Sajak-sajak Moh. Rasul Mauludi
Moh. Rasul Mauludi, lahir di Sumenep, 30 Juli 1979, bertempat tinggal Jl. Pepaya No. 02 Lenteng Sumenep, Jatim 69461. Saat ini sedang m...
https://www.rumahliterasi.org/2018/04/sajak-sajak-moh-rasul-mauludi.html
Moh. Rasul Mauludi, lahir di Sumenep, 30 Juli 1979, bertempat
tinggal Jl. Pepaya No. 02 Lenteng Sumenep, Jatim 69461. Saat ini sedang
mengabdi sebagai guuru di SDN Sapeken III Sadulang Sapeken Sumenep. Puisinya
pernah di muat di Majalah MPA Kemenag Jatim dan Koran Madura, serta
artikel di Majalah Edukasi Sumenep. Mendapat penghargaan kategori 3
penulis cerita rakyat terbaik, versi Rumah Literasi Sumenep dan
diterbitkan dalam buku bunga rampai cerita rakyat Sumenep, “Mutiara yang
Terserak (2018) Kontak person HP. 082 332 813 557 / 081 931 012 753 dan WA. 082 330 745 337
Bibir Pantaiketikasuatu waktu yang melewati setiap waktu menyusuri pasir pasir menghampar onggokan tumpukan menjalar menggelepar tak ada sejuk apalagi betah duduk sejauh mata menyorot kuberlalu lalang bak pemulung berserakan benar benar sampah benar benar mencoreng buih benar benar jijik benar benar tidak bersih benar akupun lunglai menatapimu meratapimu menyayangkanmu pantai ini pantai berpenghuni pantai yang manusiawi dan manusiawi itu seni dan keindahan selama ini mungkin selamanya tak pernah merona bibirmu sepanjang buih sepanjang waktu bau bau aromamu akupun linglung menemanimu menikmatimu mengabadikanmu sementara dikejauhan yang lain bibir bibir tak jauh beda dg bibirmu dipoles dipermak dihias disulap megah istana pantai nan permai (meski) dalam tanda kutip itu sensasi investasi ketika pada bibir kumuhmu yang semakin kumuh aku berharap, ah hanya mimpi belaka yaitu (semua) laut pantai pulau dan manusia adalah seni indah nan sejuk menyebar buah bibir pesona Sumenep, februari 2018 Ketikaketika rindu adalah deru debu ciptalah sungai mengalir bening karena air itu keringat rasa ketika cinta adalah surga renanglah di taman SurgaNya karena Dia singgasana nikmat ketika rindu cinta adalah aku dan kamu nafas berhembus halus merangkai serat jiwa rasa aku dan kamu hitam putih nafas nafas aku dan kamu semesta rindu cinta satu ketika seketika satu tak ada lagi ketika Sumenep, februari 2018 Musimpulau dan laut memeluk angin hujan kilat dan petir mendekap gulung gulung gelombang aku berkeluh, nah ini musim alam hujan angin menghentak badai deru debu gemuruh laut kilat bersilat dikejaran ombak pohon pohon rerantingan tak bisa diam duh ini bukanlah hantu buih buih masih menggelayut lembut diriak riak pantai pasir pasir mengejar buih musimpun belum mau berlalu sementara sampan perahu kapal ingin mendayung teduh Sumenep, februari 2018 Titik Batasdititik dua puluh empat akhir waktu nafas nafas dititik tiga puluh satu akhir masa nafas nafas sebelum lewati titik titik itu lalui saja lika liku tiada ujung nikmati saja aroma irama keterbatasan sebelum lewati titik titik itu langkahkan saja jejak jejak berpijak rangkai saja tanda baca yang ada setelah lewati titik titik itu semua sandiwara kan bersua pada titik yang tiada batas itulah akhir dari segalanya dititik NYA cerita yang sesungguhnya Sumenep, februari 2018 | Guritatak cukup dua tangan tak cukup dua kaki penghancur menakutkan menyeramkan menggelayut karang karang menerkam dengan garang banyak tangan tangan banyak kaki kaki gurita menggurita disisi yang penuh kisah dibidak caturpun peradaban babak belur gurita makin menggurita Sumenep, februari 2018 Sabda Alamibadah Surga yang paling indah adalah sebaik-baiknya diam sebaliknya dosa neraka yang paling dahsyat adalah seburuk-buruknya lisan Sumenep, februari 2018 Sabda Api"aku bangga dengan manusia yang pintar, cerdas dan sebagainya tapi tidak pernah takut padaku", bisik iblis sebaliknya iblis hanya senyam senyum ketir karena khawatir ia kerasukan manusia Sumenep, februari 2018 Sabda Airesensi air adalah bening dan mengalir meski tak sedikit perubahan yang lenyapkan esensinya maka perubahan menuju bening adalah proses yang paling bijak karena air adalah kelahiran dan kehidupan Sumenep, februari 2018 Sabda Anginmatematikamu sudah pasti "tak terlihat tapi terasa" yang mampu merasakanmu akan mampu pula melihatnya bukan ruh bukan nafas ia selalu nampak dengan rasa dinikmati disyukuri Sumenep, februari 2018 Sabda Tanahsumber muasal dan akhir daripada makhluk dari tanah menginjak tanah dan kembali ke tanah karena filosofi tanah tetaplah dibawah sepantasnyalah tak perlu mengejar langit dan apapun adanya ujungnya segala macam bangkai ditanam ______ |