Pimpinan Sekolah Tidak Apresiatif, Dua Penulis Cilik Terus Berkarya
Ada peristiwa menarik ketika dilaksnakan peluncuran dan apresiasi buku “Siti dan Peri Gigi” karya dua penulis cilik Yasmin Nadila Fachrunn...
https://www.rumahliterasi.org/2018/04/pimpinan-sekolah-tidak-apresiatif-dua.html
Ada peristiwa menarik ketika dilaksnakan peluncuran dan apresiasi buku “Siti dan Peri Gigi” karya dua penulis cilik Yasmin Nadila Fachrunnisa dan Alvian Noor Nasyraa. Keduanya masih duduk di kelas tiga dan dua SDN Kapedi 1 Bloto.
Peluncuran dan apresiasi buku yang dilangsungkan di pendopo kecamatan Bluto Sumenep, minggu (15/4) menyisakan peristiwa unik dan kesan bangga dan bahkan haru.
Bangga karena kedua anak kecil itu telah menunjukkan jati dirinya untuk lebih dalam lagi memasuki dunai kepenulisan. Dan memang inilah embrio yang diharapkan bangsa ini dalam membangun kekuatan literasi masa yang akan datang. “Belajar menulis sejak dini, sama artinya menanamkan benih untuk menumbuhkan nilai peradaban bangsa lebih baik,” ujar Fendi Kachonk yang tampil sebagai aoresiator pada acara tersebut.
Sedang Widayanti Rose posisi sebagai guru pembimbing kedua anak tersebut menyatakan untuk menguatkan kemampuan anak didiknya ia menggunakan prinsip 4-P, yakni dengan istilah Madura “Payakin, Palaten, pasabbhar, papasra.” (yakinlah, telaten merawat dan membina, selalu bersabar dan pasrah diri pada yang Maha Kuasa)
“Keempat “P” tersebut ternyata mujarrab sehingga akhirnya terbitkan buku ini,: jelasnya.
Namun dibalik semua itu ada muncul kekecewaan bagi kedua penulis, wali murid maupun guru-guru yang sempat hadir, ketidak hadiran Kepala SDN Kapedi I, Johar Bahri pada acara tersebut memunculkan pertanyaan besar.
“Surat undangan sudah saya sampaikan pada beliau,” kata Widayanti guru di sekolah yang sama
Banyak pihak menyayangkan, “peristiwa seharusnya menjadi kebanggaan sekolah, namun tampaknya pimpinan lembaga pendidikan ini tidak merponnya”, kata Heru, Kepala SDN Pandian V, yang sempat hadir pada acara tersebut. (RULIS)
Pilihan
Peluncuran dan apresiasi buku yang dilangsungkan di pendopo kecamatan Bluto Sumenep, minggu (15/4) menyisakan peristiwa unik dan kesan bangga dan bahkan haru.
Bangga karena kedua anak kecil itu telah menunjukkan jati dirinya untuk lebih dalam lagi memasuki dunai kepenulisan. Dan memang inilah embrio yang diharapkan bangsa ini dalam membangun kekuatan literasi masa yang akan datang. “Belajar menulis sejak dini, sama artinya menanamkan benih untuk menumbuhkan nilai peradaban bangsa lebih baik,” ujar Fendi Kachonk yang tampil sebagai aoresiator pada acara tersebut.
Sedang Widayanti Rose posisi sebagai guru pembimbing kedua anak tersebut menyatakan untuk menguatkan kemampuan anak didiknya ia menggunakan prinsip 4-P, yakni dengan istilah Madura “Payakin, Palaten, pasabbhar, papasra.” (yakinlah, telaten merawat dan membina, selalu bersabar dan pasrah diri pada yang Maha Kuasa)
“Keempat “P” tersebut ternyata mujarrab sehingga akhirnya terbitkan buku ini,: jelasnya.
Namun dibalik semua itu ada muncul kekecewaan bagi kedua penulis, wali murid maupun guru-guru yang sempat hadir, ketidak hadiran Kepala SDN Kapedi I, Johar Bahri pada acara tersebut memunculkan pertanyaan besar.
“Surat undangan sudah saya sampaikan pada beliau,” kata Widayanti guru di sekolah yang sama
Banyak pihak menyayangkan, “peristiwa seharusnya menjadi kebanggaan sekolah, namun tampaknya pimpinan lembaga pendidikan ini tidak merponnya”, kata Heru, Kepala SDN Pandian V, yang sempat hadir pada acara tersebut. (RULIS)