprtilia (VII-2)
Cerita Anak Negeri
Hidup di hutan yang lestari diantra rimba pepohonan
Bersahabat dengan alam tumbuhan dan hewan
Tak banyak tuntu materi
Apalagi kemewahan hidup yang tak haqiqi
Bersahabat dengan alam tumbuhan dan hewan
Tak banyak tuntu materi
Apalagi kemewahan hidup yang tak haqiqi
Namun hatinya berwarna bak pelangi
Yang menghiasi langit melengkung bumi
Bersahaja demi keluarga
Harapannya pasti
Yang menghiasi langit melengkung bumi
Bersahaja demi keluarga
Harapannya pasti
Jangan kau Tanya tentang pengetahuan dan wawasan
Jangan kau Tanya tentang ilmu dan teknologi
Apalgi politik negeri yang tak pasti
Jangan kau Tanya tentang ilmu dan teknologi
Apalgi politik negeri yang tak pasti
Orang kota menusik ketenangan mereka
Menebang pohin merusak keseimbangan dan
Mereka terganggu
Di dadanya bara api bersarang
Menebang pohin merusak keseimbangan dan
Mereka terganggu
Di dadanya bara api bersarang
Karena tempat tinggal diganggu orang kota
Orang rimba mulai menegnal aksara
Diusirnya sang penebag
Agar mereka pulang dan tak kembali datang lagi
Faisal Amirussadad (VII-1)
Orang rimba mulai menegnal aksara
Diusirnya sang penebag
Agar mereka pulang dan tak kembali datang lagi
Faisal Amirussadad (VII-1)
Hutan Kita
Engkau cipta habitat
Teruntuk kami di sini
Di bumi ini
Tetumbuhan bermacam rupa
Menjulang tinggi hingga kedap mata
Menjulur berjuntai memucuk ranting
Serasa dada berdegup terpesona
Tertampak indah di mata
Berupa satwa pun berdiam
Melata, merumput, berburu
Hingga bebas ke angkasa
Tersedianya rantai makanan
Tetap pada porosnya
Flora fauna bersatu hati
Menjaga tuk tetap sebandig
Berputar tiada hingga
Hagar hutan tetap terjaga keelokannya
Namun, penguasa rantai makanan
Mengobrak-abrik semua hati
Hanya demi sebuah kertas yang salah
Farh Dwi Gita Kurnia (VII-1)
Rimba Hitam
Satwa menari di tengah
Rerimbunan pagi
Kilauan bening tetes embun
Mentari bersinar senyum
Penuh kesan
Belukar panjang dititih
Jalan berkelok dicermati
Demi terlahir sebuah kata generasi
Benarkah malaikat itu ada?
Mulianya mengalahkan sang rembulan
Tiada lelah langkahnya merabah murka
Berlindung pun tak sia-sia mati nan hidup
Ikhlas mengalir deras dalam jiwa raga
Sang bidadari tanpa jasa itu
Ya BENAR!
Cahayanya sungguh nyata
Menurunkan permadani dalam rimba hitam
Tak kuasa ku menahan gembira
Tiap kecap lisannya menghadirkan piker panjang
Tiap tinggi ilmu luaslah pengetahuanku
Semakin mendunia pengetahuanku
Menipis pula aku kenal kebodohan
Ia surge dunia
Menghias kegelapan dengan terang rautnya
Ia maghligai akbar kami
Menjelajahi aksara darah bangsa rimba
Ialah ibu guru Bhutetku
Sefti Tri Wardani (IX-3)
Pilihan
Teruntuk kami di sini
Di bumi ini
Tetumbuhan bermacam rupa
Menjulang tinggi hingga kedap mata
Menjulur berjuntai memucuk ranting
Serasa dada berdegup terpesona
Tertampak indah di mata
Berupa satwa pun berdiam
Melata, merumput, berburu
Hingga bebas ke angkasa
Tersedianya rantai makanan
Tetap pada porosnya
Flora fauna bersatu hati
Menjaga tuk tetap sebandig
Berputar tiada hingga
Hagar hutan tetap terjaga keelokannya
Namun, penguasa rantai makanan
Mengobrak-abrik semua hati
Hanya demi sebuah kertas yang salah
Farh Dwi Gita Kurnia (VII-1)
Rimba Hitam
Satwa menari di tengah
Rerimbunan pagi
Kilauan bening tetes embun
Mentari bersinar senyum
Penuh kesan
Belukar panjang dititih
Jalan berkelok dicermati
Demi terlahir sebuah kata generasi
Benarkah malaikat itu ada?
Mulianya mengalahkan sang rembulan
Tiada lelah langkahnya merabah murka
Berlindung pun tak sia-sia mati nan hidup
Ikhlas mengalir deras dalam jiwa raga
Sang bidadari tanpa jasa itu
Ya BENAR!
Cahayanya sungguh nyata
Menurunkan permadani dalam rimba hitam
Tak kuasa ku menahan gembira
Tiap kecap lisannya menghadirkan piker panjang
Tiap tinggi ilmu luaslah pengetahuanku
Semakin mendunia pengetahuanku
Menipis pula aku kenal kebodohan
Ia surge dunia
Menghias kegelapan dengan terang rautnya
Ia maghligai akbar kami
Menjelajahi aksara darah bangsa rimba
Ialah ibu guru Bhutetku
Sefti Tri Wardani (IX-3)
Rabu besok tanggal 24 April, siswa saya mau lomba baca puisi. insyaAllah akan bawakan puisinya Faisal Amirussadad, mohon doanya
BalasHapus